Mengapa sopan santun semakin tergerus? Saat ini, kita sering melihat bahwa sopan santun mulai kehilangan tempatnya. Ironisnya, bahkan tindakan yang jauh dari kesopanan sering kali dilakukan atas nama agama. Apa yang seharusnya menjadi wujud nyata dari ajaran para ulama, kini hanya menjadi wacana tertulis tanpa implementasi yang jelas. Banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa:
- Menjadi beringas dengan alasan membela hak-hak manusia atau umat.
- Kekejaman muncul dengan alasan mendidik anak atau anak buah.
- Perilaku anarkis dibenarkan dengan anggapan bahwa “sopan itu relatif”.
- Kehilangan akhlak dengan alasan menegakkan kebenaran atau Al Haq.
- Menuntut keadilan dengan memberangus keadilan itu sendiri.
Islam itu Agama Akhlak
Sebagai umat Islam, kita harus menyadari bahwa agama ini adalah agama akhlak. Nabi Muhammad ﷺ diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Beliau dicintai karena akhlak beliau yang luhur, baik terhadap Allah, sesama manusia, hewan, maupun lingkungan.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)
Menolak Kezaliman dengan Kezaliman Baru pada Kesopanan
Hal ini akan melahirkan lingkaran kekerasan yang tak berkesudahan karena merusak kesopanan yang seharusnya. Sebagaimana pepatah bijak berkata, “Jika pendidik kencing berdiri, maka anak didik akan kencing sambil berlari.” Pepatah ini mengingatkan kita bahwa akhlak bukan hanya diajarkan, tetapi harus dicontohkan dan dibiasakan dalam setiap tindakan.
Perilaku tidak sopan, baik dalam ucapan, tindakan, maupun kebijakan, adalah dosa besar yang harus kita hindari. Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk menjadi pribadi yang santun dan penuh kasih sayang.
Mari kita memohon kepada Allah SWT agar senantiasa menghiasi diri kita dengan akhlak yang mulia, agar kita mampu bersikap sopan dalam setiap dakwah yang kita sampaikan, baik melalui kata-kata maupun perbuatan. Semoga Allah menjadikan kita umat yang layak mendampingi Rasulullah ﷺ di hari kiamat kelak. Aamiin.
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fussilat : 34-35)
– K.H. Muhammad Shaleh Drehem, Lc. (@msdrehem)