Kepada
Yth. Bapak/Ibu Kaum Muslimin/Muslimat
di Tempat
Mohon izin menyampaikan peluang amal jariyah Al-Qur’an di Bulan Ramadhan bersama Wafa Indonesia🙏😊
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
🌟 🌟 🌟 🌟 🌟
Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Mari kita syukuri kehadirannya dengan memuliakan Al-Qur’an.
Wafa Indonesia menghadirkan program
Amal Jariyah Al-Qur’an di Bulan Ramadhan
🎓🌾📦🎓🌾📦
untuk 1000 guru Al-Qur’an ke berbagai wilayah di Indonesia dan pengembangan media pembelajaran Al-Qur’an. Insya Allah akan dibagikan 10 hari terakhir Ramadhan 1443 H.
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
“Orang-orang yang menafkahkan harta di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan 7 bulir, pada tiap-tiap bulir 100 biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (Karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”
Q.S. Al Baqarah: 261
Untuk itu kami informasikan bagi Bapak/Ibu yang ingin mendapatkan pahala jariyah Al-Qur’an di bulan ramadhan, dapat berpartisipasi untuk turut berdonasi.
Semoga Allah SWT memudahkan rezeki Bapak/Ibu dan rezeki kita semua, sehat wal afiat dan terhindar dari semua wabah dan penyakit.
Penerimaan infaq terbaik Anda paling lambat 🟢 Ahad, 1 Mei 2022
Transfer bisa dikirim ke No rek
💳 BSM 7.111.037.773
a.n. Yay Syafa’atul Qur’an Indonesia
Cantumkan kode (017) di belakang nominal donasi Anda
Misal: Rp 17.017,-
Harap konfirmasi setelah transfer ke https://bit.ly/37bMpBQ
Wassalamualaikum Wr. Wb.
🙏🙏🙏
Sehubungan dengan telah dilaksanakan program munaqosyah guru Al-Qur’an Wafa Indonesia, maka kami mengundang guru Al-Qur’an yang sudah mengikuti munaqosyah dan dinyatakan lulus untuk mengikuti Wisuda Guru Al-Qur’an secara online yang insyaAllah akan dilaksanakan pada:
——————————————————-
Hari/Tanggal : Ahad, 17 April 2022
Waktu : 07.30 s.d 11.00 WIB
——————————————————–
A. Syarat Peserta Wisuda Guru Al-Qur’an
B. Juknis Pendaftaran Wisuda Guru Al-Qur’an
Jika ustadz/h sudah memenuhi syarat yang tertulis di atas, untuk mengikuti wisudah silahkan ikuti tahapan juknis di bawah ini:
C. Juknis Mengikuti Wisuda Guru Al-Qur’an
Narahubung 0812-189-9573 (Ust Adesan)
Berikut 50 peserta terbaik dalam lomba Menulis Kisah Inspiratif “Guru Semesta”. Keputusan dewan juri tidak dapat diganggu gugat. Uruta dalam daftar berikut tidak menunjukkan peringkat.
Ziyaadul Murtado | SMP IT Tunas Cendikia |
Rukmaningtyas Panglipur | Al Anshor 056 |
Muhammad Misbahul Huda | PP. Al Kahfi Singogalih Tarik Sidoarjo |
Halilur Rohman | Griya Qur’an Birrul Walidain Sumenep |
Rika Yulianti | SDIT Darul Mukmin |
Nur Azizah | Sekolah Mutiara Bali |
Basuki Andri Susanto | SDIT Luqman Al Hakim Sukodono Sragen |
Ali Mustofa | SDIT Luqman Al Hakim Sukodono Sragen |
Azizah Rahmaniah | SMPIT Bina Insan Palu |
Meri Efiana | SMPIT Bina Insan Palu |
Noval Rizky | SMPIT Bina Insan Palu |
Nursafitri, S.Pd. | SDIT Yaa Bunayya Sengkang Wajo |
Laila Martasari | SMPIT Al Khair |
Jasmin | Rumah Qur’ani Imam Muslim |
Moh Imron Amrullah | SMPIT Permata Kraksaan |
Istiqomah | SDIT Ar Refah Tanjungpinang |
Abdul Latif | Yayasan Ashabul Kahfi Tabalong |
Puryanti | SDIT Ar Raihan Bantul DIY |
Rabiah | Rumah Qur’ani Imam Muslim |
Marfu’ah | SIT Al Amin Kapuas Kalteng |
Arumaliana | SDIT Al Madinah Tanjung Pinang |
Dyna Rukmi HS | SDIT AL USWAH BANYUWANGI |
Adib Muhammad | SDIT Ar Raihan |
Dinda Ragil Lestari | SMPIT AL GHOZALI JEMBER |
Nor Aina | SDIT Ihsanul Amal |
FIKA MEGAWATI | SDIT TAQIYYA ROSYIDA |
Rahmaniar | SMKIT Khoiru Ummah |
Hilmina | SDIT Ihsanul Amal Amuntai |
SITI KURNIA | SDIT AR RUHUL JADID |
Eka Jana Walianingsih | Sekolah Mutiara Bali |
Lucky Lufita Fitriani | Sekolah Mutiara Bali |
Imaliyah | Sekolah Mutiara Bali |
Alam Prabowo | Sekolah Mutiara Bali |
Bagas Setiawan | Sekolah Mutiara Bali |
Nurul Khotimah | SDIT Insan Permata Bojonegoro |
Fridiyanto Cahyono | SMKIT Khoiru Ummah |
FIQIH APRILYA | SMP ISLAM TERPADU BINA INSAN PALU |
MUHAMMAD HANIF | SDIT TAQIYYA ROSYIDA |
Febri Iswara Nur F | SDIT Taqiyya Rosyida |
Dewi Masrurroh | TK Nurul Fikri Sidoarjo |
Ramadhan | PAUD IT Ihsanul Amal |
SYAHID | SDIT IHSANUL AMAL |
Husnaniah | SDIT Ihsanul Amal Alabio |
RURI NELFI FARIDA | MIN 1 BANGKALAN |
Rudi Rendra | Kundur Kampung Al-Qur’an |
ERNAWATININGSIH | SEKOLAH ALBANNA BALI |
ANDRI HIDAYAT | SDIT TUNAS CENDIKIA BATURAJA SUMATERA SELATAN |
AKHMAD MUZAKIR | SDIT IHSANUL AMAL |
Rani Alindasari | SDIT TAQIYYA ROSYIDA KARTOSURO |
VIRA FEBRIANA | SDITTAQIYYAROSYIDA |
Catatan:
1. Setiap pemenang akan dihubungi lebih lanjut oleh panitia terkait distribusi hadiah dan lain sebagainya.
2. Setiap peserta yang naskahnya akan diterbitkan, akan dihubungi lebih lanjut oleh panitia.
3. Untuk sertifikat setiap peserta akan didistribusikan dikemudian hari.
Gema tentang pengajaran Al-Quran di Indonesia semakin mengangkasa, terutama dengan berdirinya berbagai Lembaga yang khusus mengajarkan tentang baca tulis Al-Quran . Suatu nikmat ang wajib disyukuri tentunya, dimana anak-anak TK telah pandai mengumandangkan kalimat-kalimat Allah itu dengan fasih, bahkan para pemuda dan orang tua yang belum bisa membaca Al-Quran ikut tersentuh hatinya untuk ikut belajar Al-Quran seperti program pemerintah sekarang pemberantasan buta huruf dan latin dan Al-Quran.
Hampir disetiap masyarakat ada kelompok-kelompok muslim, baik tua ataupun muda yang sedang mempelajari Al-Quran. Perguruan Tinggi, dan sekolah-sekolah bahkan kantor-kantor serta instansi banyak yang berpartispasi menyebarkan rahmat Allah ini lewat pengajaran Al-Quran. Seminar dan webinar tentang cara pengajaran Al-Quran pun semakin sering diadakan. Dan MTQ yang merupakan program pemerintah baik untuk tingkat nasional maupun internasional itu adalah
salah satu upaya pemerintah untuk tetap melestarikan nilai-nilai ajaran Al-Quran agar tetap diamalkan oleh manusia agar selamat dunia akhirat. Hal ini adalah suatu perbuatan yang sangat terpuji dan merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Rasululah SAW bersabda yang berbunyi:
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
Artinya : “Sebaik-baik orang diantara kalian adalah yang mu mempelajari Al-Quran dan mau mengajarkannya”.(Hr Muslim, M Taqiyul Islam Qori,2006: 15).
