Urgensi Tilawah Al-Qur’an dan Adab-adabnya

  • “Berkatalah Rasul : ‘Ya Rabbi, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan (sesuatu yang diabaikan)”. (QS Al-Furqan : 30)
  • “Dan apabila kamu membaca Al-Qur’an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada Kehidupan Akhirat, suatu dinding yang tertutup”. (QS Al-Isra’ : 45)
  • “Dan Kami turunkan Al-Qur’an sebagai penawar (penyembuhan) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian”. (QS Al-Isra’ : 82)
  • “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir”. (QS Al-Hasyr : 21)
  • ‘Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada Hari Qiyamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya”. (HR Muslim)
  • “Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir akan bersama para malaikat mulia. Adapun orang yang membaca Al-Qur’an secara terbata-bata serta berat dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala “. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
  • “Barangsiapa membaca satu huruf Al-Qur’an, ia akan mendapatkan satu amal kebajikan yang akan dilipatgandakan pahalanya sepuluh kali. Aku tidak mengatakan : Alif Laam Miim adalah satu huruf, namun (yang aku maksud) ialah : ‘Alif  satu huruf, Laam satu huruf, dan Miim satu huruf”. (HR At-Tirmidzi)
  • “Utsman bin Affan dan Hudzifah bin Yaman berkata : ‘Sekiranya hati-hati kita bersih dan suci, niscaya tidak akan pernah merasa kenyang dari membaca Al-Qur’an”.

URGENSI TILAWAH AL-QUR’AN

  1. Tilawah Al-Qur’an adalah salah satu ibadah istimewa dengan pahala yang berlipat-lipat.
  2. Ia adalah salah satu bentuk dzikir terbaik.
  3. Sebagai sarana pembentengan, penjagaan, perlindungan dan pembimbing diri.
  4. Sebagai ruqyah (terapi pengobatan dan penyembuhan).
  5. Sebagai senjata melawan syetan.
  6. Sebagai sarana untuk mendapatkan ketenangan, kekhusyukan, rahmat, dan sebagainya.
  7. Sarana tadabbur untuk memahami kandungan Al-Qur’an dan hukum syari’ah.
  8. Sarana penguat iman.
  9. Sarana pengontrol dan penjaga lidah dan mulut.
  10. Sarana untuk memperoleh syafa’at Al-Qur’an pada Hari Qiyamat.
  11. Salah satu faktor penentu derajat seseorang disisi Allah (pada Hari Qiyamat).
  12. Dan sebagainya.

ADAB-ADAB TILAWAH AL-QUR’AN

  1. Memilih waktu terbaik, cocok dan kondusif bagi kesempurnaan tilawah seperti (secara berurutan) : pada sepertiga malam terakhir (khususnya dalam sholat), lalu tilawah pada waktu malam secara umum, lalu tilawah waktu fajar, lalu tilawah pagi hari, lalu tilawah pada waktu-waktu lain siang hari.
  2. Memilih tempat yang sesuai dan lebih kondusif seperti masjid atau tempat di rumah atau dimana saja yang tenang dan jauh dari gangguan, kebisingan dan kegaduhan.
  3. Memilih keadaan diri dan posisi duduk yang menampakkan kekhusyukan dan penghormatan terhadap firman Allah, misalnya berpakaian lengkap seperti dalam sholat, duduk seperti duduk tasyahhud seraya menghadap kiblat, dan lain-lain.
  4. Berada dalam kondisi fisik yang bersih dan suci dari hadats besar dan juga diutamakan bersih dan suci dari hadats kecil pula.
  5. Berusaha menjaga kebersihan dan kesucian diri dari dosa, kemaksiatan dan kemunkaran, seperti kemaksiatan-kemaksiatan hati, lisan, mata, telinga, dan lain-lain.
  6. Menghadirkan niat ibadah, keikhlasan yang sempurna, kekhusyukan hati dan sikap tajarrud (totalitas) dalam ber-ta’amul(berinteraksi) dengan Kalamullah, serta menjauhkan pikiran dan perasaan dari hal-hal yang mengganggu dan meyibukkan.
  7. Memulai tilawah dengan bacaan isti’adzah atau ta’awwudz sesuai firman Allah dalam QS An-Nahl : 98 ; dan mengawali setiap bacaan permulaan surah (kecuali Surah At-Taubah) dengan basmalah.
  8. Menangis atau berusaha menangis khususnya ketika membaca ayat-ayat tentang adzab, Hari Qiyamat dan yang semakna dengan itu.
  9. Menunjukkan sikap pengagungan terhadap Allah Ta’ala dan menghadirkan kesadaran sedang berhadapan dengan Firman Suci Dzat Yang Maha Suci dan Agung ! Serta berusaha membaca dengan penuh perasaan, pemahaman dan tadabbur, sesuai dengan topik dan tema ayat-ayat yang dibaca. Disamping juga merasa seakan-akan ayat-ayat tersebut hanya ditujukan kepadanya.
  10. Berusaha membaca dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid, makhraj dan tilawah.
  11. Bagi yang mendengarkan tilawah, juga harus memperhatikan adab-adab dan hal-hal diatas, disamping harus diam, mendengarkan dan memperhatikan dengan baik sesuai perintah Allah dalam QS Al-A’raf : 204.

Oleh : KH. Ahmad Mudzoffar Jufri, MA (Pembina Metode Otak Kanan Wafa)