Saat itu Saya adalah mahasiswa semester akhir di sebuah perguruan tinggi. Sebut saja Riskan, begitu semua memanggil saya. Selain melakukan kegiatan akademis seperti yang lainnya, Saya aktif disebuah organisasi kampus dibidang keagamaan. Entah kenapa sejak masuk ke perguruan tinggi ini saya tertarik untuk mendalam agama Islam lewat organisasi yang saya lihat memang cukup mumpuni sebagai wadah saya mengembangkan diri.
Selama mengikuti semua kegiatan organisasi tersebut, ada banyak pelajaran yang Saya peroleh. Dengan begitu, Alhamdulillah Saya tidak termasuk golongan mahasiswa yang hanya D3M (dating, duduk, diam dan mendengarkan),hehehe… . Berbagai pengalaman Saya peroleh, mulai dari bidang keorganisasian, leadership, serta ilmu keagamaan. Terkhusus lagi ialah ilmu tentang Al Qur’an. Seperti kata seorang Ustadz kondang, bahwasanya untuk mulai mempelajari Al Qur’an dari segi bacaan. Sebagaimana wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW, yaitu Baca.
Sebenarnya sewaktu kecil Saya telah mempelajari cara membaca Al Qur’an. Akan tetapi, ya… mungkin karena kurang serius, maka yang Saya dapatkan hanya kulit luarnya saja. Itupun baru Saya sadari setelah mengikuti program organisasi yang bernama tahsin Qur’an. Sontak Saya tersadar bahwa banyak sekali kesalahan yang Saya perbuat dalam membaca Al Qur’an. Bersamaan dengan hal tesebut, Saya juga teringat salah satu isi khutbah yang Saya dengar dari khotib, bahwasanya mempelajari bacaan Al Qur’an yang baik dan benar atau lebih kita kenal dengan istilah Ilmu Tajwid, adalah langkah kita untuk tidak termasuk golongan orang yang lalai dalam sholat. Hm… apa hubungannya ya, he.. . Kata sang khotib bahwasanya dalam sholat itu terdapat rukun bacaan yaitu surat Al Fatihah. Kalau tidak bisa baca Al Qur’an dengan baik, tentu saja surat Al Fathihah nya pun demikian.
Sejak saat itu, Saya berniat ingin menuntaskan pembelajaran Al Qur’an saya. Hari demi hari kami lalui, bersama program tahsin Qur’an yang dijadwalkan setelah sholat Ashar berjamaah dimasjid kampus selama bulan Ramadhan. Hari demi hari juga, qadarullah satu persatu peserta pun berguguran, he… . Alias tidak datang lagi kekajian tahsin. Hal tersebut terjadi karena ketatnya sang Ustadz melakukan pembelajaran, yang dimulai dari level 1 yaitu makhrijul huruf. Saya sih pantang menyerah, lanjut terus sampai niatan Saya terwujud untuk bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
Sedikit cerita mengenai metode tahsin Qur’an yang diterapkan oleh sang Ustadz. Metode tersebut bernama metode wafa. Wafa adalah lembaga yang bergerak dibidang pembelajaran Al Qur’an dengan metode otak kanan. Metode otak kanan yang dimaksud adalah dengan pendekatan nada hijaz. Mulai dari level 1, Makhrijul Huruf. Level 2, Panjang 2 harokat. Level 3, bacaan sukun dan tasydid. Level 4, Bacaan dengung. Level 5, bacaan jelas, qolqolah, dan sebagainya. Demikianlah sekilas seputar metode wafa, kembali lagi ke proram tahsin Qur’an yang Saya ikuti.
Tidak terasa bulan Ramadhan akan berakhir, Karena semua anggota termasuk sang ustadz mau mudik maka program tahsin diliburkan. Hari berganti hari,tak terasa beberapa pekan pun berlalu. Program tahsin qur’an pun tak kunjung dilanjutkan. Terinspirasi kisah imam syafe’i yang menemui imam malik untuk belajar, Saya pun berinisiatif untuk menemui sang ustadz di rumahnya. Alhamdulillah sang ustadz membuka kesempatan Saya untuk belajar tahsin di rumahnya dengan jadwal sepulang beliau dari kerja.
Sedikit cerita tentang sang ustadz, beliau berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah Islam didaerah Saya. Masih muda dengan istri satu dan satu anak yang masih bayi. Kegiatan beliau cukup padat, sering kali pulang sore hari. Berkenaan dengan hal itulah Saya mendapatkan jadwal sore tersebut. Saya salut dengan sang ustadz, walaupun baru pulang kerja masih tetap meladeni Saya untuk belajar. Semoga Allah memberikan ganjaran yang setimpal buat beliau.
Berkat izin Allah SWT dan kegigihan sang ustadz mengajari Saya, Alhamdulilah bacaan Al Qur’an Saya pun semakin baik. Akan tetapi, tentu saja ada beberapa hal kesulitan yang tejadi selama proses belajar. Diantaranya pada bab/level 1 yaitu makhrijul huruf, ada beberapa huruf yang membuat saya kesulitan yaitu huruf-huruf istila’ yang membuat saya mual-mual seperti mau muntah. Uniknya huruf-huruf isti’la tersebut baru saya kuasai ketika saya sudah berada di level 4. Sang ustadz, memang meluluskan saya di level 1 waktu itu, tetapi dengan syarat selalu berlatih. Beliau mengingatkan saya tentang sebuah hadits yang menjelaskan bahwasanya belajar Al Qur’an itu akan mendapatkan pahala yang berganda yakni pahala membaca dan pahala belajar. Hal tersebut merupakan salah satu motivasi bagi Saya untuk terus maju sampai Saya lancar membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
Bersamaan dengan level 5 saya belajar membaca Al Qur’an, Saya berada di semester 6 dibangku kuliah. Disemester ini, tiba saatnya Saya mengajukan judul untuk skripsi. Pengajuan skripsi pun, Saya konsultasikan dengan sang ustadz, karena sang ustadz adalah kakak tingkat Saya diperkuliahan. Ia pun menawarkan Saya untuk penelitian di sekolah tempat ia bekerja dan meneliti metode wafa disekolahnya karena metode wafa juga tergolong baru diterapkan. Khususnya angkatan yang akan datang. Konsultasinyo pun membuahkan hasil, Judul skripi “Efektivitas metode wafa terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada pembelajaran Tahsin Qur’an SMP IT Tunas Cendikia pun Saya ajukan ke pembimbing akademik dan ketua program studi dan Alhamdulillah judul tersebut diterima.
Proses skripsi pun bergulir, mulai dari proposal, seminar proposal pada semester 6 diselesaikan. Penelitian berlansung di semester 7 atau kalau pada anak sekolah, pada saat itu baru masuk tahun ajaran baru. Diakhir semester 7 penelitian selesai disambung dengan seminar skripsi. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Bukan hanya itu, selesai kuliah Saya diajak sang ustadz untuk ikut mengajar tahsin disekolahnya. Masya Allah… itulah sedikit dari sekian banyak berkah yang Saya dapatkan dalam mempelajari Al Qur’an. Alhamdulillah dari skripsi lanjut ke profesi, semakin dekat dengan kitabullah. Alhamdulilah tsumma Alhamdulillah, Al Qur’an menjadi sumber keberkahan dalam kehidupan Saya. Selanjutnya doakan Saya ditahun ini, lulus ikut sertifikasi tahsin, Amin ya rabbal ‘alamin.
_
Penulis : Ziyaadul Murtado – SMPIT Tunas Cendikia