Terkait hadits di atas, jelas bahwa orang yang paling baik adalah orang yang mau mempelajari Al-Quran dan mau mengajarkannya kepada orang lain. Menurut Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin telah menjelaskan:“Al-Qur’an itu diturunkan untuk tiga tujuan : beribadah dengan membacanya, memahami makna dan mengamalkannya”
Pertama dari tujuan tersebut adalah beribadah kepada Allah dengan membacanya, tentunya membacanya dengan tajwid dan ilmu Qiro`ah,
Kedua, memahami makna atau tafsirnya,
Ketiga, mengamalkannya.
Maka misalnya ketika seseorang baru meraih salah satu dari tiga perkara itu dengan baik, berarti baru meraih sepertiga dari tujuan diturunkannya Al-Qur’an! Janganlah berhenti sampai di situ saja, teruskan meraih dua perkara yang lainnya.
Dan Al-Quran dapat memberikan syafa’at kepada para pembacanya dan dapat memasukannya ke dalam syurga. Sebagaimana disebutkan Abi Umamah Al-Bahaliy, ia mengatakan pernah mendengar
Rasulullah SAW bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
Artinya:“Bacalah Al-Quran,maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafa’at kepada pemiliknya”. (H.R Muslim,Agus Sugianto,2006: 3).
Selain daripada itu, Al-Quran merupakan sebaik-baik bacaan orang mukmin, baik di kala senang maupun susah. Al-Quran sekarang ini masih tetap dalam kemurniannya, masih tetap dalam teks aslinya tanpa sedikitpun perubahan. Al-Quran tersusun dalam 114 surah dengan 6236 ayat,74437 kalimat dan 325345 huruf, semuanya adalah wahyu Allah (Herwani, Skripsi: 2010: 2). Ai-Quran yang berbahasa Arab dan begitu banyak jumlah surah dan ayatnya dapat di hafal oleh orang-orang yang memang benar-benar mau menghafal Al-Quran. Tidak ada buku dan literatur di dunia ini yang dapat di hafal walaupun oleh pengarangnya sendiri.
Selanjutnya usaha pemerintah yang lain adalah dengan memasukan pelajaran private Al-Quran dan Tahfizul Quran ke dalam pelajaran MULOK di sekolah-sekolah. Seperti di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Islam Singkawang memasukan pelajaran MULOK dan dianggap sebagai salah satu keunggulan dari sekolah-sekolah lain. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SD-IT) Nurul Islam Kota Singkawang merupakan salah satu Sekolah Dasar Islam Swasta yang terdapat di kota Singkawang. Sekolah ini didirikan pada tanggal 24 Juni 2002 oleh Yayasan Nurul Islam Kota Singkawang adalah untuk mnjawab keinginan masyarakat Muslim Kota Singkawang yang menginginkan adanya lembaga Pendidikan Islam yang unggul dan berkualitas.
Yayasan Nurul Islam dengan segala kesungguhan yang di dukung masyarakat kota Singkawang telah mampu mewujudkan keiingnan dengan mendirikan Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Islam yang kini telah mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat dengan didukung sarana dan prasarana yang memadai, jumlah tenaga edukatif yang refresentatif serta tenaga kependidikan yang cukup handal.Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Islam Singkawang adalah satu-satunya Sekolah Dasar yang memilliki keunggulan baik yang bersifat intra maupun ekstrakurikuler seperti berikut ini:
Dalam upaya mewujudkan Sekolah Dasar Islam unggulan, maka Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Islam menetapkan Visi dan Misi sebagai berikut:
Visi “Menjadi Lembaga Pendidikan Dasar Islam Terbaik Yang Melahirkan Generasi Berkaraker Mulia Dan Berwawasan Lingkungan”.
Misi :
Dari kelima bidang unggulan yang di miliki oleh Sekolah Dasar Islam Terapadu Nurul Islam Singkawang yang paling ditekanan adalah terkait bidang Al-Quran. Sekolah Dasar Islam Terpadu rata-rata memiliki 16 rombel belajar,kelas satu sampai tiga rata-rata 9 rombel dan kelas empat sampai enam ada 6 rombel ini bertujuan agar memudahkan dalam proses pembelajaran terutama bidang al Quran agar pembelajaran disampaikan secara maksimal dan mencapai hasil yang optimal.
Sejak 16 Juli 2007 penulis berkiprah di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Islam sebagai guru Al -Quran baik terkait private Al-Quran dan Tahfizul Quran. Ada beberapa hal yang dilakukan untuk pembelajaran Al Quran agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik:
1. Tugas guru Quran memetakan (Tashnif) siswa di awal pembelajaran.
Ini dilakukan awal tahun pembelajaran sekolah, setiap guru Quran harus melakukan hal ini yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan bacaan Quran siswa mana yang sudah lancar, atau belum lancar bahkan ada yang belum mengenal huruf hijaiyyah.Di Sekolah Dasar Islam Terpadu terdapat guru Quran berjumlah 12 orang yang siap melayani siswa baik terkait tahsinnya dan tahfidznya.
2. Setelah pemetaan siswa tugas selanjutnya adalah memperbaiki bacaan siswa (tahsin)
Kemampuan tiap siswa itu berbeda-beda ada yang cepat daya tanggapnya dan ada yang agak lambat. Dalam hal ini seorang guru Quran harus pandai dan tanggap dalam mengajar, mendidik sisiwanya,dan jangan lupa berdoa untuk siswanya agar apa yang di sampaikan dapat diterima dengan baik dan menjadi amal shaleh. seorang guru yang baik tidak semata-mata hanya mengajar saja tapi ada dakwah yang di embannya,setiap apa yang diucapkannya, dan menjadi amal shaleh dan amal jariyah.
3. Bagaimana menstandardisasi agar tujuan pembelajaran Al Quran efektif di dalam kelas.
Seorang guru Al Quran harus memiiki kecerdasan dalam manajemen waktu, pengelolaan kelas dan wawasan yang agak luas terkait Al-Quran. Tidak hanya menguasai dalam hal bacaan saja tapi guru Quran harus memiliki kecerdasan dalam berdoa, tidak hanya doa belajar yang hapal tapi paling tidak 25 doa untuk stanadar anak TK, TPQ dan SD itu harus dikuasai guru Quran. Begitu juga dengan hal cerita nabi dan Rosul yang 25 itu harus di kuasai oleh guru Al Quran. Guru Quran juga harus paham apa itu Al-Quran dan bagaimana kalau seoarang siswa yang senang berinteraksi dengan Al-Quran.
Ada 12 keutamaan bagi siapa saja yang saja yang selalu berinteraksi dengan Al-Quran msalnya sebagai berikut:
1. Mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.
Artinya: Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya Allah SWT. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an), dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Muslim);
2. Dikategorikan sebagai orang yang baik secara lahir dan batin.
“Perumpamaan orang beriman yang membaca AlQur’an adalah bagaikan buah utrujah, aromanya harum dan rasanya nikmat. • Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tidak ada baunya dan rasanya manis. • Perumpamaan seorang munafik yang membaca AlQur’an bagai raihanah (semacam bunga kenanga), baunya harum namun rasanya pahit. • Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagai buah handzalah (antawali), tidak ada baunya dan rasanya pahit.” (Bukhari dan Musim).
3. Termasuk dalam golongan yang terbaik
Rasulullah bersabda,
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
” Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya”.(HR. Bukhari dan Muslim).
4. Mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi di Syurga.
Dari Abdullah bin Amr bin Al- Ash bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Dikatakan kepada penghafal Alquran: “Bacalah, naiklah dan baca secara tartil. Seperti engkau membaca tartil di dunia. Karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau baca.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi dari Amr bin Ash)
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda,
” Jumlah tingkatan syurga itu sama dengan jumlah ayat-ayat Al-Quran. Maka tingkatan syurga yang dimasuki oleh para hafizh Al-Quran adalah tingkatan paling atas, dimana tidak ada lagi tingkatan sesudahnya”. (HR. Al.Baihaqi).
5. Menghormati seorang hafidz Al-QURAN berarti mengagungkan Allah.
Dari Abi Musa Al-Asy’ari ra bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al-Qur’an yang tidak melampaui batas (di dalam mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil.” (HR. Abu Daud)
6. Mendapat pemberian Allah yang paling afhdal.
Dari Abi Said Al-Khudhriyyi ra dari Rasulullah SAW bahwa Allah SWT dalam hadits Qudsi,
“Barangsiapa tersibukkan oleh Al-Quran dan dzikir kepadaKU dari meminta-Ku maka Aku akan berikan padanya pemberian paling afdhal yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta (kepada-Ku)”. (HR.At-Tirmidzi).
