Meningkatkan Semangat dan Keterampilan Menghafal Al-Quran di Blitar Timur melalui SIMAAN

Meningkatkan Semangat dan Keterampilan Menghafal Al-Quran di Blitar Timur melalui SIMAAN

Metode Wafa – Wafa Pusat bersama Wafa Daerah Blitar Timur (Wafa Daerah) telah mengadakan SIMAAN (Silaturahim Muallim Al-Qur’an) dengan tema “Menghafal Al-Qur’an Mudah Menyenangkan” pada Sabtu (29/01/2025). Kegiatan ini menghadirkan Ustadz Wildan Nadzif, S.Sos., Al-Hafidz. sebagai narasumber utama. Selain menjadi ajang silaturohim, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan dan memotivasi para guru Al-Quran dalam menghafal. (Baca buku : Al-Quran Hafalan Wafa)

SIMAAN dan Menghafal Wafa Blitar Timur 2
Gambar 1 (Wafa Blitar Timur) – Kegiatan SIMAAN dan Pelatihan Menghafal

Kegiatan ini diikuti oleh guru-guru Al-Quran dari berbagai sekolah mitra di daerah Blitar Timur yang mencakup berbagai jenjang pendidikan sekolah. Kegiatan ini memiliki tujuan utama, yaitu mempererat hubungan antar mitra serta membangun kebersamaan di antara para guru Al-Quran dalam mewujudkan visi bersama: Melahirkan generasi ahl Al-Quran.

Para peserta yang hadir mengaku antusias dalam mengikuti kegiatan hingga akhir. Mereka merasakan manfaat besar, terutama pada pelatihan menghafal, yang membimbing mereka pada metode efektif agar hasil hafalan lebih maksimal.

Semoga kegiatan SIMAAN ini, beserta pelatihan menghafal yang diselenggarakan, dapat terus meningkatkan kompetensi para guru Al-Quran serta mencetak generasi muda Indonesia yang lebih terampil dalam menghafal Al-Quran dengan baik dan sesuai. (Baca juga : Pelatihan SAGAQU dan Akademi Tahsin)

Edukasi Anak Orang Tua Islam

Edukasi Anak, Menjadikan Ananda sebagai “Manusia Surga”

Setiap orang tua yang beriman tentu menginginkan anak-anaknya menjadi shalih dan shalihah, serta kelak berkumpul bersama keluarga di surga. Sehingga menjadi keharusan untuk punya kendali dalam pendidikan sebagai penunjuk jalan putra dan putrinya. Orang tua juga memastikan untuk tetap memohon kepada Allah agar dikaruniai keturunan yang menjadi penyejuk hati dan pemimpin bagi orang-orang bertakwa.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Rabb kami, jadikanlah istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Namun, cita-cita ini harus disertai dengan usaha nyata agar anak-anak kita menjadi “Manusia Surga”. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat ditempuh:

  1. Menanamkan Ilmu Agama

Tidak cukup hanya berdoa, orang tua harus mengajarkan ilmu agama Islam kepada anak-anaknya. (Baca buku : Kisah Islami Wafa)

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ بِهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu (agama), maka Allah akan memudahkannya jalan menuju surga.” (HR. Bukhari)

  1. Membiasakan Amal Shalih

Surga hanya dapat diraih dengan amal shalih.

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang terlebih dahulu kamu kerjakan.” (QS. Az-Zukhruf: 72)

Amal shalih utama yang harus dibiasakan sejak dini adalah shalat lima waktu. (baca juga: Mengajarkan Anak Sholat)

“Perintahkan anak agar menjalankan shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka bila enggan menjalankan shalat pada usia sepuluh tahun, serta pisahkan mereka dari tempat tidur.” (HR. Abu Dawud)

  1. Mendidik dengan Kesabaran

Mendidik anak membutuhkan kesabaran dan ikhtiar karena hidup zaman sekarang merupakan sebuah tantangan bagi orang tua. Seperti mudahnya fitnah tersebar, pergaulan bebas dan pengaruh teknologi. Sehingga peran orang tua sebagai penunjuk arah dan penasihat anak penting agar anak tidak melakukan perbuatan yang dilarang dalam masyarakat maupun agama.

“(Jalan menuju) surga itu dipenuhi dengan hal-hal yang tidak disukai, sedangkan (jalan menuju) neraka dipenuhi dengan berbagai kenikmatan yang disenangi oleh syahwat.” (HR. Muslim)

  1. Mengingatkan akan Kehidupan Akhirat

Iman kepada Hari Akhir merupakan bagian dari rukun iman. Penting juga menjelaskan tentang surga dan neraka sebagai gambaran agar memiliki semangat dan motivasi untuk berusaha mendapatkan surga-Nya dibanding siksa neraka. Keimanan kepada hari akhir harus ditanamkan agar anak-anak memahami akibat dari setiap perbuatan mereka.

 

Pendidikan Anak untuk Membangun Generasi Qurrotu A’yun

Mengasuh dan mendidik anak merupakan amanah besar yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap orang tua. Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad, pendidikan anak harus mencakup:

Pendidikan Iman – Menanamkan tauhid agar terhindar dari kebodohan.

Pendidikan Ibadah – Membiasakan ibadah agar dekat kepada Allah.

Pendidikan Kejiwaan – Menjaga ketenangan hati dengan keimanan.

Pendidikan Intelektual – Membekali anak dengan ilmu untuk menghindari kejahiliyahan.

