Tetap Tegar Mengajar Walau di Tengah Keterbatasan

Di masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini kita semua diharuskan untuk selalu berdampingan dengan gawai. Kenapa? Karena semua aktivitas kita yang berhubungan langsung dengan orang lain menjadi terbatas. Itu artinya kita harus saling menjaga jarak satu sama lain agar tidak tertular covid-19. Namun walaupun begitu, kita dapat berhubungan dengan orang lain secara online dengan menggunakan gawai. Kita juga bisa belajar, mengajar, mengikuti pelatihan – pelatihan bahkan jual beli pun sekarang banyak dilakukan secara online.

Kegiatan – kegiatan yang dilakukan secara online tidaklah mudah. Tentunya banyak kekurangan-kekurangan dalam melakukan suatu kegiatan yang dilakukan secara online. Salah satu kegiatan yang dilakukan secara online adalah kegiatan belajar mengajar. Dahulu Guru mengajar siswa Al qur’an dengan metode langsung tatap muka, dimulai dari guru membacakan kemudian siswa menirukan guru. Sekarang hal seperti itu mungkin tidak lagi dapat dilakukan karena penyakit  yang sedang mewabah sehingga pembelajaran harus dilakukan secara online. Pada pembelajaran mengaji wafa dilakukan  dengan menggunakan applikasi zoom atau google meet. Walaupun harus berpacu dengan waktu karena pembelajaran  online sangatlah berbeda dengan pembelajaran tatap muka yang dapat dilakukan langsung. Selain mengajar secara online seorang guru juga diharuskan membuat video pembelajaran dan membuat modul pembelajaran yang menarik sebagai penjelasan tambahan agar siswa menjadi lebih semangat dalam belajar walau belajar dari rumah. Kegiatan inilah yang menjadikan siswa harus terbiasa untuk selalu berdampingan dengan gawai. Walaupun yang tadinya banyak pelatihan-pelatihan dan parenting tentang bagaimana cara orang tua menjauhkan anak dari gawai tetapi pada masa ini sebaliknya mau tidak mau siswa harus berdampingan dengan gawai untuk belajar.  Walaupun sulit, tetapi kita harus mulai terbiasa dengan ini. Semua ini dilakukan demi tercapainya pembelajaran yang efektif di tengah pandemic covid-19.

 

Gawai adalah alat untuk berkomunikasi dan mencari informasi. Selain itu, gawai juga digunakan untuk berbagai macam hal seperti browsing di internet, mendengarkan musik dan menonton video.  

Berdasarkan survey Deloitte (2014) yang dilakukan pada penduduk Australia, didapatkan bahwa hal pertama yang diakses melalui gawai setiap harinya di semua usia adalah pesan singkat (SMS, Short Message Service, atau pesan Whatsapp, sedangkan untuk usia dibawah 35 tahun, media sosial dan game online adalah hal yang pertama kali dilihat. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi adalah salah satu fungsi terpenting dari gawai. (Deloitte, 2014). Disamping manfaat gawai yang begitu banyak, tetapi gawai juga mempunyai dampak bahaya dari penggunaannya. Salah satu dampak bahaya itu adalah ketergantungan terhadap gawai. Kita tahu bahwa semua informasi dapat kita akses dengan mudah, pun dengan halnya informasi yang kurang bermanfaat bahkan berbahaya untuk anak-anak. Disamping itu gawai dapat mengakses aplikasi permainan yang disukai anak-anak sehingga banyak anak yang menjadi kecanduan terhadap game offline dan game online.  Maka dari itu, pengguna gawai harus sadar dan bijak dalam menggunakan gawai. Sebagai seorang pelajar yang baik maka hendaklah berkomitmen untuk belajar dan sadar bahwa kewajiban pelajar adalah belajar bukan bermain game. Betapa banyak waktu yang terbuang dengan bermain game. Betapa banyak madaratnya daripada manfaat dari bermain game. Selain itu siswa yang baik harus menjadi pengendali diri bagi dirinya sendiri. 