7. Orang tuanya mendapat mahkota kemuliaan di akhirat.
Dari Mu’ad bin Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsipa siapa membaca Al-Quran dan mengamalkan dengan apa yang ada di dalamnya maka pada hari kiamat Allah akan mengenakan kepada orang tuanya mahkota (kemuliaan) yang cahayanya lebih bagus daripada cahaya matahari dalam rumah-rumah di dunia ini. Lalu apa dugaan kalian pada orang yang melakukan hal ini (membaca dan mengamalkan Al-Quran)?’ (HR. Abu Daud).
8. Menjadi keluarga Allah yang berada di atas bumi
Dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah SWT mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia,” lalu sahabat bertanya: ” Siapakah mereka itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “yaitu Ahlu Al-Quran. Mereka adalah keluarga Allah da orang-orang istimewa bagi Allah>” (HR.Ahmad, An-Nasai, Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Al Hakim dari Anas ra).
9. Mendapat syafaat (pertolongan) dari Al-Quran
Dari Abu UmamahAl-Bahili bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Bacalah Al-Quran karena sesungguhnya pada hari kiamat ia akan menjadi pemberi syafaat bagi para pambacanya (pnghafalnya)” (HR.Muslim).
10. Mendapatkan nikmat keNabian, hanya ia tidak mendapatkan wahyu.
Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang membaca (hafal) Al-Quran, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya”. (HR.Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
11. Diampuni dosanya dan tidak disiksa oleh Allah
Dari Abdullah bin Mas’ud ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Bacalah Al-Quran karena Allah SWT tidak akan menyiksa hati yang berisi (hafal) Al-Quran dan sesungguhnya Al -Quran itu adalah hidangan dari Allah, barangsiapa masuk makai akan aman dan barangsiapa mencintai Al-Quran, maka bergembiralah.” (HR.Ad-Daarimi).
12. Mendapat ketentraman dan rahmat
“Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam sebuah rumah dari rumah-rumah dari rumah-rumah Allah, sedangkan mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya kecuali ketenangan turun dating kepada mereka, rahmat menyelimuti mereka, para Malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka pada orang-orang (penduduk langit) yang ada di sisiNya.” (HR. Muslim).
Dari 12 keutamaan berinteraksi dengan Al-Quran hendaknya guru Al-Quran tahu dan paham dan ini harus di sampaikan secara perlahan sesuai dengan materi, agar siswa semangat dan tahu tujuan belaajar Al-Quran bukan hanya berorientasi dunia tapi akhirat.Kalau ini disampaikan dengan siswa terus menerus insha Allah rata-rata siswa belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak menyiakan waktu belajar Al-Quran baik sekolah dan dirumah. Karena pada dasarnya manusia itu harus selalu diingatkan agar tidak lalai, begitu juga gurunya harus selalu menambah wawasan keilmuannya. Mulai tahun pembejaran 2021 ini seluruh tenaga Pendidikan dan kependidikan bukan hanya guru Quran yang dituntut menghafal Quran tapi seluruhnya harus bias dan mendukung.Maka untuk hari Jumat itu khusus baca Quran secara berjamaah dan setelah itu ada setoran hafalan untuk guru mata pelajaran dan seluruhnya tanpa kecuali ,adan dalam hl ini guru Quran harus mempunyai kemampuan lebih dari guru yang bukan Al-Quran.Dan insha Allah dari sekolah sudah membuat program lomba khusus hafalan Quran untuk guru Al-Quran.Hal ini bertujuan untuk menambah semangat Quran agar tetap meningkatan hafalannya dan selalu berinteraksi dengan Al-Quran. Di SDIT Nurul Islam Singkawang setiap sebelum pembelajaran di awal anak-anak dan guru sholat dhuha berjamaah dikelas masing-masing setelah itu merojaah hafalan surah sesuai dengan hafalan tiap kelas yang sudah di sepakti.Jadi dalam menstandardisasai ini guru Quran harus bisa manajemen waktu pembukaan berapa menit, kegiatan inti berapa menit dan penutup berapa menit.Dalam masa pandemi ini jumlah jam mengajar di kurangi, seluruh mata pelajaran dikurangi waktunya.
Dalam manajemen ini bagaimana membangun sistem pembelajaran Al-Quran sejalan dengan penerapan untuk terus menunjang kualitas guru. Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SD-IT) Nurul Islam Singkawang khusus untuk guru Quran dalam hal manajemen mutu untuk meningkatkan kuaitas guru Al -Quran antara lain:
Dalam hal ini Tim Wafa belum hadir ke Sekolah Dasar Islam Terpadu (SD-IT) Singkawang, hanya sebatas ikut pelatihan di al Mumtaz Pontianak.Tapi dari koordinataor Al-Quran SD-IT sendiri sudah mengadakan pemantauan tiap kelas, sudah memberikan saran dan berusaha agar guru Al-Quran tersebut agar tetap semangat dan mau meningkatkan wawasan keilmuannya agar makin baik.
Untuk evalausi Al -Quran yang dilakukan oleh Sekolah Dasar Islam Terpadu (SD-IT) Singkawang dari kelas satu sampai kelas enam waktunya sama dengan mata pelajaran lain. Karena mata pelajaran Al-Quran ini masuk dalam MULOK. Di Sekolah Dasar Islam Terpadu jam Al Quran dalam satu Minggu berjumlah 30 jam dengan rincian 1 jam sama dengan 35 menit menurut K13.Jam Al Quran diperbanyak dengan tujuan agar siswa selalu berinteraksi dengan Al-Quran dan yang merupakan salah satu keunggulan yang selalu diperhatikan oleh orang tua siswa. Rata-rata orang tua yang paham akan Al-Quran dia rela memasukan anaknya ke sekolah yang bayarannya mahal demi anaknya agar selalu berinteraksi dengan Al-Quran.Terkait evaluasi yang di lakukan tiap akhir materi dan setiap selesai hafalan per surah. Ada evaluasi pertengahan semester yang dilakukan secara keseluruhan dari kelas satu sampai kelas enam dalam bentuk teori sesuai materi yang di sampikan oleh guru Al-Quran tiap kelas. Sampai dimana kemampun siswa menerima dan memahami pelajaran Al-Quran tersebut. Kemudian evaluasi tiap semester dilakukan enam bulan sekali secara keseluruhan, baik teori maupun praktek. Ini dilakukan karena ada hasil belajar siswa yang disampaikan dalam bentuk rapot khusus Al-Quran. Untuk kelas enam yang mereka akan selesai belajarnya di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SD-IT ) Nurul Islam maka diwajibkan minimal harus hafal juz 30 , mereka akan diberi sertifikat Al-Quran dari sekolah SDIT Nurul Islam.
Alhamdulillah bagi siswa yang sudah menyelesaikan juz 30 mereka akan di kukuhkan (wisuda) setiap selesai ujian sekolah yang dihadiri orang tua siswa, guru, orang-orang Yayasan, dinas Pendidikan, Depag, dari sekolah lain terutama Taman kanak-Kanak dan komite sekolah. Hal ini dilakukan sejak 2016 sampai sekarang.
_
Penulis : HERWANI, M.Pd.I. – SDIT NURUL ISLAM SINGKAWANG KAL- BAR
Hari pertama mengajar di SDIT Taqiyya Rosyida sekolah yang sangat rindang dan sejuk di pinggiran kota Kartasura. Udara sejuk menyambut teduh di hari pertama mengajar, kami diajak berkeliling bangunan sekolah dan dijelaskan berbagai sudut ruangan disekolah. Hari kedua kami dikenalkan metode yang akan kami pakai untuk mengajar Al-Qur’an dan Tahfidz. Metode yang diajarkan saat pelatihan sangat menarik dan menyenangkan. Menggunakan metode belajar otak kanan WAFA Indonesia memberikan kualitas pembelajaran Al-Qur’an yang mudah, menyenangkan, dan terstandar. Selain pelatihan WAFA metode belajar Al-Qur’an otak kanan kami guru baru juga dibekali softskill lainnya.
Mengajar bukan hal yang mudah ternyata tahun pertama mengajar menorehkan sejuta kisah. Sebagai seorang yang berlatar belakang pendidikan formal belum mengenal pendidikan di sekolah Islam saya menemukan banyak hal menarik selama mengajar. Pembiasaan akhlaq yang luar biasa di terapkan di SDIT Taqiyya Rosyida setiap pagi disambut ramah salam serta senyum anak dan wali murid saat berangkat sekolah. Bel berbunyi anak-anak berbaris didepan kelas menyanyikan yel-yel kelas dan satu persatu masuk dengan mencium tangan ustadz dan ustadzah. Sebelum pembelajaran sholat dhuha dilaksanakan terlebih dahulu dan dilanjutkan murajaah.
