Tahun baru selalu menjadi momen istimewa untuk memulai lembaran baru, termasuk bagi para guru Al-Quran kita. Sebagai pembimbing generasi penerus yang mengamalkan nilai-nilai Al-Quran, mereka juga memiliki peran penting dalam membentuk akhlak dan keimanan anak-anak.
Tahun baru menjadi kesempatan emas sebagai refleksi lika-liku perjalanan sebelumnya, sekaligus menjadi korek api untuk mengobarkan semangat dalam mengajar dan mendidik anak-anak. Dengan motivasi baru, para guru Al-Quran kita semakin mampu menghadirkan ruang kelas yang menyenangkan dan inspiratif untuk mencetak generasi yang mencintai Al-Quran dan berakhlak mulia. (Baca juga: Darimu Kami Belajar Menjadi Guru yang Hebat)
Rasulullah SAW juga Diutus Menjadi Guru
Bayangkan jika Rasulullah SAW saja diutus langsung oleh Allah untuk menjadi guru karena begitu mulianya seorang guru. Seseorang yang tetap belajar hal-hal baru dan mengajarkannya kepada para peserta didik. Begitulah yang juga Rasulullah SAW lakukan.
كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ هَؤُلَاءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلَاءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ
Artinya: “Mereka semua berada dalam kebaikan. Kelompok pertama membaca Al-Qur’an dan berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak Dia akan memberi (apa yang diminta) mereka. Sementara kelompok yang kedua belajar mengajar, dan sesungguhnya aku diutus untuk menjadi guru.” (HR Ibnu Majah)
Tak Apa Mendidik dengan Perlahan
Seperti peribahasa, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”, setiap didikan kecil kita dengan perlahan dan terus-menerus bisa membuat bekas kebaikan untuk pengembangan karakternya. Kebaikan-kebaikan kecil itu perlahan menjadi hal besar di masa depan. Setiap tokoh besar yang bermakna lahir dari hal kecil yang diajarkan secara terus menerus.
كُوْنـُـوْا رَبَّانِيِّـْينَ حُلَمَاءَ فُقَهَاءَ عُلَمَاءَ وَيُقَالُ اَلرَّبَّانِيُّ الَّذِى يُــرَبِــّى النَّاسَ بِصِغَارِ اْلعِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ
Artinya: “Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fiqih, dan ulama. Disebut pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak.” (HR Bukhari)
Mulia dan Dianggap Beruntung oleh Allah SWT
Allah SWT sudah berfirman tentang menyeru kebaikan dan mencegah keburukan. Allah juga mendorong umat Islam menjadi pendidik yang berilmu, yang berperan penting pada tugas penting tersebut.
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
”Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali – ’Imran: 104)
————————-
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari).