Bulan Ramadhan lalu Nurul Hayat bersilaturrahim dengan para guru qur’an dengan pemberian Insentif Bulanan Guru Qur’an. Hari Sabtu tanggal 31 Agustus 2013 kemarin Silaturrahim Nurul Hayat kembali berlanjut dengan mengembangkan skill dan potensi 300 Guru Qur’an melalui metode WAFA. Pendekatan pembelajaran Qur’an dengan metode ini dengan mengoptimalisasi Otak Kanan.Dewasa ini tantangan guru Qur’an semakin beragam. Lanjutkan membaca
Author: superadmin
Pelatihan Wafa Dihadiri Ulama’ Sumenep
Sumenep – Tidak salah bila banyak yang menyebutkan Sumenep sebagai salah satu pusat pesantren. Antusiasme masyarakat kota ini dalam kegiatan yang berbau keagamaan dan Al-Qur’an patut diacungi jempol. Salah satu buktinya dapat dilihat saat pelaksanaan Pelatihan Wafa di Sumenep. Pada hari Jumat-Ahad, 25-27 Oktober 2013 lalu telah diadakan Sertifikasi dan Pelatihan Guru Al-Qur’an Metode Otak Kanan Wafa di Aula KPRI Sumenep. Lanjutkan membaca
Ketika Allah Masih Menyayangi Kita
”Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia justru akan memberikan ujian dan cobaan kepada mereka” (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Baihaqi). “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, niscaya Dia akan menimpakan musibah terhadapnya” (HR Al-Bukhari dan Ahmad). Lanjutkan membaca
Ini Alasan Sayyidina Khalid, Apa Alasan Kita?
Dikisahkan bahwa, sahabat agung yang berjuluk “saifullah al-maslul” (pedang Allah yang terhunus), Khalid bin Al-Walid radhiyallahu ‘anhu, dulu setiap kali mengambil Mushaf Al-Qur’an untuk membacanya, beliau selalu menangis seraya berkata: Kami telah tersibukkan darimu (wahai Al-Qur’an) oleh jihad! Nah, jika sang panglima jihad islami sepanjang sejarah senantiasa menangis dengan penuh rasa bersalah karena, menurut beliau, kurang banyak membaca Kitabullah, dengan alasan syar’i yang demikian indah, mulia dan agung, yakni kesibukan beliau dalam berjihad fi sabilillah, yang tak lain adalah dalam rangka memperjuangkan dan membela ajaran serta nilai-nilai Al-Qur’an itu sendiri, maka apa kira-kira alasan logis kita ketika selama ini bersikap justru seolah-olah tengah “berseteru” dengan Kalamullah dengan begitu jarangnya kita “menyapanya”? Dan apakah kita juga menangis karenanya, seperti sahabat Khalid radhiyallahu ‘anhu dulu menangis? Mari bertobat dan beristighfar..! Lanjutkan membaca
Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Alif laam miin; Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS. Al-Baqarah: 1-2). “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” (QS.Al-Baqarah: 185). “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)” (QS. An-Nisaa’: 174). “Dan Kami turunkan Al-Qur’an sebagai penawar (penyembuhan) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian”. (QS Al-Isra’ : 82). “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir”. (QS Al-Hasyr : 21). “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran (diingat dan dipahami), maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran (mempelajari dan memahami)” (QS. Al-Qamar: 17, 22, 32 dan 40). “Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan” (QS. Al-Furqaan: 30). Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ” (رواه مسلم عن عمر بن الخطّاب رضي الله عنه). ”Sesungguhnya Allah meninggikan dengan Al-Qur’an ini derajat kaum-kaum tertentu (karena berinteraksi dengannya secara baik), dan merendahkan dengannya pula derajat kaum-kaum yang lain lagi (karena mengabaikan, menjauhi dan meninggalkannya)” (HR.Muslim dari Umar bin Al-Khatthab ra.). Lanjutkan membaca
Urgensi Tilawah Al-Qur’an dan Adab-adabnya
- “Berkatalah Rasul : ‘Ya Rabbi, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan (sesuatu yang diabaikan)”. (QS Al-Furqan : 30)
- “Dan apabila kamu membaca Al-Qur’an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada Kehidupan Akhirat, suatu dinding yang tertutup”. (QS Al-Isra’ : 45)
- “Dan Kami turunkan Al-Qur’an sebagai penawar (penyembuhan) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian”. (QS Al-Isra’ : 82)
- “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir”. (QS Al-Hasyr : 21)
- ‘Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada Hari Qiyamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya”. (HR Muslim)
- “Orang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir akan bersama para malaikat mulia. Adapun orang yang membaca Al-Qur’an secara terbata-bata serta berat dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala “. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
- “Barangsiapa membaca satu huruf Al-Qur’an, ia akan mendapatkan satu amal kebajikan yang akan dilipatgandakan pahalanya sepuluh kali. Aku tidak mengatakan : Alif Laam Miim adalah satu huruf, namun (yang aku maksud) ialah : ‘Alif satu huruf, Laam satu huruf, dan Miim satu huruf”. (HR At-Tirmidzi)
- “Utsman bin Affan dan Hudzifah bin Yaman berkata : ‘Sekiranya hati-hati kita bersih dan suci, niscaya tidak akan pernah merasa kenyang dari membaca Al-Qur’an”.