Pendidikan Akhlak – Mencontohkan akhlak Rasulullah agar memiliki karakter mulia.

Pendidikan Fisik – Menjaga kesehatan agar kuat dan bermanfaat bagi lingkungan.

Pendidikan Seks – Memahamkan identitas diri sesuai fitrah dan syariat.

Pendidikan Sosial – Membantu anak beradaptasi dan menjadi problem solver di masyarakat.

Semoga Allah menjadikan putra-putri kita sebagai qurrata a’yun, penyejuk mata bagi kedua orang tuanya, serta generasi yang diridhai Allah di dunia dan akhirat.

 

– K.H. Muhammad Shaleh Drehem, Lc. (@msdrehem)

Isra Miraj Edukasi Orang Tua dan Anak

Isra Miraj : Momen Mengajarkan Anak Pentingnya Sholat Lima Waktu

Isra Miraj tak hanya tentang peristiwa penting dalam Islam, tak hanya tentang Nabi Muhammad SAW yang melaju cepat ke Baitul Maqdis, tak hanya tentang langit ketujuh dan tak hanya tentang perintah sholat. Tapi juga sebagai momen penting mengajarkan arti sholat lima waktu kepada anak, apalagi saat anak mendapatkan libur sekolah.

Isra Miraj merupakan dua peristiwa penting dalam perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam satu malam saja. Dari peristiwa ini, kita mengetahui perintah sholat lima waktu yang turun langsung dari Allah. Termuat juga dalam firman Allah QS. Al-Isra: 1 & QS. An-Najm: 13-18.

Menjadi Momen Penting untuk Edukasi dan Kebersamaan Anak

Salah satu hari besar Islam adalah Isra Miraj. Hari besar ini menjadi momen penting dalam meningkatkan edukasi serta kedekatan bersama anak. Ayah bunda bisa memanfaatkan momen kebersamaan ini sebagai langkah menguatkan pondasi iman atau kedekatan hubungan dengan Tuhan dengan mengajarkan disiplin dan tanggung jawab melalui perintah sholat lima waktu.

Mengajarkan Anak Pentingnya Sholat melalui Cerita

Salah satu Psikolog Anak dan Keluarga, Amanda Margia Wiranata, M.Psi. (Paramitha, T. & Sumiyati, 2021), menjelaskan bahwa bercerita pada anak memberikan banyak manfaat untuk sang buah hati, antara lain: (1) Menggugah minta baca anak; (2) Merangsang imajinasi, rasa ingin tahu serta perkembangan otak; (3) Membantu regulasi emosi anak; (4) Memudahkan anak beradaptasi; (5) Serta menguatkan ikatan emosianal orang tua dan anak.

Momen Isra Miraj menjadi waktu yang tepat memberikan cerita-cerita seperti: (1) Bagaimana perjalanan nabi Muhammad SAW ke Masjidil Aqsa hingga terbang ke Sidratul Muntaha; (2) Menjelaskan bahwa sholat lima waktu adalah hadiah langsung dari Allah; dan (3) Tidak lupa cerita dalam kehidupan sehari-hari supaya anak merasa ada di dalam cerita tersebut. Pastikan juga cerita mudah dipahami. Sebagai referensi bercerita, ayah bunda bisa mendapat referensi dari Kisah Islami (Buku Berkisah).

Membiasakan Anak Sholat Lima Waktu

Setelah anak memahami arti kecil dari sholat lima waktu, ayah bunda bisa mulai membiasakan anak untuk melakukannya. Tidak perlu terlalu memaksa anak untuk sholat lima waktu, tapi ayah bunda bisa memberikan contoh langsung sebagai teladannya. Mengutip dari artikel hellosehat (Madarina, 2023), bahwa berdasarkan penelitian bahwa perilaku anak cenderung adalah meniru orang tua melalui observasi dan interpretasinya serta anggapan anak bahwa itu adalah hal yang normal.

Dengan ayah bunda memberikan contoh, misal sholat berjamaah di masjid atau berjamaah di rumah untuk mempererat keluarga. Contoh ini akan menjadi sebuah kebiasaan karena anggapan anak bahwa hal tersebut adalah normal. Ayah bunda bisa sesekali memberikan pujian atau hadiah untuk menambah motivasinya.

Peran Penting Ayah Bunda sebagai Pendidik Pertama

Peran ayah dan bunda sangatlah penting dalam membentuk perkembangan anak, termasuk dalam pemahaman agama dan akhlak yang mulia. Sejak dini, anak belajar dari keteladanan orang tua dalam menjalankan ibadah dan menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Membiasakan anak untuk mencintai sholat, memahami ajaran Islam, dan mengamalkan akhlak yang baik merupakan investasi berharga bagi kehidupan mereka di dunia dan akhirat.

Sebagaimana Al-Quran menjadi pedoman utama dalam kehidupan, orang tua pun memiliki peran sebagai “pendidik pertama” yang menanamkan nilai-nilai kebaikan, sehingga anak tumbuh dengan keimanan yang kokoh dan perilaku yang berlandaskan ajaran Islam.

4 Langkah yang Harus Dilakukan oleh Mitra Wafa Baru - Mitra Bertanya, Wafa Menjawab

4 Langkah yang Harus Dilakukan oleh Mitra Wafa Baru – Mitra Bertanya, Wafa Menjawab

Metode Wafa menghadirkan sebuah ruang untuk membantu berbagai pertanyaan dan menjawab kesulitan yang dialami oleh guru mitra wafa dalam proses pembelajaran di sekolah. Program ini adalah “Mitra Bertanya, Wafa Menjawab” yang hadir dengan seri “Sistem Manajemen Mutu Wafa 7M”.