Tahun pertama mengajar merupakan awalan yang sangat menantang dengan kondisi masih kuliah, masih menempuh pendidikan di pondok dan beban mengajar. Setiap hari saya lakukan dengan kesibukkan yang tidak ada ujungnya. Pagi buta saya awali untuk mempersiapkan setoran hafalan rutin dipondok sampai pukul 06.30. Selanjutnya saya berangkat kesekolah untuk mengajar, udara sejuk SDIT Taqiyya Rosyida membuat semangat setiap harinya. Mengajar merupakan hal yang sangat saya nantikan bertemu anak-anak dengan senyuman khas mereka. Masyaallah apalagi ketika mereka menyapa dengan panggilan khas dari mereka dan saya mendapatkan jawaban dari pernyataan berkahnya menjadi seorang guru. Seketika lelah dan masalah hilang meski ketika usai maslah kembal lagi dan harus nyata diselesaikan.
Mengajar AQT menggunakan metode WAFA sangatlah menyenangkan selain memudahkan anak untuk belajar ternyata memberikan dampak kepada guru yang mengajar. Mengajar memang tidak akan mengurangi ilmu namun dengan belajar ilmu akan bertambah. Benar sekali selama mengajar saya mendapatkan banyak pengalaman. Dalam hal motivasi menghafal misalnya saya belajar banyak dari anak-anak yang senantiasa semangat dalam menghafal. Membuat saya memiki semangat untuk melanjutkan hafalan saya.
Allah memberikan ujian di tahun pertama mengajar dengan kesibukkan yang masih menumpuk saya jatuh sakit. Sakit sampai berbulan-bulan, hingga saya ingin menyerah dan berhenti mengajar. Masalah yang tidak kunjung usai membuat kondisi semakin rumit. Jam mengajar bertemu anak-anak yang semula sangat menyenangkan kini menjadi menjadi beban. Memang tak seharusnya guru mencampurkan masalah pribadi kedalam kelas namun emosi yang belum stabil dan tubuh yang belum pulih menjadi mendung yang menyelimuti diri. “Astaghfirullah…manusia memang tempatnya salah Ya Allah maafkan saya telah banyak khilaf.” Tiba-tiba kenangan itu muncul kembali melintas dibenak saya awal pertama masuk di SDIT Taqiyya Rosyida yang sangat menyenangkan dan saya nantikan mengapa berubah menjadi beban ?
“Akankah aku lulus dari ujian ini atau menyerah dan berbalik arah ?” harus banyak belajar inilah jawaban dari masalah ditahun pertama. Jawaban dari semua permalahan dalam hidup sebenarnya sederhana namun terkadang manusia banyak yang khilaf. Kedekatan dengan Allah dan kesabaran adalah kunci menyelesaikan masalah hidup. Jadi jika ada masalah mari kembali mendekat kepada Allah perbanyak berinteraksi dengan Al-Qur’an. Allah yag akan memberi kemudahan. Sakit Allah yang akan menyembuhkan, kuliah Allah yang akan mudahkan, dan rizky Allah yang sudah menanggungnya. Semangat itu saya temukan kembali ketika mengajar Al-Qur’an dari sorot mata yang menyinarkan banyak hikmah. Mengembalikan niat awal saya untuk berkontribusi menidik generasi Islam anak bangsa. Mengembalikan niat yang hampir melenceng dan hilang.
Mereka memberikan keceriaan ketenangan dan banyak pelajaran. Terimakasih anak-anakku telah banyak mengajariku. Kini mendung masalah dan sakit sudah hilang digantikan pelangi indah kebersamaan dalam indahnya bingkai pendidikan belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Bersama kalian anak-anakku mari bersama belajar menjadi hamba yang Allah sayangi menjadi generasi Qur’an yang dirindukan.
***
Selang satu tahun mengajar ternyata Allah memberikan kejutan yang lain mendung kembali datang. Mendung yang sangat berbeda belum pernah berada dibenak pikiran manusia. Pandemi datang mengharuskan para guru memutar otak agar pembelajaran tetap berlangsung. Dalam kondisi yang sangat-sangat sulit, pertemuan offline ditiadakan. Lock down dan ketakutan dimana-mana banyak korban berjatuhan, krisis ekonomi melanda.
Ya Allah….
Namun kami tahu tenggelam dalam kesedihan bukanlah solusi, sedih sewajarnya dan mari bangkit karena kita punya Allah yang akan membrikan anugerah yang terbaik. Apapun kondisinya mari kita maksimalkan tanpa keluh kesah dan amarah. Meski pembelajaran online dengan segala kendala dan kekurangannya saya yakin tidak membedakan keberkahan ilmu yang ada. Pembelajaran online nyatanya juga sangat menyenangkan meski melihat mereka dari layar smartphone senyuman dan semangat mereka masih seperti dulu, kepolosan dan kelucuan mereka masih sama seperti dulu. Wahai calon generasi Qur’an semoga kelak kalian menjadi generasi hebat menjadi orang besar dengan Al-Qur’an. Doaku selalu teriring untuk kalian anak-anakku Ustadzah mencintai kalian karena Allah…
_
Penulis : VIRA FEBRIANA – SDITTAQIYYAROSYIDA
Pelajaran Penting Pertama
Pada bulan pertama saya bergabung di SDIT Taqiyya Rosyida, seorang pengampu tahfidz memberikan kepercayaan untuk menjadi pengganti semetara mendampingi ananda di kelompok Al-Qur’an dan Tahfidz (AQT). Saya mendampingi dua kelas, yaitu kelas 1B dan 6A. pertemuan perdana daring bersama ananda saya kumpulkan tugas hafalan dan membaca wafa dari ananda, kemudian saya koreksi satu persatu secara pribadi. Saat pertemuan pertama pula ada ananda yang tidak mengumpulkan tugas dan whatsapp saya kepada orang tua juga belum sempat terbalas hingga berganti hari.
Pertemuan selanjutnya, ananda ini kembali tidak mengumpulkan tugas. Setelah saya konsultasikan ke Ustadzah pengampu sebelumnya, ananda ini memiliki catatan khusus saat pembelajaran daring. Ketika jadwal video call ananda tidak hadir bukan karena ananda tidak mau, ternyata ananda dititipkan dengan Neneknya sehingga terkendala saat jadwal AQT tiba. Alhamdulillah, setelah lebih dari 4 pertemuan ananda tidak ikut, hari diluar jadwal ada pesan masuk dari orang tua ananda. Tersurat balasan penyampaian maaf karena ananda tidak bisa mengikuti AQT sesuai jadwal dan akan mengatur jadwal supaya ananda bisa ikut.
Kring….kring. Video call saya terangkat oleh ananda. “Assalamu’alaikum, perkenalkan ini ustadzah Rani. Sudah tau sebelumnya?” ananda pun tidak menjawab justru memandang layar HP dengan heran. Terdengar suara dari kejauhan “Hayo dijawab dulu…” kemudian si ananda menjawab “Wa’alaikumussalam..” yes..! pendekatan pertama. Kemudian saya lanjutkan menanyakan kabar. Ternyata ananda tidak menjawab, saya tanya keberadaan juga tidak menjawab, saya ajak murojaah tidak menjawab, saya tanya sampai wafa berapa jawabnya simple “Gak tau”, saya tunjukkan buku wafa dari layar HP saya “Ga tau” ujar ananda. Saat itu juga saya berpikir, supaya ananda tidak lagi menjawab hal yang sama untuk kesekian kalinya. Ananda, ambil buku wafanya diransel ya kalau tidak ada kemungkinan di atas meja belajar. Kemudian ananda beranjak dari tempat duduk dan berlari. Nah! Diambillah buku wafanya.
Saya mulai mengajak murojaah dan alhamdulillah 2 surat ia bisa mengikuti. Selebihnya saya skip terlebih dahulu. Lumayan, PDKT dulu hehe. Hari berganti tugas, ananda pun sering saya video call. Malam itu, alhamdulillah diberi kesempatan untuk shering dengan ibu dari ananda. Ibunya menyampaikan beberapa faktor kenapa ananda jarang mengumpulkan tugas maupun ikut pembelajaran daring dan solusi untuk si ananda di ikutkan ke program Rumah Qur’an yang baru berjalan beberapa waktu untuk ananda. Dari kisah satu ananda ini lega dan senang rasanya, bisa mengetahui keadaan sebenarnya yang dialami ananda walau belum genap 1 bulan mendampingi ananda. Disini saya mendapatkan hikmah yang berarti, pada setiap perjalanan baru, kita akan menemukan banyak orang. Semuanya penting! Semua harus kita perhatikan dan pelihara. Walaupun itu hanya sekedar sapaan dan perhatian kecil bertanya “Kabar”.