Mengendalikan diri adalah salah satu sikap yang harus  dimiliki oleh setiap individu karena mengendalikan diri adalah sikap yang sangat penting untuk kita dalam menjalani hidup. Mengendalikan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya sendiri secara sadar agar menghasilkan perilaku yang tidak merugikan orang lain, sehingga sesuai dengan norma sosial dan dapat diterima oleh lingkungannya (Gandawijaya, 2017). Pengendalian diri juga diartikan sebagai kapasitas manusia untuk mengendalikan respon terutama dalam fungsinya untuk beradaptasi dengan norma ideal, moral, ekspektasi sosial, dan pencapaian jangka Panjang (Baumeister & Tice, 2007), artinya pengendalian diri adalah sebuah mujahadah an nafs dengan kemuliaan dan sangat berfungsi untuk mencegah dalam berbuat hal-hal yang sangat di larang oleh Allah sehingga tidak merugikan orang lain dan tidak bertolak belakang dengan norma agama dan moral.

Menurut saya guru adalah seseorang yang harus tetap sabar dalam mendidik anak didiknya walaupun di tengah keterbatasa dia. Pada masa pandemic seperti sekarang ini tentulah kita merasa sulit untuk mengontrol siswa kita senidiri tetapi kita harus terus bersemangat untuk memperjuangkan nasi banak didik kita dalam mempelajari Alqur’an. Walaupun sulit mengajar karena keterbatasan, tetapi kita harus tetap semangat. Semangat itu tentu harus dimulai dari kesadaran kita untuk bangkit atau move on dari merasa pasrah. Kita harus terus berinovasi dalam mengajarkan Al qur’an di tengah pandemic seperti sekarang ini. Ada beberapa hal yang sudah sy lakukan dalam mengajarkan Alqur’an metode wafa kepada siswa yaitu dari pembuatan video, mengajar secara virtual melalui zoom dan video call. Walaupun begitu, ada beberapa kendala seperti jaringan yang kurang stabil sehingga hamper membuat siswa sedih dan putus asa. Tetapi kita sebagai guru tidak sampai disitu kita harus tetap semangat mengajarkan Alqur’an kepada anak didik kita, ada banyak hal yang kita harus siapkan yaitu merekam suara kita kemudian kita mengirimkan ke siswa kemudian dengan terus melakukan komunikasi secara kontinyu kepada walimurid terkait pencapaian siswa ini menjadikan car akita sebagai guru untuk terus semangat dalam mengajarkan Al qur’an kepada siswa.

Wafa adalah pembelajaran Al qur’an dengan metode otak kanan. Jadi kita diwajibkan untuk selalu berinovasi meng-upgrade ilmu kita yaitu contohnya dalam berkisah karena dengan berkisah, siswa akan semakin semangat dalam belajar Al ‘qur’an selain itu karakter – karakter yang akan kita tanamkan kepada siswa akan lebih mudah diterima siswa sehingga kita bukan hanya mengajarkan Al qur’an saja kepada siswa tetapi kita juga mengajarkan karakter-karakter sifat dan sikap yang Rasulullah contohkan. 

Selain kita harus selalu berinovasi dalam megembangkan pembelajaran wafa kita sebagai guru juga harus pandai mengendalikan emosi kita. Mengendalikan emosi adalah salah satu cara kita agar terus dapat menemukan ide untuk mengembangkan bagaimana cara agar siswa dapat belajar dengan semangat dan merasa senang dengan belajar Al qur’an. 

Ada salah satu Nabi yang perlu dicontoh sikap pengendalian dirinya. Beliau adalah seorang sangat teguh dan sabar. Beliau adalah putera dari nabi Ayub. Basyar adalah nama aslinya. Beliau hidup di lingkungan Raja yang sangat bijaksana. Sejak kecil ia tidak pernah berbohong sehingga ia dikenal seorang yang berlaku baik kepada siapa pun.

Pada suatu hari raja bijaksana tersebut akan lengser tetapi sang raja sangat bingung karena belum ada seseorang yang akan menggantikan kepemimpinan beliau. Sang raja sangat bingung karena itu sang raja akhirnya mengadakan sayembara dan mengumpulkan seluruh rakyatnya. Raja itu pun berkata “siapa yang mampu mengemban tiga tugas dariku yaitu sanggup berpuasa di siang hari, salat di malam hari dan menahan emosi, ia akan ku ngkat menjadi pemimpin”. Tidak ada satu pun dari rakyat raja tersebut yang sanggup melaksanakan tiga perkara tersebut  kemudian datanglah seorang pemuda yang tangguh, teguh pendirian dan sabar datang menghadap raja untuk menyanggupi dirinya menjadi raja. Sang raja menyetujui Basyar menjadi raja untuk menggantikan dirinya karena raja percaya dan tidak salah untuk memilih Basyar sebagai pengganti dirinya. Sejak itulah Basyar diganti dengan nama Dzulkifli yang memiliki arti “sanggup”.

