Oleh : Adesan Putra, M.Pd
===
“Ketahuilah! Seorang penuntut ilmu itu tidaklah mendapatkan ilmu dan tidak dapat memetik manfaat dari ilmu yang ia dapatkan, kecuali dengan mengagungkan ilmu dan ahlinya, mengagungkan dan menghormati guru. Tidaklah seseorang itu sampai pada tujuan apapun, kecuali dengan menghormati guru, ilmu dan lainnya yang turut berperan dalam mencapai tujuan.
Tidaklah berhasil orang yang berhasil itu melainkan karena ia menghormati ilmu dan ahli ilmu, dan tidaklah gagal orang yang gagal itu melainkan karena ia tidak menghormati dan tidak mengagungkan ilmu dan ahli ilmu.
Dan tidaklah seseorang itu terjatuh dari tingkatan-tingkatan tinggi melainkan karena tidak menghormati dan tidak mengagungkan guru. Bukankah orang itu tidak menjadi kafir karena kemaksiatan. Ia hanya kafir karena tidak menghormati, dengan tidak menghormati perintah dan larangan Allah, dengan merendahkan dan melecehkannya adalah murni kekafiran.
Radhiyallahu anhu berkata, “…Aku adalah hamba orang yang mengajariku, meskipun satu huruf saja. Jika berkehendak, ia bisa menjualku. Jika berkehendak lain, ia bisa memerdekakan ku dan bisa memperbudakku…”
Yaitu menjadikan budak dan tawanan untuk melayani di pintu rumahnya, ini merupakan kesempurnaan mengagungkan. Karena orang yang telah mengajarimu satu huruf ilmu yang kamu butuhkan dalam agama, maka sesungguhnnya ia adalah ayahmu dalam agama.
Diriwayatkan bahwa Raja Iskandar Dzul Qarnain pernah di tanya; “Mengapa tuan lebih mengagungkan guru tuan daripada ayah tuan?”
Raja Iskandar Dzul Qarnain menjawab, “…dan ini merupakan sebaik-baik jawaban; Karena ayahku menurunkanku dari langit ke bumi, sedangkan guruku mengangkatku dari bumi ke langit…”
Maksudnya; Bertautnya ruh pada tubuh ketika masih berada dalam rahim para ibu merupakan turunnya ruh dari alam malakut ke alam dunia dan kerusakan, dan penyebab terjadinya tubuh adalah kedua orang tua. Sedangkan guru adalah penyebab naiknya ruh manusia dari alam fana’ ke alam baqa’ lantaran menyempurnakan dengan mengajarkan mengenal Tuhan.
As-Syaikh Al-Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy pernah berkata; “…Guru-guru kami berkata; Barangsiapa yang ingin putranya menjadi orang alim, maka hendaklah ia menghormati orang asing dari kalangan ahli fikih, memuliakan, mengagungkan dan memberi mereka hadiah walapun sedikit. Jika anaknya belum juga menjadi orang alim, maka cucunyalah yang akn menjadi orang alim…
Termasuk menghormati guru yaitu: Tidak berjalan di depan gurunya; Tidak duduk di tempat duduk gurunya. Tidak memulai berbicara di hadapan gurunya kecuali ada ijin darinya; Tidak banyak bicara di hadapan gurunya; Tidak bertanya sesuatupun ketika gurunya sedang jenuh; Menjaga waktu yang telah ditentukannya untuk belajar; Tidak mengetuk pintu, tapi bersabarlah hingga gurunya itu keluar.
Sehingga, yang harus dilakukan seorang pelajar adalah :
- Senantiasa mencari keridlaan gurunya.
- Menjauhi hal-hal yang menimbulkan kemurkaan gurunya.
- Mematuhi segala perintah gurunya kecuali dalam hal berma’siat kepada Allah Ta’ala. Karena sesungguhnya tidak boleh ta’at kepada seorang makhluk pun dalam hal berma’siat kepada sang Khaliq.
Disadur:
Kitab Syarah Ta’lim Al-Muta’allim, Syaikh Az-Zarnuji Pasal Mengagungkan Ilmu dan Ahlinya
- Instagram https://instagram.com/wafaindonesia?igshid=1em93xp2gau05
- Youtube https://www.youtube.com/user/WAFAOtakKanan
- Aplikasi android WAFA https://play.google.com/store/apps/details?id=or.id.wafaindonesia.wafa01
- Facebook https://www.facebook.com/MetodeWafa
- Fanpage https://www.facebook.com/BelajarAlQuranMetodeOtakKanan