 

“Kami (lembaga) benar-benar baru menggunakan metode Wafa, bingung apa yang harus kami lakukan?”

Wafa menjawab,

Untuk menerapkan metode Wafa dengan tepat dan efektif bisa mengikuti langkah-langkah berikut:

  1. Ikuti Pelatihan Sertifikasi Guru Al-Quran (PSGA) Wafa
  2. Terapkan Sistem Manajemen Mutu Wafa 7M
  3. Penyusunan Program Kerja Al-Qur’an Berbasis Sistem Manejemen Mutu Wafa
  4. Coaching dan Workshop

 

4 Langkah di atas harus dilakukan oleh lembaga yang baru saja menggunakan Wafa supaya metode Wafa bisa berjalan dengan tepat dan efektif. Berikut ini adalah penjelasan detailnya.

1. Ikuti Pelatihan Sertifikasi Guru Al-Quran (PSGA) Wafa

Lembaga mitra baru diharuskan mengikuti pelatihan ini tak hanya penting dalam proses lembaga mitra baru tapi untuk memastikan bahwa pengajar memahami dan dapat menerapkan metode Wafa dengan baik. Pelatihan ini memberikan dasar-dasar yang kuat dalam pengajaran Al-Quran yang interaktif dan menyenangkan. Tujuannya agar anak-anak atau peserta didik dengan mudah dan menyenangkan mengikuti kelas belajar.

2. Terapkan Sistem Manejemen Mutu Wafa 7M

Hussin, et al. (2023) dan Yusuf, et al. (2021) menyatakan bahwa Implementasi sistem manajemen mutu yang efektif di lembaga pendidikan mengarah pada peningkatan yang signifikan dalam metodologi pengajaran dan hasil belajar siswa. Lembaga mitra Wafa bisa mencoba mengimplementasikan urutan sistem berikut untuk memaksimalkan penerapan sistem metode Wafa. (baca: Sistem 7M)

  1. Memetakan
  2. Memperbaiki
  3. Menstandarisasi
  4. Mendampingi
  5. Mensupervisi
  6. Memunaqosyah
  7. Mengukuhkan

3. Penyusunan Program Kerja Al-Qur’an Berbasis Sistem Manajemen Mutu Wafa

Melanjutkan pada poin sebelumnya, lembaga mitra Wafa juga diharapkan merancang program kerja yang sesuai, terintegrasi yang mendukung implementasi metode Wafa, melalui aspek manajemen mutu. Program ini akan membantu meningkatkan kualitas pembelajaran Al-Quran di lembaga anda.

4. Coaching dan Workshop

Untuk lembaga yang belum memiliki program kerja Al-Quran dan butuh bantuan, bisa dengan gratis meminta coaching secara online dari Wafa Indonesia. Selain itu, lembaga mitra juga bisa berkonsultasi untuk mengadakan workshop tentang sistem manajemen mutu 7M Wafa secara langsung dan akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pengajaran.

 

Masih bingung atau ada kendala? Konsultasi gratis!

Info Coaching Mitra Wafa :

085857584000

(Ustadz Dr. Dody Tisna Amijaya, M.Pd. – Master Trainer Wafa Indonesia)

 

Referensi :

Hussin, A. A., et al. (2023). “The Impact of Quality Management Practices on Educational Outcomes.” Journal of Educational Management, 45(2), 134-150.

Yusuf, M., et al. (2021). “Quality Assurance in Islamic Education: A Case Study of Quranic Schools.” Islamic Education Review, 32(1), 65-82.

Tahun Baru Guru Al-Quran

Tahun Baru, Motivasi Baru Guru Al-Quran

Tahun baru selalu menjadi momen istimewa untuk memulai lembaran baru, termasuk bagi para guru Al-Quran kita. Sebagai pembimbing generasi penerus yang mengamalkan nilai-nilai Al-Quran, mereka juga memiliki peran penting dalam membentuk akhlak dan keimanan anak-anak.

Tahun baru menjadi kesempatan emas sebagai refleksi lika-liku perjalanan sebelumnya, sekaligus menjadi korek api untuk mengobarkan semangat dalam mengajar dan mendidik anak-anak. Dengan motivasi baru, para guru Al-Quran kita semakin mampu menghadirkan ruang kelas yang menyenangkan dan inspiratif untuk mencetak generasi yang mencintai Al-Quran dan berakhlak mulia. (Baca juga: Darimu Kami Belajar Menjadi Guru yang Hebat)

Rasulullah SAW juga Diutus Menjadi Guru

Bayangkan jika Rasulullah SAW saja diutus langsung oleh Allah untuk menjadi guru karena begitu mulianya seorang guru. Seseorang yang tetap belajar hal-hal baru dan mengajarkannya kepada para peserta didik. Begitulah yang juga Rasulullah SAW lakukan.

كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ هَؤُلَاءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلَاءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ

Artinya: “Mereka semua berada dalam kebaikan. Kelompok pertama membaca Al-Qur’an dan berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak Dia akan memberi (apa yang diminta) mereka. Sementara kelompok yang kedua belajar mengajar, dan sesungguhnya aku diutus untuk menjadi guru.” (HR Ibnu Majah)

Tak Apa Mendidik dengan Perlahan

Seperti peribahasa, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”, setiap didikan kecil kita dengan perlahan dan terus-menerus bisa membuat bekas kebaikan untuk pengembangan karakternya. Kebaikan-kebaikan kecil itu perlahan menjadi hal besar di masa depan. Setiap tokoh besar yang bermakna lahir dari hal kecil yang diajarkan secara terus menerus.

