Habits

Assalamualaikum, perkenalkan nama saya noval rizky, sekarang saya adalah seorang guru sekaligus pengajar qur’an di SMPIT BINA INSAN PALU. Dalam kesempatan ini, saya akan bercerita mengenai bagaimana perjalanan saya dari seseorang yang dulunya banyak menghabiskan waktu luang hanya dengan bermain game di warnet hingga menjadi seorang guru sekaligus pengajar qur’an di tempat saya bekerja sekarang. Kalau diingat-ingat sejak kecil saya sudah suka dengan yang namanya game apapun jenis game tersebut, tetapi saat itu mungkin masih bisa dikatakan normal. Awal batas dikatakan normal mungkin saat tahun ke-dua kuliah ketika teman mengenalkan dengan yang namanya warnet game, Yah mungkin dari dulu kecanduannya sudah parah hanya tidak terfasilitasi saja. Jadi semenjak diajak teman main ke warnet, disitu bisa dibilang kuliah menjadi terbengkalai, nilai kuliah banyak yang jelek, dan bisa dibilang sudah menjadi rumah kedua karena mainnya bisa sampai 24 jam. Dari awal bermain di warnet itu kalau tidak salah tahun 2015 sampai pada tahun 2018, ketika terjadi gempa di palu waktu itu yang skalanya mencapai 7.9 sr, saat terjadi kejadian tersebut saya masih berada di warnet, padahal waktu kejadia tersebut di palu sudah menunjukkan pukul 6 sore dan sudah masuk waktu magrib dan yang pertama kali terlintas di pikiran saya waktu itu “bagaimana kalau saya mati dalam keadaan seperti ini?”. Memang selama bermain di warnet saya jadi sering lambat sholat bahkan sampai meninggalkan sholat, dan bisa jadi ini adalah suatu teguran. Setelah keadaan bisa dibilang agak sedikit kondusif saya langsung bergegas pergi ke rumah untuk mengecek keadaan orang tua saya di rumah dan alhamdulillah tidak terjadi apa-apa.

Saat palu sedang dalam masa pemulihan, disitu juga saya menyelesaikan tugas akhir saya dan ketika kampus sudah mulai dibuka saya mendaftarkan diri untuk maju seminar komprehensif. Nah pada saat mendaftar ujian kompre, ternyata ada syarat di fakultas atau lebih tepatnya jurusan saya yaitu matematika bahwa jika ingin maju untuk seminar komprehensif maka harus menyetor hafalan minimal satu juz. Memang di fakultas saya atau lebih tepatnya di jurusan saya dulu itu, jika ingin menyelesaikan studi ada persyaratan harus menghafal al-qur’an minimal satu juz dan kita bisa memilih sendiri juz berapa yang ingin kita hafalkan. Ketika menghadap dengan dosen yang bertanggung jawab untuk program hafalan ini, saya meminta menghafalkan juz 30. Nah ketika menghafal saya menggunakan metode mendengarkan daripada menghafal dengan membaca. Apalagi saya belum mengerti mengenai makhrojul huruf atau tempat keluarnya huruf dan sifatul huruf atau sufat-sufat huruf, yang penting bisa membaca a-qur’an. Karena keterbatasan tersebut, saya lebih memilih untuk mendengarkan daripada membaca. Memang awal niat menghafalkan juz 30 itu adalah hanya sebagai syarat agar bisa mengikuti ujian kompre, tetapi ketika banyak membaca referensi, buku tentang bagaimana cara menjadi hafiz, dan ceramah-ceramah tentang bagaimana cara agar mudah menghafal al-qur’an disitu saya tersadar bahwa yang paling penting dalam menghafal itu adalah niatnya, dan saya berfikir “apa gunanya saya susah-susah menghafal tetapi nilainya hanya dapat di dunia saja? Padahal ini hanya perkara niat”. Mulai dari situ, sedikit-sedikit saya mulai mempelajari mengenai hukum-hukum bacaan dan saya belajar secara otodidak karena tidak tahu mau belajar di mana. Saya banyak mencari pelajaran-pelajaran tentang hukum bacaan melalui video – video di youtube agar saya menghafal tidak hanya sekedar meniru tetapi juga memahami bagaimana cara atau hukum-hukum bacaannya dah alhamdulillah setelah beberapa bulan berjuang menghafal, saya bisa mengikuti ujian seminar komprehensif dan bisa lulus walaupun dengan hasil yang memuaskan walaupun dengan masa studi yang bisa dibilang lama yaitu 5 tahun 5 bulan 3 hari.

Setelah lulus dan menjadi pengangguran, kebiasaan menghafal yang saya lakukan sudah menjadi kebiasaan, disitu saya terus menghafal ayat-ayat yang saya fikir yang mana yang ingin saya hafal dan ketika itu saya sempat terpikir untuk belajar al-qur’an lagi dari awal tetapi saya tidak tau di mana saya harus belajar dan pikiran itu muncul hanya sekedar terpikirkan saja, tidak ada action di dalmanya. Kemudian saya mulai mencoba untuk mencari kerja dan selama dua tahun belum ada lamaran yang saya masukkan itu diterima. Sampai pada saat teman saya menawarkan untuk bekerja di tempat dia bekerja. Dia bilang di sana lagi butuh guru matematika sekaligus guru untuk mengajar al-qur’an atau guru Tahsin. Dan alhamdulillah, ketika mencoba mendaftar di sana lamaran saya diterima dan saya ditempatkan di sekolah SMP dan menjadi guru matematika sekaligus menjadi guru al-qur’an atau guru Tahsin. Tetapi sebelum menjadi guru Tahsin, guru-guru di sana terlebih dahulu haru mendapatkan training. Selama training, di sana kami diajarkan mengenai makhrojul huruf, sifat – sifat huruf, hukum – hukum tajwid dan gorib menggunakan metode wafa dan belajar juga menggunakan nada hijaz yang notabenenya saya baru pelajar dan baru pertama kali mendapatkannya mungkin kecuali hukum-hukum tajwid. Setelah menyelesaikan buku yang diajarkan mengenai Tilawah, Tajwid dan Gorib (TTG) maka sekolah mengajukan guru-guru untuk mengikuti program yang diadakan oleh wafa Indonesia yaitu pembimbingan guru al-qur’an dan pengambilan syahadah atau tes munaqosya dan alhamdulillah dalam tes munaqosya saya mendapatkan nilai jayid jiddan. Dan alhamdulillah sekaran saya sudah 3 bulan bekerja di sekolah ini dan sudah mengajarkan al-qur’an kepada anak-anak yang ada di sekolah ini.

_
Penulis : Noval Rizky – SMPIT Bina Insan Palu