Pelajaran Penting Kedua (Laporan ke Allah setiap hari)
Selesainya koordinasi tim AQT, saya duduk di serambi sekolah sambil menunggu waktu pulang. “Ayo pulang Us, jangan dipikir sambil ngalamun. Hehe” ujar salah satu ustadzah AQT. Saya sepontan menyampaikan “Us, kan baru pertama nih saya megang, nanti evaluasi ananda dicatat seperti apa?” ustadzah itu menatap saya sambil mangangguk-anggukkan kepala dibumbui senyuman manisnya. Maasyaa Allah, ustadzah satu ini meluluhkan hatiku dengan jawabannya. “Caranya itu.. Laporan administrasi setiap hari. Selanjutnya laporan sama Allah setiap malam”.
Pelajaran Penting Ketiga (Keadilan dalam Kasih Sayang Kepada Ananda)
Pada bulan ke-2 saya bersama tim AQT, alhamdulillah ini strategi baru dari sekolah yaitu Guru Beraksi. Sebelum pembelajaran inti, kegiatan setelah berdoa yaitu talaqqi bacaan sholat untuk kelas bawah. Saat pembelajaran AQT, berkesempatan menjadikan ayat tahfidz siswa menjadi surat yang dibaca. Bagi siswa laki-laki di masing-masing kelompok akan mendapatkan giliran menjadi imam. Saat itu terjadi percakapan antara dua ananda. Ananda A “Aku mau jadi imam lagi” sementara ananda B menyahut “Yang itu belum pernah lo..” dari percakapan ini semua siswa terpusat ke ananda yang belum pernah menjadi imam sholat duha. Terlihat ananda yang dimaksud menundukkan kepala, dengan wajah polosnya sambil mengoyang-goyangkan badan ke kanan ke kiri.
Akhirnya, saya menjadikan anak itu imam. Setelah bacaan Al-fatihah ananda membaca surat pendek pilihan yang ternyata ananda imam belum lancar. Saya mendekati imam dan mengajak semua siswa melantangkan suara bacaan. Dikemudian hari, ananda mengajukan diri untuk menjadi imam lagi dan teman lainnya menyetujui. Hikmah saat itu yang saya mendapati, siswa membutuhkan keadilan dalam kasih sayang ustadz ustadzahnya, sesuai takaran.
Pelajaran Penting Keempat (Ciptakan Momen)
April 2021 menjadi bulan haru bagi saya mendampingi siswa kelas 6. Kita akan segera mengakhiri kegiatan belajar mengajar untuk mereka beralih fokus pada ujian kelulusan sekolah. 1 minggu sebelum ujian lisan tahfidz diselenggarakan, siswa mempunyai kesempatan tatap muka pembelajaran Qur’an. Fun game berhitung itulah ayatku menjadi pilihan saya untuk mengajak siswa murojaah. Ada satu siswa yang ikut bermain, tetapi saat ditumjuk nomor dan ayat yang dibaca, ananda hanya diam dan ingin kembali ketempat duduknya, saya persilahkan khusus bagi ananda ini.
Selesainya permainan saya memanggil ananda kedepan. “Ananda, sini. Sebisanya dan boleh membuka tutup Qur’an kok”. Mengawali dengan senyum-senyum dan suara lirih menyampaikan “Us, maaf belum hafal. Tapi surat ini sudah hafal kok Us” dia menunjukkan surat yang lain dan saya minta untuk menyetorkan beberapa ayat.
“Sekarang ikuti Ustadzah ya” dia menjawab “Iya Us..” sambil menundukkan kepala. Saya talaqqi 1 ayat dengan potongan-potongan ayat secara berulang dan Alhamdulillah ananda bisa mengikuti. Walau ternyata tertinggal jauh dengan target temannya yang lain. Pembelajaranpun selesai, saya mengumumkan untuk persiapan ujian lisan. Tiba waktunya ujian lisan. Ananda ini tidak hadir dan qodarullah, orang tua menyampaikan ananda tidak bisa masuk karena sakit.
Selang beberapa hari, ada pembinaan seluruh ustad ustadzah dari kepala sekolah. Saat itu juga bapak Isnandariawan menyampaikan “Jangan sampai anak trauma dengan Al-Qur’an setelah lulus dari sini”. Kemudian saya menghubungi orang tua siswa, saat itu juga ananda sendiri yang justru menanyakan waktu untuk ujian. Disinilah kesempatan untuk service excellent kepada ananda ini, menitipkan secuil motivasi. Sebelum tiba masanya, kita hanya bisa mendoakan untuk keistiqomahan ananda berjuang dengan Qur’an. Ketika mereka lulus nanti.
Pelajaran Penting Keenam (Menghafal dengan Hati Bukan Hanya Mengandalkan Logika)
“Murojaah sama Ustadzah ya surat Al-‘Alaq”. “Iya Us, audzubillahiminasyaitonirojim…” kemudian ia melantunkan dari ayat 1 ke ayat 2 tanpa jeda. Sesampainya ayat ke 6 ia sudah mulai terbolik-balik, akhirnya dia menghelai nafas panjang “Haaah..” saya lanjutkan satu per satu bersama ananda. Saat ia mengikuti saya, selalu ia mendahului. Tergesa-gesa dan akhirnya dia menyeletukkan kata “Padahal aku sudah hafal lo Us, 19 ayat”. Saya amati anand ini memang selalu tergesa-gesa saat murojaah, alhasil apa yang sudah dihafal akhirnya terseret dengan ayat lainnya.
“Coba lagi yuk mba, pelan pelan saja tidak usah terburu-buru”. “Kalla saufata…” ananda masih kurang fokus. “Alhamdulillah kamu hebat, tapi kenapa ayatnya campur dengan surat lain?” Ayo yang sabar, tidak usah terburu-buru. Diulangi dari ayat 1 lagi bareng Ustadzah yaa” ananda menjawab “Heem, sebel”. Seketika ananda saya acak untuk ayatnya, dan makin kemana-mana ayatnya.
Kondisi mood ananda semakin tidak stabil. Saat saya jauh menatap mata ananda, teringat hal yang saya dapati disuatu petang kala itu. Kubuka layar HP terdapat notifikasi berjudulkan “Deeptalks dengan sahabat”. Menceritakan first impression persahabatan yang salah satu sosok disini seorang mualaf dan hafidzoh. Terinspirasi dari kisah mereka berjuang dengan Al-Qur’an. “Menghafal itu pakai hati, kalau pakai logika ga hafal-hafal” jleb! Kemudain saya menyadari, saya sendiri yang harus jauh belajar untuk lebih dekat dari hati dengan Al-Qur’an.
Bagaimanapun hal ini harus saya tularkan kepada ananda. Pelajaran berharga juga kita dapati dalam QS Al-Khafi : 24 “… dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa…” pelajaran berharga sebagai penghafal Al-Qur’an bahwa ketika ada hafalan yang terlupa, sedikit atau banyak, seharusnya kita segera mengingaat Allah. Setelah itu, kita kembali mengingat-ingat ayat yang terlupa agar kembali melekat dengan baik pada ingatan, dan agar tidak terus-menerus terlupakan karena dibiarkan begitu saja.
“Jika kita menghafal hanya mengandalkan logika saja bisa sampai mba, tapi hasilnya kurang maksimal. Tapi, apabila kita menghafal juga melibatkan hati kita, akan terjadi kedahsyatan pada diri bahkan tiada henti. Insyaa Allah. Istighfar 3 kali. Bismillah, kita lanjut ya dari awal” setelah ananda beristighfar ia memanggil dengan lirih “Ustadzah…” menatap kembali raut wajah ananda sepertinya berbeda, “Iya mba, gapapa pelan-pelan”.
Ananda merubah gaya duduk, merubah intonasi suara saat melafalkan terdengar sangat lembut. Heran lagi tiba-tiba ananda menundukkan kepala mengusap mata,”Kamu kenapa?”. Ananda menggelengkan kepala sambil tersenyum. Sesampainya dirumah, bunda dari ananda meninggalkan pesan “Terimkasih Ustadzah, waktu daring tadi ananda angkat tangan pertama terus dan semangat anaknya”. Alhamdulillah.