كُوْنـُـوْا رَبَّانِيِّـْينَ حُلَمَاءَ فُقَهَاءَ عُلَمَاءَ وَيُقَالُ اَلرَّبَّانِيُّ الَّذِى يُــرَبِــّى النَّاسَ بِصِغَارِ اْلعِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ

Artinya: “Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fiqih, dan ulama. Disebut pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak.” (HR Bukhari)

Mulia dan Dianggap Beruntung oleh Allah SWT

Allah SWT sudah berfirman tentang menyeru kebaikan dan mencegah keburukan. Allah juga mendorong umat Islam menjadi pendidik yang berilmu, yang berperan penting pada tugas penting tersebut.

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

”Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali – ’Imran: 104)

 

————————-

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari).

10 Adab Membaca Al-Quran Beserta Dalilnya

10 Adab Membaca Al-Quran Beserta Dalilnya

Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang penuh dengan petunjuk dan hikmah dari Allah. Diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, Al-Quran menjadi pedoman hidup bagi setiap muslim.

Sebagai umat Islam, kita tidak hanya diwajibkan membaca, tetapi juga memahami, mengamalkan, dan menghormatinya. Salah satu cara menghormati Al-Quran adalah dengan menjaga adab-adab dalam membacanya. Berikut ini adalah 10 adab membaca Al-Quran yang perlu kita terapkan.

 

1. Suci dan Bersih

Pertama adalah dalam keadaan suci dan bersih dari hadats kecil maupun besar, ditambah wudhu serta membersihkan mulut untuk menyempurnakan.

Dari Abu Bakr bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dari ayahnya dari kakeknya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menulis surat untuk penduduk Yaman yang isinya, “Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an melainkan orang yang suci”. (HR. Daruquthni no. 449. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 122).

 

2. Tempat yang bersih

Ulama menganjurkan di dalam masjid, karena akan ada keberkahan di dalam masjid, tempat mulia untuk beribadah, khusunya I’tikaf.

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hendaklah setiap orang yang duduk di masjid berniat i’tikaf baik untuk waktu yang lama atau hanya sesaat. Bahkan sudah sepatutnya sejak masuk masjid tersebut sudah berniat untuk i’tikaf. Adab seperti ini sudah sepatutnya diperhatikan dan disebarkan, apalagi pada anak-anak dan orang awam (yang belum paham). Karena mengamalkan seperti itu sudah semakin langka.” (At-Tibyan, hlm. 83)

 

3. Memulai dengan Ta’awudz

Bacaan Ta’awuds menurut mayoritas ulama yaitu“a’udzu billahi minasy syaithonir rajiim”. Perintah bacaan ini telah disebutkan dalam Al-Quran.

Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

 

4. Membaca dalam keadaan Khusyu’ dan Tadabbur

Keadaan Khusyu’ memberikan rasa nikmat dalam membaca dan mendalami Al-Quran termasuk mentadabbur setiap ayat yang dibaca. Ada beberapa firman Allah yang mengingatkan hal tersebut.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29)

 

5. Membaca Al-Quran Seakan Berhadapan dengan Allah SWT

Saat ini masih banyak sekali yang membaca Al-Quran sebatas lewat lisan saja. Tidak hanya menghayati tapi juga menghadirkan Allah saat membaca Al-Quran melalui keyakinan hati kita. Ibnu al-Qayyim, ulama yang juga dikenal sebagai pakar penyakit hati memberikan nasihatnya.

Barang siapa yang mendengar bacaan Al-Quran, maka berusahalah seakan-akan ia mendengar bacaan Al-Quran dari Allah yang sedang mengajak bicara kepadanya.” (Madariju as-Saliki, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, 2/166)

Jika kamu ingin agar Al-Quran bermanfaat bagimu, maka hadirkanlah hatimu ketika membaca dan ketika mendengar bacaannya. Dengarkan dengan seksama. Hadirkanlah sosok Dzat yang memfirmankan Al-Quran ini dalam hatimu ketika kamu membaca firman-Nya. Karena sesungguhnya, Al-Quran ini adalah firman dari Allah yang ditunjukkan untukmu lewat perantara lisan Rasul-Nya.” (Al-Fawaid, Ibnu al-Qayyim, 1/3)

 

6. Membaca dengan Tartil (Perlahan)

Membaca Al-Quran harus dilakukan dengan perlahan supaya jelas dan tidak ada yang terlewat, karena isi Al-Quran seharusnya apa adanya seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT.

“… Bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzzammil: 4)

 

7. Memanjangkan Bacaan

Saat membaca Al-Quran akan lebih baik jika memanjangkan bacaan namun berdasarkan tajwid.

Riwayat Anas bin Malik telah menjelaskan mengenai bacaan ayat Al-Quran yang dipanjangkan sesuai tajwidnya. Anas bin Malik pernah ditanya tentang bagaimana Nabi SAW, ia menjawab mad atau panjang. Beliau membaca, ‘Bismillahirrahmanirrahim’ dengan memanjangkan lafadz ‘Bismillah’, dan memanjangkan lafadz ‘Ar-Rahman dan memanjangkan lafadz Ar-Rahim’.” (HR. Bukhari 5045)

 

8. Mengindahkan Suara Ketika Membaca

Saat ini banyak irama yang bisa menjadi tuntunan dalam mengindahkan bacaan, seperti pada Irama Hijaz Wafa yang telah disederhanakan serta dipermudah untuk dipelajari mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, demi menumbuhkan kecintaan pada Al-Quran.

