Wilayah sekolah saya mengajar adalah pedesaan dan pedalaman yg tentunya lingkungannya terlalu minim pendidikannya dan bahasanya yang tidak tertata, logat bicaranya menirukan guyonan orang dewasa yang jorok, cara bergaul dengan teman bermainnya yang kasar, Ahlaknya yang kurang sopan terutama kepada orang yang lebih tua. “Mheee…Astaugfirullahilazdim…”.
Pertama kali saya menginjakkan kaki di sekolah RA Tania ini agak kaget dengan tingkah murid yang kurang nyaman di pandang mata dan kurang enak di dengar telinga sehingga sempat tersirat di hati ini, “Apakah saya bisa betah dan bertahan menghadapi anak-anak ini…! dan apakah saya bisa mendidik dan merubah anak-anak ini dengan baik…”!!!
Tapi saya harus bisa merubah semuanya karena status saya di sini sebagai pembimbing, pengayom dan sebagai teman mereka.
“Aku harus bisa…aku harus bisa.. dan harus semangat”…hentakanku menyemangati diriku sendiri.
“Tet..tet..tet…”suara bel sekolah berdering tanda menunjukkan jam pelajaran pertama segera di mulai. “Gebraak…gebruuk…kedabak…kedabuk…” Suara sepatu anak- anak di hentakkan ke tanah sambil berlari berebut saling dorong dan berebut antrian terdepan dan suara ngoceh teriakan terdengar ramai di teling, “aku duluan, kamu minggir” ada yang kakinya kena injak dan menangis ” eeemmm…aaa…”.
“Haaiii…Hallooo…bagaimana kabarnya anak- anakku…” Suara saya serukan untuk mengalihkan perhatian anak-anak pada saya, dan merekapun menjawab “Alhamdulillah…luar biasa…Allahu Akbar…Aku Pasti Biasa…Yess…”
Alhamdulillah anak-anak terdiam sunyi pandangan tertuju pada saya dan mereka menunggu suara saya selanjutnya. Lalu saya bernyanyi dan bergaya di depan anak-anak semampu saya untuk membuat anak-anak senang, tertawa dan riang gembira juga mengikuti nyanyian dan gerakan yang saya contohkan ” lonceng berbunyi baris di halaman…bersiap kaki rapat…pegang pundak teman…” .
Begitulah setiap hari saya lakukan dengan jurus lagu-lagu, cerita dengan berakting di depan anak-anak se mampu saya.
Dan setiap kali ada tingkah anak-anak yang tidak wajar saya selalu menasehati dengan halus lembut penuh kasih sayang dan saya bimbing dengan semanis mungkin agar anak-anak tidak gaduh, rame tetapi anak-anak tetap senyum manis di bibirnya. Dan apabila salah satu temannya ada yang bersalah di sengaja atau tidak di sengaja harus meminta ma’af dan harus berjanji tidak mengulangi lagi.
Pada akhirnya sekarang anak-anakku RA Tania berubah menjadi sopan, penurut, periang, penyayang dan berakhlakul karimah…”Alhamdulillah…ternyata saya bisa merubah mereka”.
Tapi sekarang dengan adanya bencana covid’19 sekolah di liburkan suasana sekolah itu saya rindukan suara bising anak-anak, keramaian, celoteh mereka semuanya tinggal kenangan saja.
Sabar dan berdo’a yang bisa saya lakukan sekarang ini semoga semuanya cepat berlalu agar kembali normal, “amin yarobbal alamin…”.
_
Penulis : Rusmiyati – RA Tania Sumberanyar, Paiton, Probolinggo