_
Penulis : Rani Alindasari – SDIT TAQIYYA ROSYIDA KARTOSURO
Aku Zakier, panggil saja begitu adanya. Lengkapnya Ahmad Muzakir. Nama pemberian dari ayahku, menurut beliau makna “ahmad” adalah orang yang namanya terpuji di seluruh penduduk langit dan “mudzakir” adalah orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah SWT. Sebuah nama yang dengan nama itu aku hidup hingga sekarang. Aku terus belajar untuk memantaskan diri dengan sandangan makna nama itu. Aku berdo’a semoga diriku bisa sesuai apa yang diharapkan oleh kedua orang tuaku.
Ini adalah cerita pengalamanku menjadi guru mengaji di kampung halamanku. Tahun 2008, aku ditawari oleh temanku Said untuk mengajar pada sebuah sekolah swasta. Sekolah itu bernama SDIT Ihsanul Amal. Sekolah ini berada di desa Sungai Sandung kecamatan Sungai Pandan kabupaten Hulu Sungai Utara provinsi Kalimantan Selatan. Sekolah yang berjarak kurang lebih sepuluh kilo meter dari rumahku.
Ringkas cerita, aku diterima menjadi guru di sana. Setiap hari aku pulang pergi antara rumah dan sekolah ke tempatku bekerja menempuh waktu kurang lebih tiga puluh menit. Pergi dari rumah pada pukul 06.30 WITA sampai di sekolah pukul 07.00 WITA. Latar belakang pendidikanku yang konsentrasi dalam hal Al Qur’an menjadikan bahan pertimbangan bagi Yayasan untuk memposisikanku sebagai guru Al Qur’an pada sekolah tersebut. Aku bersyukur bisa diterima di sekolah itu. Hal ini sesuai dengan keinginan almarhum ayahku yaitu menjadi guru ngaji bagi masyarakat. Ayahku memang tak muluk-muluk harapannya untuk anak-anaknya. Dia hanya berharap agar keberadaan anak-anaknya kalau besar bisa menjadi suluh bagi masyarakatnya.
Menjadi guru Al Qur’an pada SDIT Ihsanul Amal memberikan banyak pengalaman bagiku. SDIT Ihsanul Amal adalah sekolah yang juga fokus dalam meningkatkan kualitas siswa dan pendidiknya dalam hal Al Qur’an. Sekolah ini telah bekerjasama dengan Wafa Surabaya. Wafa Surabaya adalah sebuah lembaga berada di Surabaya yang memberikan pendampingan, pelatihan bagi sekolah yang mau meningkatkan kualitas pembelajaran Al Qur’an agar bisa bermutu. Aku diikutkan pelatihan Wafa oleh kepala sekolah saat itu yaitu ustaz Amirudin. Saat pelatihan tersebut aku bertemu dengan trainer dari pihak Wafa, yaitu ustaz Adhan Sanusi, Lc. Ada banyak hal yang aku pelajari dari pelatihan Wafa tersebut yaitu bagaimana cara mengajarakan Al Qur’an yang baik, memahami irama nada hijaz dan menjadi ciri khas metode Wafa. Selain itu aku juga belajar komunikasi, cara memahami perilaku orang lain serta cara menemukan solusi untuk memecahkan sebuah permasalahan. Semua pengetahuan itu sangat berguna bagiku yang masih minim pengalaman ini.
Aku senang menjadi guru Al Qur’an. Selain menjadi guru Al Qur’an di SDIT Ihsanul Amal, aku juga menjadi guru Al Qur’an di kampung. Yakni di kampungku sendiri di Desa Cakeru. Desa Cakeru adalah sebuah kampung jauh dari keramaian kota. Sebuah desa yang ada di kecamatan Amuntai Utara kabupaten Hulu Sungai Utara. Tidak semua anak bersekolah di kampung tersebut, ada juga yang putus sekolah. Mereka meninggalkan pendidikan formal. Ini terjadi bukan tanpa sebab, tentunya ada alasan dan faktor tertentu yang melatar belakanginya. Sebagian besar di desaku, memang karena latar belakang ekonomi. Akibat dari putus sekolah tersebut memang banyak anak yang hilang waktu mereka untuk mengenyam pendidikan karena mereka bekerja mengikuti keinginan orang tuanya. Tuntutan keadaan yang membuat mereka bersikap demikian.
Putus sekolah adalah bagian dari permasalahan masyarakat, selain itu maraknya penggunaan narkoba juga terjadi di desaku. Hingga suatu ketika pernah terjadi penggerebekan oleh pihak kepolisian di depan rumahku. Polisi menembakkan peluru ke atas langit beberapa kali, sebagai isyarat agar pelaku menyerahkan diri. Aku dan keluargaku terkejut. Aku dilarang oleh ibuku keluar rumah, hanya diam dan melihat dari bilik kaca jendela. Menurut tetanggaku penggerebekkan terjadi karena mau menangkap bandar narkoba yang mau melarikan diri. Akhirnya bandar narkoba tadi berhasil diamankan pihak kepolisian.
Merajalelanya narkoba, minimnya pengetahuan keagamaan, banyaknya anak-anak yang putus sekolah, sedikitnya jama’ah yang shalat di musala tempat tinggalku, membuatku miris dan sedih. Lingkungan yang membuat sanubariku terpanggil untuk bergerak melakukan perubahan yang lebih baik. Pesan dosenku saat kuliah senantiasa menggaung ditelingaku. DR. H. Saberan Affandi, MA beliau menyampaikan “syiarkanlah Al Qur’an karena dia dari yang Maha Mulia, tempelkan namamu bersamanya maka kamu akan mendapatkan kemuliaan. Menjadi guru Al Qur’an walaupun kamu tak digaji nanti Allah yang akan membalasmu di akhirat”. Belum lagi pesan ayahku yang selalu tersemat juga dalam kepalaku, yaitu “jadilah suluh bagi masyarakat, belajarlah bacaan Al Qur’an agar nanti bisa jadi imam shalat menggantikan ayah, kalau ayah sudah meninggal dunia”. Atas dasar inilah aku mendalami ilmu tentang Al Qur’an dan juga berinisiatif membuka pembelajaran Al Qur’an selepas shalat magrib di rumahku.
Kegiatan sukarela ini aku lakukan sendiri. Tujuanku untuk merangkul anak-anak tetangga yang ada di sekitar rumahku. Langkah kecil yang aku lakukan ini kuharapkan menjadi manfaat yang lebih baik untuk kampungku. Kegiatan ini aku lakukan karena di tempatku belum ada TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an). Kegiatan pembelajaran Al Qur’an ini sangat didukung oleh ibuku. Kadang-kadang beliau menyuguhkan pisang goreng untuk anak-anak yang belajar Al Qur’an. Jelas hal itu sangat menyenangkan bagi anak-anak yang mengaji Al Qur’an saat itu.
Ada sekitar lima belas anak-anak yang belajar mengaji Al Qur’an di rumahku. Mereka beragam usia, dari usia delapan tahun hingga empat belas tahun. Pengetahuan yang aku dapatkan di SDIT Ihsanul Amal sangat berguna bagiku. Cara dan metode yang aku ketahui di sana, sebagian aku terapkan juga pada pembelajaran Al Qur’an di rumahku. Meskipun dalam suasana non formal, pola pembelajaran tersebut terus aktif. Seperti membuat peraturan selama belajar, adanya konsekuensi logis dan irama nada lagu hijaz metode Wafa. Selain itu, sebelum memulai pembelajaran juga dilakukan pengulangan bacaan surah-surah pendek juz tiga puluh dalam Al Qur’an. Hal ini aku lakukan agar membiasakan mereka. Harapanku, setelah mereka sudah terbiasa, mereka akan mudah menghapalnya.
Langkah berikutnya yang aku lakukan adalah membuat aturan dalam pembelajaran Al Qur’an di rumahku. Hanya satu aturan yaitu pembiasaan shalat lima waktu berjama’ah. Bagi anak yang melaksanakana shalat lima waktu berjama’ah aku layani pembelajaran secara privat mendapat tempat lebih dulu. Bagi yang belum sempurna akan dilayani sesuai urutan ketercapaian berapa waktu yang mereka laksanakan. Kalau misalnya ada yang sama skornya, maka anak yang lebih disiplin datangnya ke tempat mengaji itu yang lebih awal mendapat pembelajaran privat dariku. Rupanya ini berdampak positif bagi lingkungan sekitarku. Ada hal yang luar pikiranku, mereka berinisitif saling mengajak teman-temannya agar shalat berjama’ah. Apalagi saat mau shalat subuh. Setiap anak, mereka saling mengetok pintu rumah dan mengajak temannya agar shalat berjama’aah. Orang tua di sekeliling rumahku merasa terharu. Mereka tersadarkan. Banyak orang tua yang bersyukur karena gerakan anak-anak ini menjadi inspirasi dan menumbuhkan nilai-nilai religi. Selain itu juga menumbuhkan rasa malu bagi orang tua atau ayah mereka yang masih belum rajin ke mushala. Mereka merasa terpanggil juga untuk shalat berjama’ah. Jumlah jama’ah shalat semakin banyak. Ada pergerakan yang lebih baik. Biasanya satu shaf, kini menjadi dua shaf shalat.