Nabi Dzulkifli a.s. adalah raja yang sangat baik dan adil serta bertanggung jawab atas keselamatan seluruh rakyatnya. Walaupun banyak terjadi pemberontakan dari orang-orang yang durhaka kepada Allah SWT nabi Dzulkifli a.s. tidak sedikit pun takut dan goyah. pada suatu masa datanglah masa sulit yaitu seluruh rakyatnya tidak berani untuk melawan pemberontak karena mereka takut mati sehingga mereka meminta Nabi Dzulkifli a.s. mendoakan mereka kepada Allah untuk menjamin hidup mereka dan akhirnya nabi Dzulkifli berdoa kepada Allah untuk keselamatan kaumnya. Kemenangan pun diraih tanpan ada seorang pun yang gugur. 

Dengan kegigihan dan kesabaran nabi Dzulkifli dalam menghadapi rakyatnya maka iblis pun merasa tergoda untuk mengoda nabi Dzulkifli a.s. dengan melakukan tipu daya agar nabi Dzulkifli a.s. gagal dalam mengemban tugas. Iblis adalah makhluk yang sangat licik, dengan kelicikannya itulah ia berubah wujud menjadi lelaki tua. Ia mendatangi rumah nabi Dzulkifli a.s. dengan berpura-pura bahwa dirinya telah dirampok. Dengan rasa iba yang dimiliki nabi Dzulkifli maka nabi mempersilakan iblis tersebut untuk dating ke kerajaan. Namun ternyata iblis tersebut tidak datang dan tidak menemui nabi Dzulkifli a.s.

Pada saat nabi Dzulkifli a.s. merasa mengantuk yang luar biasa dan akhirnya beliau meminta ahli keluarganya agar tidak ada yang menemuinya. Ternyata iblis tersebut datang kembali untuk mengganggu nabi Dzulkifli dengan menjelma sebagai lelaki tua dan memaksa keluarga nabi Dzulkifli untuk mengizinkan lelaki tua itu menemui Nabi tetapi ahli keluarga nabi tidak mengizinkan. Bukanlah disebut iblis jika tidak mempunyai sifat membangkang, dengan penuh semangat iblis pun terus mengganggu nabi dengan memasuki lubang di dinding rumah nabi Dzulkifli a.s. ketika nabi tertidur pulas.  Dengan izin Allah nabi terbangun dan melihat iblis tersebut dan berkata “Kau musuh Allah” dan iblis pun membenarkan. Nabi Dzulkifli sedikitpun tidak marah kepada iblis tersebut sehinggan membuat iblis tersebut merasa putus asa untuk menggoda dirinya. Dengan ketangguhan dan kesabarannya dalam menghadapi segala masalah pantaslah Allah berfirman dalam QS. Shad ayat 48:

وَاذْكُرْ اِسْمٰعِيْلَ وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ ۗوَكُلٌّ مِّنَ الْاَخْيَارِۗ

Dan ingatlah Ismail, Ilyasa‘ dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Dari Abu Hurairah r.a.: “Rasulullah saw. bersabda: Orang yang kuat bukanlah orang yang (biasa menang) saat bertarung/bergulat, tetapi orang kuat itu adalah yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Begitulah sikap terpuji nabi Dzulkifli a.s. yang sangat baik dalam mengendalikan diri beliau ketika menghadapi kaumnya. Kita sebagai harus tetap semangat dalam megajarkan Al qur’an kepada anak murid kita, kita juga harus tetap bisa mengendalikan emosi kita agar kita selalu mendapatkan ide untuk terus mengembangkan pembelajaran Al Qur’an wafa kita ini walau di tengah keterbatasan kita.  

_
Penulis: Rina Suhaeni – SDIT Harapan Umat Jember