Pendidikan Alqur’an harus tetap dijalankan dimanapun kita berada untuk anak – anak muslim,Baik di desa maupun di kota, Mungkin inilah yang dialami ustadz ahmad, pada waktu dulu berada di desa, beliau juga mengajar Alqur’an, walaupun tidak digaji seperti di kota pada umumnya, kadang lampu listrik di desanya sering mati, akses jalan yang masih jelek terlebih kalau hujan becek & licin untuk dilewati, tapi tidak melemahkan anak-anak & ustadz ahmad untuk mengajar alqur’an walaupun Metode yang di gunakan masih sederhana sesuai dengan kaidah tajwid ghorib ala pesantren.
Di karenakan suatu hal, akhirnya ustadz ahmad pindah ke kota , dan mencoba melamar menjadi guru Alqur’an di suatu lembaga & Alhamdulillah diterima, ternyata di kota metode yang di pakai Lain seperti yang biasa ustadz ahmad ajarkan di desa, mau tidak mau harus menyesuaikan, dan memaksa untuk belajar lagi, kebetulan metode yang di gunakan metode WAFA , yang menuntut untuk kreatif dalam mengajar, agar memberi stimulus untuk anak didik, 1 tahun berjalan ternyata tiada disangka seluruh dunia terserang pandemi virus corona yang memaksa untuk mengajar dengan daring, begitu sulit pada awalnya untuk menyesuaikan kadang jaringan yang terputus –putus sehingga berulang ulang dalam menerangkan pembelajaran & sekali lagi memaksa ustadz ahmad untuk berinovasi dalam mengajar daring dan manajemen pembelajaran,Tapi ustadz Ahmad tambah Bersyukur dapat ilmu baru.
Mungkin saja peran guru dimasa depan akan tergantikan oleh teknologi & akses informasi di internet yang mudah di dapat, lain dengan guru ngaji yang tidak bisa digantikan karna pembelajaran Alqur’an & menghafalnya harus di praktekkan , disimak , secara face to face/klasikal dengan gurunya. Sekian terimakasih…
_
Penulis : Ahmad Saifulloh – Sekolah Albanna Bali