Suasana belajar aku lakukan secara bervariasi. Sebelum memulai pembelajaran, Kadangkala kuselingi dengan cerita edukatif, hapalan surah, tepuk-tepukan yang membuat riuh dan suasana menjadi hidup. Beberapa anak mereka bergerak dengan keluguannya mengajak anak-anak yang lain untuk belajar di tempatku. Pengalaman belajar yang mereka rasakan, mereka ceritakan dengan teman-temannya yang lainnya. Rumahku akhirnya di datangi anak-anak lain beda RT yang juga ikut bersama belajar mengaji Al Qur’an. Karena jumlah anak-anak tersebut mulai banyak, aku meminta adikku Mubarak untuk membantuku mengajar Al Qur’an. Kamipun berdua akhirnya sama-sama mengajar Al Qur’an di rumah tersebut.
Salah satu di antara anak yang aku bimbing itu ada yang bernama Dani. Ibunya sengaja mendatangiku untuk meminta anak beliau juga diajarkan cara baca Al Qur’an. Dani adalah anak yang santun. Ayahnya sudah lama lumpuh sehingga tak bekerja lagi. Ibu Dani menjadi tulang punggung keluarga. Kondisi keluarga ini memang sangat memprihatinkan. Semasa usia itu, Dani sudah bersekolah pada jenjang Madrasah Tsanawiah. Anak ini tergolong rajin dan berbakti pada orang tuanya. Paginya dia sekolah, siangnya dia berjualan nasi dan gorengan untuk membantu ibunya. Memang banyak anak yang belajar, tetapi dari sekian anak yang belajar di tempatku, Dani yang paling rajin belajar Al Qur’an. Setiap ada lomba di sekolah yang berkaiatan dengan Al Qur’an dia tidak sungkan untuk berlatih di tempatku. Pernah dia mengikuti lomba adzan, kemudian dia memintaku untuk melatihnya. Aku juga sambil belajar melatih semampu yang aku bisa. Alhamdulillah dengan kesungguhannya, dia akhirnya juara sampai ke tingkat provinsi.
Saat ini anak-anak yang aku dan saudaraku Mubarak sudah ada yang kuliah, termasuk Dani. Dia sekarang kuliah di STIQ (Sekolah Ilmu Tinggi Al Qur’an) semester tiga. Dia juga telah menghapalkan lima belas juz Al Qur’an. Setiap bulan Ramadhan dia diminta untuk menjadi imam shalat di mushala dan sebagian masjid. Sekarang kultur keagamaan di mushala tempat aku tinggal juga semakin semarak dengan kegiatan keagamaan. Sudah banyak jam’ah yang shalat lima waktu. Kondisi anak-anak yang putus sekolah dan masyarakat pengguna narkoba juga sudah mulai berkurang. Setiap malam Senin dan Jum’at juga ada pengajian dan tadarus Al Qur’an. Semua atas kuasa Allah SWT untuk menggerakkan hambanya melakukan perubahan kondisi yang lebih baik. Sekarang ini juga telah didirikan TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an) di kampungku. Walaupun pandemi, pembelajaran Al Qur’an terus berlangsung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Isteri saya juga menjadi guru di TPA tersebut.
Ada banyak kejadian yang ada di sekitar kita menjadi nilai bermakna dalam hidup. Ketika kita meluruskan niat dalam melakukan kebaikan, maka ada pertolongan Allah SWT yang datang merestui setiap langkah kita. Segala kendala dan rasa sakit dalam perjuangan dakwah kebaikan pasti ada akan berakhir. Berusahalah sabar dan ikhlas dalam menjalaninya. Libatkanlah peran Allah SWT dalam segala gerak dan langkah kita, serta memohon restu dengan orang tua, dengan begitu keberkahan menyertai kita. Ketika kita membumikan Al Qur’an, mensyiarkan Al Qur’an, memuliakan Al Qur’an. Allah tak akan segan mengumpulkan kita bersama-sama orang yang mulia. Baik itu dunia, maupun di akhirat kelak. Hasbunallah Wani’mal Wakil. Ni’mal Maula Wa Ni’man Nashir. (Alabio, 17 Agustus 2021).
_
Penulis : AKHMAD MUZAKIR – SDIT IHSANUL AMAL
Betapa merasa tidak apa-apanya ketika bertemu dengan orang-orang yang memiliki kualitas keimanan yang begitu memukau. Kesehariannya begitu mempesona, urusanannya begitu tertata, prilakunya begitu bersahaja. Sangat menyejukkan bagi orang-orang yang berinteraksi dengannya. Hal memukau lainnya adalah ketika bertemu dengan orang-orang yang memiliki banyak hafalan Alquran. Entah itu anak-anak, remaja, dewasa, bahkan yang usianya telah lanjut sekalipun. Orang-orang yang berkemauan untuk menghafal Alquran adalah orang-orang yang mensyukuri pemberian Allah, mensyukuri karunia berupa memori otak yang sangat luar biasa dalam mengolah informasi yang diterima. Penghafal Alquran juga adalah orang yang tidak mau membiarkan sel-sel otaknya tumpul, karena tidak dimanfaatkan untuk berfikir ataupun mengingat. Kelebihan lainnya dari seorang penghafal Alquran adalah bermainnya tidak hanya disektor mengoptimalkan fungsi memori otak saja, namun juga bermain dalam ranah mengoptimalkan ruhiyahnya. Menjaga kebersihan ruhiyah agar hafalan yang telah didapatkan tetap mampu bertahan dalam jiwanya adalah syarat mutlak bagi para penghafal Alquran. Agar hafalannya mampu menyinari hatinya sehingga dalam fikiran, sikap dan tindakannya terekspresi nilai-nilai yang qurani.
Saya memang bukanlah seseorang yang pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren. Namun dalam keseharian semenjak kecil orang tua saya menanamkan pentingnya belajar ilmu agama. Ketika masih kecil saya diantarkan untuk belajar mengaji (belajar baca Alquran) oleh orang tua saya. Darisanalah saya mulai untuk belajar mengenal huruf-huruf Alquran. Dengan berjalannya waktu tumbuh jadi remaja dan dewasa, alhamdulilllah jika diminta untuk membaca huruf-huruf di dalam Alquran saya bisa. Tidak lagi buta sama sekali. Saya sangat bersyukur kepada Allah dan sangat berterima kasih kepada kedua orang tua dan khusunya kepada guru mengaji saya yang akrab kami panggil uwak, karena telah mengajarkan saya membaca huruf-huruf dalam aluran. Yang tak kalah penting beliau sampai saat ini menjadi orang yang saat konsisten untuk mengajarkan baca alquran kepada anak-anak generasi penerus agama ini. Panjangnya nafas perjuangan beliau dalam mengajarkan Alquran semoga menjadi amal jariyah yang tak terhingga bagi beliau. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin..
Saat ini begitu banyak metode belajar Alquran yang bermunculan. Dari sekian banyak metode yang muncul tidak ada yang jelek, semuanya bagus. Tinggal bagaimana cara kita menggunakannya dan metode mana yang dirasa pas dengan situasi dan kondisi kita. Saat kecil dulu saya belajar membaca Alquran dengan metode Baghdadiyah atau yang lebih dikenal dengan istilah Turutan ada juga yang menyebutnya Alif-Alifan. Dewasa ini cara pengajaran dengan metode ini sudah mulai jarang digunakan, karena dirasa proses belajar dengan metode ini panjang sehingga terkesan lamban. Namun metode ini tetap menjadi acuan berbagai metode dalam mengembangkan metode pembelajarannya. Setelah semakin bertambah teman dalam pergaulan, semakin banyak saya mengetahui metode dalam belajar alquran. Ada metode iqro, metode ummi, metode yanbu’a, metode tilawati dan serterusnya. Pada umumnya masyarakat tidak terlalu mempermasalahkan mau dengan metode apa belajar membaca Alquran tersebut. Karena yang terpenting adalah dalam proses belajar tersebut, siapapun yang belajar pada hasil akhirnya nanti menjadi bisa membaca alquran dengan baik dan benar. Namun, zaman semakin berkembang, masyarakatpun membutuhkan akselerasi dalam proses pembelajaran Alquran. Apalagi zaman now dengan merebaknya gadget secara langsung ataupun tidak langsung cukup mempengaruhi tingkat kesabaran seseorang dalam proses belajar. Sehingga Metode belajar Alquran dengan metode Wafa bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mempercepat proses belajar membaca Alquran.