Anjuran ini sunnah dilakukan seperti yang dikatakan Al-Bara’, “Aku mendengar Rasulullah SAW membaca ‘Wattini wazzaituun’ ketika sholat Isya, dan aku tidak mendengar seseorang yang bersuara indah atau bacaan selain beliau.” (HR. Bukhari 769)

9. Diperbolehkan Membaca Al-Quran dalam Keadaan Berdiri, Berjalan atau Berkendara

Jika sibuk dan jadwal padat, kita masih diperbolehkan membaca Al-Quran sambil berdiri, berjalan ataupun di kendaraan, selama tetap menjaga keselamatan. Allah SWT berfirman,

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring.” (QS. Ali-Imran: 191)

 

10. Berhenti Membaca ketika Sangat Mengantuk

Jika tubuh dan pikiran sudah merasa lelah dan butuh istirahat, maka lebih baik istirahat terlebih dahulu agar kembali dimudahkan dalam  mentadabbur Al-Quran dengan khusyu’.

Dalam riwayat Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, “Jika salah seorang dari kalian melaksanakn sholat malam, kemudian lidahnya kaku untuk membaca Al-Quran – karena mengantuk – dan dia tidak mengetahui apa yang sedang ia baca, maka tidurlah.” (HR. Muslim 787)

 

Referensi:

Rumaysho. 8 Adab Membaca Al-Qur’an

Detik. 15 Adab Membaca Al-Qur’an, Jangan Lupa Praktikkan Ya!

Dakwah.id. 14 Adab Membaca Al-Quran yang Perlu Diketahui

Munaqosyah Ujian Akhir

Apa itu Munaqosyah? Arti dan Pentingnya untuk Sekolah

Munaqosyah dalam penerapannya di lembaga pendidikan Islam di Indonesia memiliki arti sebagai Ujian Akhir. Program ini umumnya dilakukan pada akhir pembelajaran Al-Quran kepada para peserta didik. Munaqosyah merupakan proses penting dalam pembelajaran Al-Quran sebagai upaya mengukur ketercapaian dari pembelajaran Al-Quran selama di lembaga. (Lihat M6 Munaqosyah)

Guru dan orang tua bisa melihat sejauh mana anak memahami dan menguasai bacaan atau hafalan Al-Quran melalui Munaqosyah. Bukan sekedar ujian, tetapi juga cara untuk mengapresiasi usaha anak-anak dalam belajar, sekaligus memberi motivasi agar semakin semangat mencintai Al-Quran. Bagi anak-anak, kegiatan ini bisa diibaratkan seperti ujian akhir yang penuh makna, di mana mereka menunjukkan apa yang sudah dipelajari selama periode belajar Al-Quran. (Baca juga: Mengatasi Siswa Kemampuan Tidak Sama dalam Satu Kelas – Mitra Bertanya, Wafa Menjawab)

 

Munaqosyah dalam Metode Wafa

Dalam Metode Wafa, Munaqosyah adalah salah satu tahapan penting dari rangkaian manajemen mutu pembelajaran Al-Quran di lembaga mitra Wafa atau dikenalnya tahapan 7M. Proses ini berada di tahap ke-6, yaitu antara Mensupervisi dan Mengukuhkan. Dengan melewati tahapan ini, anak-anak akan semakin siap untuk melangkah ke tahap akhir (Mengukuhkan) dengan penuh percaya diri. (Lihat 7M Wafa)

Tidak hanya anak-anak, Munaqosyah juga menjadi bagian penting bagi guru Al-Quran. Guru yang mengikuti Munaqosyah akan diuji untuk memastikan level pengetahuan dan keterampilannya terstandar dengan baik, sehingga kepercayaan diri dan kemampuan Al-Quran bisa diajarkan dengan cara yang menyenangkan dan benar.

Dalam Munaqosyah, ada dua bidang yang diujikan, yakni Tilawah (Membaca Al-Quran dengan indah dan benar) dan Tahfidz (menghafal ayat-ayat Al-Quran). Dalam prosesnya, Munaqosyah diuji oleh seorang Munaqisy (penguji) dari Wafa Pusat, sehingga standar hasil ketercapaian akan sesuai dan hasil data yang akurat.

 

Mengapa Munaqosyah itu Penting?

Munaqosyah tidak hanya menjadi momen penilaian akhir peserta didik, tapi juga tahapan penting pada proses pembelajaran Al-Quran. Ada beberapa tujuan khususnya pada lembaga mitra Wafa.

  1. Untuk mengetahui kualitas dan keterampilan dalam bacaan Al-Quran guru dan siswa di lembaga pendidikan atau sekolah mitra Wafa
  2. Munaqosyah juga dianggap sebagai bentuk apresiasi serta evaluasi dari proses pembelajaran Al-Quran di lembaga mitra Wafa.
  3. Untuk memastikan setiap guru dan siswa yang belajar mengajar Al-Quran mampu menggunakan Metode Wafa dengan keterampilan Tilawah dan Tahfidz yang terstandar.

 

Melalui tahapan Munaqosyah, pemahaman Al-Quran di berbagai lembaga akan terus ditingkatkan, sehingga kualitas kemampuan dan keterampilan anak-anak maupun guru semakin berkembang dengan baik. Bersama-sama, kita membangun generasi Qurani yang cerdas, berakhlak mulia, mencintai Al-Quran dan membumikan Al-Quran di Indonesia.