URGENSI TILAWAH AL-QUR’AN
- Tilawah Al-Qur’an adalah salah satu ibadah istimewa dengan pahala yang berlipat-lipat.
- Ia adalah salah satu bentuk dzikir terbaik.
- Sebagai sarana pembentengan, penjagaan, perlindungan dan pembimbing diri.
- Sebagai ruqyah (terapi pengobatan dan penyembuhan).
- Sebagai senjata melawan syetan.
- Sebagai sarana untuk mendapatkan ketenangan, kekhusyukan, rahmat, dan sebagainya.
- Sarana tadabbur untuk memahami kandungan Al-Qur’an dan hukum syari’ah.
- Sarana penguat iman.
- Sarana pengontrol dan penjaga lidah dan mulut.
- Sarana untuk memperoleh syafa’at Al-Qur’an pada Hari Qiyamat.
- Salah satu faktor penentu derajat seseorang disisi Allah (pada Hari Qiyamat).
- Dan sebagainya.
ADAB-ADAB TILAWAH AL-QUR’AN
- Memilih waktu terbaik, cocok dan kondusif bagi kesempurnaan tilawah seperti (secara berurutan) : pada sepertiga malam terakhir (khususnya dalam sholat), lalu tilawah pada waktu malam secara umum, lalu tilawah waktu fajar, lalu tilawah pagi hari, lalu tilawah pada waktu-waktu lain siang hari.
- Memilih tempat yang sesuai dan lebih kondusif seperti masjid atau tempat di rumah atau dimana saja yang tenang dan jauh dari gangguan, kebisingan dan kegaduhan.
- Memilih keadaan diri dan posisi duduk yang menampakkan kekhusyukan dan penghormatan terhadap firman Allah, misalnya berpakaian lengkap seperti dalam sholat, duduk seperti duduk tasyahhud seraya menghadap kiblat, dan lain-lain.
- Berada dalam kondisi fisik yang bersih dan suci dari hadats besar dan juga diutamakan bersih dan suci dari hadats kecil pula.
- Berusaha menjaga kebersihan dan kesucian diri dari dosa, kemaksiatan dan kemunkaran, seperti kemaksiatan-kemaksiatan hati, lisan, mata, telinga, dan lain-lain.
- Menghadirkan niat ibadah, keikhlasan yang sempurna, kekhusyukan hati dan sikap tajarrud (totalitas) dalam ber-ta’amul(berinteraksi) dengan Kalamullah, serta menjauhkan pikiran dan perasaan dari hal-hal yang mengganggu dan meyibukkan.
- Memulai tilawah dengan bacaan isti’adzah atau ta’awwudz sesuai firman Allah dalam QS An-Nahl : 98 ; dan mengawali setiap bacaan permulaan surah (kecuali Surah At-Taubah) dengan basmalah.
- Menangis atau berusaha menangis khususnya ketika membaca ayat-ayat tentang adzab, Hari Qiyamat dan yang semakna dengan itu.
- Menunjukkan sikap pengagungan terhadap Allah Ta’ala dan menghadirkan kesadaran sedang berhadapan dengan Firman Suci Dzat Yang Maha Suci dan Agung ! Serta berusaha membaca dengan penuh perasaan, pemahaman dan tadabbur, sesuai dengan topik dan tema ayat-ayat yang dibaca. Disamping juga merasa seakan-akan ayat-ayat tersebut hanya ditujukan kepadanya.