Saat ini saya mengenal metode pembelajaran Alquran dengan metode Wafa dan saya turut mengajarkan metode wafa ini kepada peserta didik yang ada di sekolahan tempat kami mengajar, guru-gurunyapun mendalami metode ini. Dari pengalaman saya dalam mengajarkan Alquran, khususnya mengajar dengan metode wafa ini ada beberapa hal yang saya rasakan dan sangat penting untuk dimiliki oleh siapa saja yang mengajar alquran. Hal-hal tersebut sebagai berikut :
1. Semangat untuk jadi pembelajar
Sebelum mengajar Alquran dengan metode Wafa. Saya sudah mengetahui kalau ada belajar Alquran dengan metode Wafa. Namun pada saat itu saya belum mendalami metode ini. Tentu saja adalah hal yang wajar jika diawal-awal yang saya rasakan adalah saya masih merasa belum akrab dengan metode ini. Hal ini membuat saya bertanya dalam hati, apa bedanya metode ini dengan metode lainnya? apa kelebihan metode ini? Sehingga dengan berjalannya waktu saya mulai mengakrabi metode ini, saya banyak belajar dengan para guru-guru Alquran di sekolahan kami yang sudah lebih dahulu mendalami metode ini. Akhirnya sedikit demi sedikit saya mulai mengetahui metode belajar Alquran dengan metode wafa ini. Metode belajar Alquran dengan metode Wafa secara sederhana dapat saya maknai sebagai metode belajar baca alquran dengan menggunakan pendekatan otak kanan. Menggunakan imajinasi, huruf-hurufnya diimajinasikan dengan hal-hal yang dekat dengan keseharian para peserta didik, agar mudah lengket dalam ingatan peserta didik. Sehingga bila peserta didik lupa dengan huruf yang sedang dibaca, tinggal dingatkan saja dengan analogi-analogi yang dekat dengan keseharian peserta didik tadi. Sehingga dengan demikian belajar lebih terasa menyenangkan dan mudah untuk diingat. Contoh untuk mengenal dan mengingat huruf mim, ta, sa, ya, kaf ro dan dal. Diimajinasikan dengan memberi tanda fathah pada setiap hurufnya. Sehingga huruf-huruf tadi bisa terangaki menjadi ma-ta-sa-ya-ka-ya-ro-da. Mata dan roda adalah hal yang dekat dengan keseharian, sehingga mudah diimajinasikan untuk diingat. Belajarpun menjadi menyenangkan. Ini baru sebagian hal yang menjadi keunikan dalam belajar menggunakan metode wafa. Membacanyapun menggunakan nada baca yang ear catching. Nadanya menggunakan nada Hijaz. Jika ada 4 bagian nada yang digunakan datar-naik-naik-turun. Jika tiga bagian nadanya datar-naik-turun, jika ada 2 bagian pada bacaan nadanya datar-turun. Berdasarkan pengalaman para guru yang sudah lama mendalami metode ini. Jika kita membaca dengan menggunakan nada Hijaz ini, baca Alquran serasa tidak mau berhenti, membaca Alquran menjadi serasa nagih ingin baca lagi dan lagi, karena menyenangkan. Saya pelajari hal tersebut dan akhirnya saya mulai beradaptasi dengan hal-hal tersebut. Jadi semangat untuk terus belajar adalah sangat penting dimiliki oleh siapa saja yang ingin akrab dan bisa menguasai suatu hal. Termasuk dalam belajar Alquran dengan metode Wafa ini. Benarlah adanya petuah orang-orang yang mengatakan bahwa dengan mengajar maka anda akan belajar. Hal ini turut saya rasakan dalam mengajarkan Alquran dengan metode wafa ini. Sehingga guru dan siswa insya Allah sama-sama berkembang. Karena terus belajar.
2. Menjaga Performa Keimanan
Pengalaman berikutnya yang semakin saya rasakan adalah, menjadi guru atau pendidik itu benar-benar harus mampu untuk menjaga kualitas ruhiyah. Kualitas ruhiyah ini memberi pengaruh terhadap suasana psikologis seseorang. Baiknya kualitas ruhiyahnya insya Allah baik pula suasana psikologisnya. Darisanalah terpancar cahaya keteduhan bagi siapa saja yang berinteraksi dengannya. Darisanalah terekspresi kualitas semangat, etos kerja menjadi meningkat karena performa keimanannya sangat kuat. Menjadi guru yang mengajarkan pelajaran umum saja sangat penting untuk menjaga ruhiyah, terlebih lagi menjadi guru Alquran. Yang saya rasakan bila performa keimanan meningkat, beberapa kemudahan yang Allah turunkan diantaranya adalah peserta didik yang diberi pengajaran menjadi mudah untuk diajak bekerjasama. Ilmu yang hendak diajarkan pun menjadi mudah untuk ditransformasikan dan banyak lagi kemudahan-kemudahan lainnya. Direktur sekolahan kamipun tak pernah lelah untuk memberikan taujihnya tentang pentingnya menjaga kualitas keimanan sebagai seorang guru. Beliau mengutip pesan dari ulama yang mengatakan bahwa kait mata antara seorang guru dengan muridnya itu sangat kuat. Bila seorang guru melakukan suatu kemaksiatan, maka efek dari kemaksiatan itu bisa terpancar dari mata gurunya. Bila seorang guru tersebut adalah orang yang taat maka kait ketaatan itulah juga yang akan terpancar dari mata gurunya ke mata murid-muridnya. Maka sangat penting sekali bagi guru untuk menjaga ketaatannya. Lebih-lebih lagi guru Alquran yang bercita-cita membentuk generasi yang qur’ani.
3. Sinergi antara rumah dan sekolah
Hal salanjutnya yang penting untuk ada dan hadir di tengah-tengah kita agar tujuan dan pencapaian pengajaran menjadi tercapail adalah, adanya senergi antara rumah dan sekolah. Lebih-lebih dimasa pandemi seperti sekarang ini. Pembelajaran di sekolah secara frekuensi waktu menjadi berkurang. Jarak interaksi secara langsung menjadi terbatas. Karena tidak boleh berkerumun dan tidak boleh lama-lama dulu jika sedang berinteraksi secara langsung. Pertemuan banyak dilakukan di dunia maya dengan aplikasi tertentu, yang bila kondisi signal untuk mengakses ruang pertemuan tersebut sedang kurang baik tentu saja menjadikan pertemuan via online tersebut mengalami kendala. Tantangan-tantangan semacam ini tidak bisa diatasi bila minimnya kerjasama antara sekolah dan rumah. Tak terkecuali dalam mengajarkan Alquran. Para pengajar Alquranpun terkena dampaknya dan harus mampu beradaptasi dengan keadaan seperti ini. Kemudian para pengajar utama dikeluarga dalam hal ini adalah orang tua bagi anak-anaknya butuh untuk turut melakukan pendampingan terhadap anandanya dirumah agar pembelajaran Alquran di sekolah mampu tetap terjaga dirumah. Kemampuan peserta didik dalam menyerap pelajaran tidak sama, berkurangnya waktu untuk ruang pertemuan secara langsung cukup memberikan pengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sehingga komunikasi dan kerjasama antara sekolah dan rumah menjadi sangat penting. Kami para pengajar sangat bersyukur bila ada orangtua yang begitu objektif dalam menilai proses pembelajaran yang saat ini sedang terus-menerus menyesuaikan dengan keadaan zaman. Saya sangat merasa tersentuh ketika ada orang tua siswa yang mengatakan : “ Pak ini anak kami, anak kami anak bapak juga. Ketika bapak yang mengajar maka sepenuhnya kami serahkan pengajaran itu kepada bapak. Bila dirumah maka itu manjadi tanggung jawab kami, kami yang akan mengambil peran untuk mendidiknya” hal ini adalah salah satu bentuk gayung bersambutnya antara peran sekolah dan rumah. Mudah-mudahan dengan semakin sinerginya rumah dan sekolah dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan, akan semakin mempercepat terwujudnya masyarakat yang kondusif dalam menyambut tegaknya nilai-nilai positif di tengah tatanan masyarakat kita. Aamiiin ya Rabbal ‘Alamin..
_
Penulis : Andri Hidayat – SDIT TUNAS CENDIKIA BATURAJA SUMATERA SELATAN