Cara Mengatasi Siswa yang Tertinggal Pembelajaran di Kelas - Mitra Bertanya, Wafa Menjawab

Cara Mengatasi Siswa yang Tertinggal Pembelajaran di Kelas – Mitra Bertanya, Wafa Menjawab

Metode Wafa menghadirkan sebuah ruang untuk membantu berbagai pertanyaan dan menjawab kesulitan yang dialami oleh guru mitra wafa dalam proses pembelajaran di sekolah. Program ini adalah “Mitra Bertanya, Wafa Menjawab” yang hadir dengan seri “Metodologi Pembelajaran 5P”.

 

“Ustadz… Mengapa ya capaian pembelajaran Al-Quran siswa tidak merata? Selalu ada siswa yang tertinggal.”

Wafa menjawab,

Hasil pembelajaran AL-Quran yang tidak merata terjadi karena siswa tidak memiliki kemampuan yang sama dalam memahami dan menerapkan apa yang telah diajarkan (Yanti et al., 2018; Utami & Maharani, 2018). Beberapa siswa memerlukan sentuhan lebih interaktif atau personal agar dapat mencapai tingkat capaian yang sama dengan siswa lainnya (Sa’adiyah, 2017; Yusoff, 2022).

Oleh karena itu metodologi pembelajaran 5P Wafa sangat penting untuk dimaksimalkan pelaksanaannya. Dengan optimalisasi kelima tahapan tersebut, pembelajaran menjadi lebih terstruktur, menyenangkan, dan efektif, sehingga dapat mengakomodasi beragam kebutuhan siswa dan meningkatkan capaian pembelajaran mereka (Singgarani, et al, 2021).

Apa saja Tahapan 5P itu?

  1. Pembukaan : Dimulai dengan memotivasi siswa agar siap menerima pelajaran.
  2. Pengalaman : Siswa mengalami materi pembelajaran agar cepat memahami materi.
  3. Pengajaran : Sajikan materi dengan cara yang mudah dipahami dan dipraktekkan oleh siswa.
  4. Penilaian : Lakukan penilaian berkala untuk mengetahui kemajuan siswa dan memberikan umpan balik yang membangun.
  5. Penutupan : Berikan penutupan yang menyentuh hati agar siswa semangat untuk belajar lagi pada pertemuan berikutnya.

 

Mengoptimalkan metodologi ini akan membuat setiap siswa lebih memahami pembelejaran Al-Quran berdasarkan kapasitasnya sendiri. Wafa Indonesia menyediakan pelatihan yang bisa diikuti untuk mendalami dan mengoptimalkan metodologi pembelajara Al-Quran. Program pelatihan ini dirancang khusus untuk membantu para guru Al-Quran dalam meningkatkan efektivitas metode pengajaran, sehingga memberikan dampak positif pada capaian pembelajaran siswa.

Mari bersama-sama tingkatkan kualitas pendidikan Al-Quran!

 

Referensi :

Sa’diyah, H. (2017). Hifdzil Qur’an dan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa Prodi PGMI Jurusan Tarbiyah Stain Pamekasan. STAIN PONOROGO, 2(2), 151-164. https://doi.org/10.21154/ibriez.v2i2.32

Singgarani, A. W., Arifin, Z., & Fathurrohman, N. (2021). Implementasi Metode Wafa pada Pembelajaran Tahsin Al-Qur’an di SMAIT Harapan Umut Karawang. Jurnal Pendidikan Islam, 46-54. https://doi.org/10.30599/jpia.v8i2.1090

Utami, R. D., & Maharani, Y. (2018). Kelebihan dan kelemahan metode talaqqi dalam program tahfidz al-qur’an juz 29 dan 30 pada siswa kelas atas madrasah ibtidayah Muhammadiyah. Muhammadiyah University Press, 1(2), 185-185. https://doi.org/10.23917/ppd.v1i2.7353

Yanti, I. N., Nahwiyah, S., & Mailani, I. (2018). Penerapan strategi prediction guide untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa pada mata pelajaran pai, 5(1). https://doi.org/10.18860/jpai.v5i1.5856

Yusoff, A. M. H. (2022). Effectiveness of al-quran study online: a study among oum kelantan students. 7(46), 75-84. https://doi.org/10.35631/ijepc.746007

Hari Guru Nasional - Ucapan Guru Al Quran

30 Ucapan Khusus untuk Guru Al-Quran pada Hari Guru Nasional

Hari Guru Nasional diperingati pada tanggal 25 November 2024. Hari dengan momentum kebahagiaan karena kita kembali mengingat peran guru yang tak ternilai bagi perkembangan bangsa Indonesia. Guru Al-Quran salah satunya, yang berjuang mengajarkan, mendidik generasi bangsa untuk menjadi insan yang beriman, pandai dalam membaca Al-Quran dan berakhlak mulia.

Pada hari yang istimewa ini, berbagai perayaan dibuat, mulai dari kegiatan upacara, lagu khusus, hingga karya-karya yang dipamerkan. Kita perlu memberikan apresiasi, paling kecilnya adalah sebuah ucapan terima kasih, doa untuk semua guru yang sudah mengajari, mendidik dengan sabar kepada kita. Berikut adalah ucapan yang bisa dibagikan.

A. Ucapan Terima Kasih dan Syukur

Mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas peran guru dalam membimbing.