- Berusaha membaca dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid, makhraj dan tilawah.
- Bagi yang mendengarkan tilawah, juga harus memperhatikan adab-adab dan hal-hal diatas, disamping harus diam, mendengarkan dan memperhatikan dengan baik sesuai perintah Allah dalam QS Al-A’raf : 204.
Oleh : KH. Ahmad Mudzoffar Jufri, MA (Pembina Metode Otak Kanan Wafa)
Guru WAFA Pasuruan Selalu Berbenah
Yayasan Bina Insan Cendekia bekerja sama dengan Wafa melaksanakan Pelatihan Tahsin Guru Tilawah Al-Quran Metode Wafa pada tanggal 2-3 November 2013 di SDIT Bina Insan Cendekia Pasuruan yang diikuti oleh 48 orang peserta baik dari TKIT maupun SDIT Bina Insan Cendekia.
Pelatihan Tahsin Guru Tilawah Al-Quran Metode WAFA merupakan salah satu program pelatihan yang dilaksanakan dengan tujuan agar kualitas tilawah guru WAFA dalam pengajaran Al-Quran semakin meningkat, sehingga dapat melahirkan siswa yang tilawah Al Qur’annya baik dan benar. Pelatihan ini memberikan pembekalan bagi peserta pelatihan untuk mengetahui peta kelemahan dalam membaca Al-Quran sehingga terdorong untuk segera memperbaiki kualitas bacaannya. Pelatihan tahsin ini melatih makharijul huruf, shifatul huruf, dan gharib yang disertai praktek intensif dalam pembacaannya. Acara juga dihadiri oleh Bapak Tri Wibowo yang merupakan bendahara Yayasan BIC.
Salah satu peserta dari SDIT Bina Insan Cendekia, Hasbullah, menyampaikan bahwa ia merasa mendapatkan banyak ilmu baru dari kegiatan ini dan menggugah semangatnya untuk terus memperbaiki bacaan Al Qur’annya. “Dalam 2 hari ini saya lalui tanpa merasa berat dan bahkan waktu yang disediakan terasa kurang,” tambah Hasbullah. Harapannya akan ada tindak lanjut untuk pembelajaran Al-Quran yang nantinya akan diterapkan di sekolah mereka.
Siswa WAFA Sabet Juara Satu
Wafa-Metode Membaca Al Qur’an Otak Kanan | Abdul Kholiq baru saja menjuarai Lomba Tilawah Al Qur’an tingkat SD pada Pekan Kreatifitas dan Seni Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan oleh Kemenag Provinsi Jawa Timur pada tanggal 16-17 September 2013 di Hotel Sutami Surabaya. Peserta lomba ini berasal dari tingkat SD, SMP dan SMA. Peserta lomba mewakili setiap karesidenan yang ada di seluruh Jawa Timur dan Abdul Kholiq mewakili karisidenan Malang.
Abdul Kholiq merupakan siswa kelas 6 dari SDIT Ar Rahmah Yosowilangun Lumajang yang menerapkan pembelajaran Al Qur’an dengan metode Wafa. Metode WAFA Belajar Al Qur’an Otak Kanan merupakan sistem pendidikan Al Qur’an yang bersifat komprehensif dan integratif dengan metodologi terkini yang dikemas mudah dan menyenangkan sehingga sangat bersahabat dengan anak-anak.
Menurut Ustadz Khussaeri yang merupakan guru Al Qur’an di SDIT Ar Rahmah Yosowilangun, “Pembelajaran Wafa memberikan lompatan dalam kemampuan anak menyerap materi yang diajarkan, terlebih di dalam proses pengajarannya yang menggunanakan metode TANDUR, sehingga membantu daya serap siswa. Hal yang paling penting juga adalah anak bisa belajar dengan menyenangkan.”
Salah satu guru pendamping yang juga hadir dalam lomba ini adalah Ust. Udik Lasmono. “Wafa telah memberikan khazanah yang lebih dalam melengkapi metode belajar tilawah Al Qur’an yang sudah ada,” tutur Ustadz Udik Lasmono.