Pada siang hari setelah shalat zuhur ibu Munira bersama suami sedang duduk di ruang keluarga sambil bercengkrama ringan, tiba-tiba terdengar suara salam dari balik pintu rumah.
“Assalamualaikum… Assalamualaikum…”
“Ada apa ma?”, “Siapa ya yang bertamau siang-siang begini, sepertinya penting? “ tanya suami kepada sang istri. “Tidak tahu pa, mama buka pintu ya!! sahut sang istri. Suami menganggukkan kepala dengan raut wajah rasa ingin tahu.
******
“Wa’alaikumussalam”. Jawab ibu Munira, ketika membuka ibu Munira dikejutkan dengan ibu ibu yang memakai seragam olahraga yang berwarna merah campur kuning yang memandanginya.
“Maaf bu, menggangu waktu istirahatnya.” Kata ibu Erni.
“Iya bu, tidak apa-apa, mari bu, silahkan masuk”. Jawab ibu Munira.
Ibu-ibu yang berseragam bergegas masuk mengikuti ibu Erni yang lebih dulu duduk.
******
Setelah rombongan ibu-ibu pergi sang suami menayakan maksud kedatangan mereka, “ibu-ibu yang berseragam olahraga tadi perlu apa ma?” Tanya sang suami.
“Maksud kedatangan mereka ingin memberitahukan bahwa mereka masuk babak final dalam pertandingan bola voly antar desa, mewakili desa Rerang yang akan bertanding melawan group desa Sabang. Untuk itu, mereka minta didoakan agar tetap tenang selama pertandingan berlangsung.” Terang sang istri yang sedang membersihkan gelas minum yang disuguhkan` kepada tamu tadi.
******
Sore hari setelah ashar, suami istri yang telah berusia lanjut ini mempunyai kebiasaan duduk di teras rumah sambil mengingat kembali kebersamaa bersama anakanya. Mereka dikaruniai dua orang anak laki-laki dan perempuan. Kedua anaknya sedang menempuh pendidikan di pondok pesantren di daerah Jawa Timur. Tinggalah mereka berdua di rumah yang sederhana lagi asri. Orang tua yang ikhlas melepaskan anaknya untuk mondok selama bertahun-tahun hanya mengharapkan agar anaknya kelak dapat menebarkan ilmu yang bermanfaat kepada umat. Sang suami dikenal sebagai seorang guru yang menjabat sebagai kepala sekolah SDN 25 Rerang sedangkan istri dikenal sebagai guru agama islam.
******
Tersebar berita bahwa tim dari desa Rerang memenangkan pertandingan bola voly putri. Semua warga sangat bergembira atas kemenangan ini. Ibu Erni menyampaikan berita kemenangan langsung kepada Ibu Munira, sekaligus mengundang ibu Munira untuk mengisi tausiah di pengajiaan pekanan. “Pa, besok mama diundang untuk mengisi pengajian. Bagaiamana pa, boleh?” Sang istri meminta izin. “Bolehlah ma, selama untuk kebaikan umat papa izinkan.” Jawab sang suami. Setelah mendapat izin, ibu Munira menyampaikan kepada ibu Erni, bahwa ia setuju untuk mengisi pengajian esok hari. Sang istri begitu shalihah ketika hendak keluar rumah selalu meminta izin dan ridha kepada suaminya. Setelah ibu Erni pulang, obrolan suami istri ini masih berlanjut di teras rumah yang sederhana lagi asri ini. “Hebat kamu ma, doa apa yang kamu berikan kepada ibu-ibu yang ikut pertandingan voly?” suami memuji sang istri. “Alhamdulillah, mama berikan doa keluar rumah pa. Cukuplah surah alfatihah jadi pembuka segala aktivitas dan zikir bismillahi tawakatu allahi la haula wa kuata illabilahizalimin menjadi benteng dari syaitan.
*****
Esok hari, ibu Munira mengisi kajian dengan tema memuliakan Al-Quran dengan cara mempelajarinya, mengamalkannya serta mengajarkannya. Kajian tersebut berjalan dengan khidmat. Usai kajian, ibu Munira bergegas pulang mengingat makan malam belum disiapkan, tetapi ketika hendak pulang ibu Munira dihentikan oleh seorang ibu yang terlihat lebih tua dari ibu Munira. “Ada apa bu” tanya ibu Munira. “Saya belum bisa membaca Al-Quran, tolong ajar saya membaca Al-Quran” jawabnya dengan tatapan penuh harap. “Oh baik, dengan senang hati bu” kata ibu Munira. Ibu tersebut mengajak ibu-ibu yang lain untuk belajar membaca Al-Quran dan akhirnya terkumpul kurang lebih 7 orang ibu-ibu yang lanjut usia. Pengajian ini dijadwalkan seminggu 2 kali dan dimulai dari mempelajari cara menyebut huruf hijaiyah dengan makhraj yang benar. Ibu-ibu yang mempelajari Al-Quran ialah ibu-ibu yang usia lanjut yang berumur 40 sampia 50 tahun. Ibu Munira begitu sabar dan telaten mengajarkan Al-Quran mengingat usia mereka yang sudah tua sehingga lisan sudah mulai kaku mengucapkan huruf hijaiyah.
******
Dalam waktu 6 bulan ibu-ibu sudah bisa membaca huruf hijaiyah serta dapat membaca huruf yang terangkai. Namun semangat ibu-ibu dalam mempelajari Al-Quran terhalang karena munculnya suatu musibah yang membuat pertemuan mereka terhenti. Selama pandemik pertemuan tersebut tidak lagi terlaksana secara optimal bahkan sudah terhitung setahun lebih ibu Munira tidak lagi mengajarkan Al-Quran kepada ibu-ibu. Ibu Munira sangat sedih dengan adanya virus corona yang melanda seluruh dunia. Ibu Munira sangat merindukan pertemuan bersama ibu-ibu, semangat dan kecerian ibu-ibu dalam belajar membaca Al-Quran terus terngiang dalam ingatannya, sesekali air matanya membasahi pipi ketika teringat ibu-ibu tua yang pantang menyerah walaupun lidah sudah kaku mengucapkan huruf hijaiyah, ia tidak bisa apa-apa, hanya harap dan doa yang selalu ia panjatkan kepada Allah Swt., Zat pengendali alam semesta agar pandemik ini segera berlalu.
_
Penulis : Ahmad Fauzi – SMPIT Bina Insan Palu