  1. “Di balik setiap ayat yang saya lafalkan dengan benar, ada doa tak terucap dari seorang guru seperti Anda. Terima kasih telah menanamkan keberkahan ilmu dalam hidup kami.”
  2. “Ketika lisan saya terbata membaca Al-Quran, Anda membimbing dengan sabar. Hari ini, setiap huruf yang saya ucapkan adalah hadiah pahala untuk Anda.”
  3. “Anda adalah bukti hidup bahwa ilmu itu membumi dengan cahaya keimanan. Terima kasih telah mengajarkan kami makna hidup yang sejati.”
  4. “Alhamdulillah, Allah mempertemukan kami dengan Anda, guru yang membimbing kami mengenal firman-Nya dengan penuh cinta dan kesabaran.”
  5. “Guru, Anda adalah bagian terpenting dari cerita hidup kami. Terima kasih telah menjadi cahaya di perjalanan kami.”
  6. “Terima kasihku kuucapkan, untuk guruku yang tulus, sabar dan ikhlas membimbing kami dalam memahami kalam Allah. Semoga kita bisa terus bersama-sama di jalan yang Allah takdirkan.”

B. Penghargaan atas Peran Guru

Menggambarkan guru sebagai sosok pembimbing, penjaga Al-Quran, dan teladan hidup.

  1. “Anda bukan hanya mengajarkan huruf-huruf suci, tetapi juga membentuk hati kami agar bisa membaca dunia dengan pandangan keimanan.”
  2. “Setiap tajwid yang diajarkan adalah benih yang kelak tumbuh menjadi pohon amal jariyah Anda. Terima kasih, Guru.”
  3. “Seperti tinta pada mushaf, jasa Anda mengukirkan iman di hati kami, dan bekasnya tak akan pernah pudar.”
  4. “Anda tak hanya mendidik lisan kami untuk melafalkan ayat, tetapi juga membentuk hati kami agar selalu terpaut kepada Al-Quran.”
  5. “Anda adalah salah satu orang yang paling berjasa dalam hidup kami, karena melalui Anda, kami mengenal firman Allah yang suci.”
  6. “Bukan hanya ilmu yang Anda berikan, tapi juga teladan akhlak. Guru seperti Anda adalah rahmat tak ternilai di dunia ini.”

C. Doa dan Harapan untuk Guru

Berisi doa agar guru mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah.

  1. “Setiap ayat yang kami hafal adalah pahala yang mengalir untuk Anda. Semoga Allah membalasnya dengan Surga tertinggi.”
  2. “Setiap lafaz yang keluar dari lisan kami adalah hasil kesabaran Anda. Semoga Allah menjadikan Anda kekasih-Nya.”
  3. “Semoga setiap huruf yang kau ajarkan, menjadi saksi kebaikan yang kau sebarkan. Kami berdoa agar Allah selalu menjaga engkau, guru kami, yang mulia.”
  4. “Semoga Allah mencatat lelahmu, sebagai penghapus dosa dan penambah rahmat-Nya. Kami adalah saksi akan cintamu, pada firman-Nya yang kau ajarkan dengan indahnya.”
  5. “Engkau telah berjuang mengamalkan Al-Quran. Engkau telah menanam amal jariyah. Semoga kami bisa meneruskan amal jariyah ini dengan akhlak seperti engkau.”

D. Inspirasi Cinta Al-Quran dan Keimanan

Menonjolkan bagaimana guru Al-Quran menginspirasi murid untuk mencintai Al-Quran dan memperkuat iman.

  1. “Ayat demi ayat yang Anda ajarkan adalah peta kehidupan. Dengan bimbingan Anda, kami tahu ke mana harus melangkah.”
  2. “Setiap harakat, mad, dan makhraj yang Anda ajarkan adalah permata yang kini tersemat dalam hati kami.”
  3. “Lembaran mushaf, menjadi saksi bahwa anda adalah seorang guru yang kami dambakan menjadi titipan dari Allah untuk mengajari kami.”
  4. “Engkau menyalakan lentera iman, dalam jiwa yang redup dan rawan. Ayat suci jadi pedoman, hidup kami kini tak lagi berserakan.”
  5. “Al-Quran yang kau ajarkan adalah peta yang membawa kami menuju jalan yang lurus. Bimbing kami terus untuk menggapai mimpi cahaya Qurani.”
  6. “Kami belajar Al-Quran kepada anda, dengan ilmu dan akhlak. Anda menjadi inspirasi kami untuk mengajarkan kembali dengan sifat-sifat terpuji anda.

E. Metafora tentang Peran Guru

Ucapan yang menggunakan bahasa kiasan untuk menggambarkan keistimewaan guru.

  1. “Guru Al-Quran seperti lilin yang membakar diri untuk menerangi jalan kami menuju Surga. Semoga engkau selalu bersama kami hingga di Surga-Nya.”
  2. “Seperti hujan di tanah kering, ilmumu membahasi hari yang gersang. Hingga kini kami memahami, makna iman dalam kehidupan.”
  3. “Di tanganmu tersimpan amanah suci, menyampaikan Kalam yang tak pernah mati. Guru, engkau penjaga firman ilahi, memastikan hidup di hati kami.”
  4. “Setiap lafaz yang kau ajarkan, menjadi jalan bagi kami menuju keimanan. Engkau menghapus gelap kebodohan kami, menggantikannya dengan cahaya Al-Quran.”
  5. “Sungguh, anda tak hanya mengajarkan ayat-ayat, tetapi juga memahatkan cinta kepada Allah di hati kami.”
  6. “Bimbingan Anda adalah lentera yang menuntun kami dari kegelapan menuju cahaya Islam. Semoga Allah memuliakan Anda.”
  7. “Tanganmu menulis ayat di hati kami, membimbing kami untuk mengenal Allah dan firman-Nya, hingga hidup kami penuh dengan makna.”

Semoga guru-guru di Indonesia termasuk guru Al-Quran diberikan kemudahan dalam mendidik generasi bangsa, diberikan rezeki yang mulia dan menjadi sukses kedepannya. Terima kasih bapak/ibu guru.

“Selamat Hari Guru Nasional 2024”

Ilustrasi AI Peran Santri dalam Peristiwa 10 November

10 November Hari Pahlawan, Ada Peran Penting Santri Didalamnya

Pada 10 November 1945, semangat juang arek-arek Surabaya dan para santri menyatu untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman pasukan sekutu. Momen heroik ini menjadi sejarah penting yang menjadikan Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan dan mengingatkan kita akan kontribusi besar kaum santri dalam perjuangan kemerdekaan. Mari kita lihat bagaimana semangat ini bisa menjadi inspirasi pembelajaran bagi kita semua.

 

Mengenal Resolusi Jihad: Titik Awal Kebangkitan Semangat Juang

Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada 21 Oktober 1945 oleh KH Hasyim Asy’ari, Rais Akbar NU, adalah seruan untuk berjihad mempertahankan kemerdekaan. Bagi mereka, menjaga kemerdekaan bukan sekadar tugas, tetapi juga bentuk cinta kepada tanah air dan ketaatan pada ajaran Islam. Sejarah ini juga membentuk Hari Santri Nasional.

Pada saat itu, para pemimpin NU dari berbagai wilayah di Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya untuk mendengarkan amanat dari KH Hasyim Asy’ari. Beliau menegaskan bahwa mempertahankan tanah air dari penjajah adalah kewajiban agama (fardhu ‘ain) bagi umat Islam yang berada di sekitar daerah yang terancam.

 

Kedatangan Tiba-Tiba Sekutu di Surabaya

Pertempuran 10 November disebabkan oleh datangnya para sekutu dari Inggris dan Belanda (NICA), yang masuk pada 25 Oktober 1945. Berawal dari tujuan mengamankan tawanan perang dari melucuti senjata Jepang, tiba-tiba saja sekutu mendirikan pos pertahanan, menyerbu penjara dan membebaskan tawanan perang yang ditahan Indonesia.

Hingga 28 Oktober, pasukan yang dipimpin bung Tomo merebut kembali beberapa tempat penting di Surabaya. Pecahnya saat Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby terbunuh pada 30 Oktober 1945. Muncul ultimatum yang berisi:

  1. Seluruh pemimpin Indonesia di Surabay harus melaporkan diri
  2. Seluruh senjata yang dimiliki pihak Indonesia harus diserahkan kepada Inggris.
  3. Para pemimpin Indonesia di Surabaya harus datang selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945, pukul 06.00 pagi pada tempat yang telah ditentukan dan bersedia menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat.

Resolusi Jihad menggerakkan seluruh rakyat Surabaya dan Jawa Timur untuk berani menolak ultimatum yang dikeluarkan oleh pasukan sekutu. Pertempuran yang terjadi pada 10 November 1945 menjadi bukti semangat yang dibangkitkan oleh resolusi ini. Walaupun menghadapi pasukan yang lebih lengkap dengan persenjataan modern, rakyat Surabaya bertahan dan menolak menyerah, sebuah pelajaran tentang keteguhan hati yang bisa kita ambil.

Tokoh besar muncul seperti Bung Tomo yang membakar semangat juang melalui radio dan K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya yang mengerahkan santri-santri menjadi pejuang kemerdekaan. Di sini, kita melihat bagaimana peran santri tidak hanya dalam pertempuran fisik tetapi juga dalam menjaga nilai-nilai moral dan ketaatan pada Allah.

 

Lazkar Hizbullah dan Barisan Sabilillah: Peran Santri Inspirasi Kebersamaan dan Keberanian

Para santri dari berbagai pesantren di Jawa Timur, termasuk anggota Laskar Hizbullah dan Barisan Sabilillah, dengan penuh semangat ikut terlibat dalam pertempuran. Mereka tidak hanya menjadi pejuang fisik, tetapi juga pembawa semangat moral dan nilai-nilai agama bagi para pejuang lainnya. Pesantren-pesantren di Surabaya menjadi tempat berkumpulnya para pejuang yang berjuang atas dasar keyakinan agama.

Fatwa jihad dari KH Hasyim Asy’ari memberikan motivasi spiritual bagi para santri dan pejuang untuk tidak mundur dalam mempertahankan kemerdekaan. Bagi anak-anak kita, cerita ini mengajarkan bahwa keberanian tidak hanya hadir di medan perang, tetapi juga dalam mempertahankan nilai-nilai kebaikan dan keimanan di kehidupan sehari-hari. Ini adalah semangat yang bisa kita tanamkan dalam pendidikan Al-Qur’an.

 

Referensi

Vita, A. (2023, 10 November). Sejarah Hari Pahlawan, Peristiwa di Tanggal 10 November 1945. Kemenkeu RI. 

Aji, B.R.N. (2024, 18 Januari). Mengenang Peran Santri dalam Pertempuran 10 November 1945. FIB Universitas Airlangga.