Sekolah Mutiara Rabu, 19 Oktober 2020
Seketika terdengar ramai setelah beberapa menit senyap tersumpal oleh pengumuman pembagian murid binaan. Ruang kelas bermain, kelas paling ujung yang biasa kami tempati menjadi ruang dimana harapan dan keputusan berebut kuasa, disanalah lahir keputusan-keputusan yang membahagiakan juga terkadang membuat bimbang.
“Hmmm, bagaimana Ustadzah Zee, agaknya memang berat karena anak ini memang memiliki keistimewaan dalam belajar Al-Quran. Ia tertinggal jauh dari teman-temannya. Seharusnya sudah buku 1 tapi sampai saat ini masih bertahan dibuku TK, keluhan dari pengampu sebelumnya anak ini sering lupa bacaan yang telah diajarkan dan candu permainan game dirumahnya, belum ada kontrol serius dari orang tuanya ”. Ustadzah Jen menatapku dengan serius
“Kenapa harus saya Ustadzah Jen, bukankah banyak Ustad atau Ustadzah yang lebih senior dan berkompeten untuk menangani anak tersebut? Aku menimpali dengan segera keputusan dan omongan manager Al-Quran tersebut yang terlihat memainkan pulpen ditangannya, dan Nampak jelas kegelisahan yang penuh harap diwajahnya, akupun tidak memperpanjang alasan penolakanku, karena aku tahu seberapa keras aku menolak keputusan adalah tetap keputusan.
“InsyaAllah bisa, semoga Ustadzah bisa menerima dengan lapang dada”.
Semalaman suntuk, diatas kasur otakku masih dikoyak oleh ketakutan-ketakutan “Kiko Si Pelupa” aku ingat betul keluhan beberapa Ustadzah dalam kegiatan evaluasi mengaji yang dilaksanakan satu pekan sekali terhadap sosok Kiko kecil yang duduk dikelas TK B, beberapa diantaranya telah putus asa dengan habit Kiko sebagai pecandu game dirumahnya sehingga menghambat kemampuan mengaji Al-Quran disekolah, aku beranjak dari kasurku dan membuka Riwayat laporan mengaji milik Kiko di Laptop, kebetulan siang itu manager Al-Quran mengirimkan link untuk mengakses laporan mengaji Kiko
“Ya Tuhan, banyak sekali absen (keterangan Alpha)nya, nilai harian juga rata-rata C artinya dia sering melakukan kesalahan lebih dari tiga kali sehingga harus mengulang dihalaman yang sama, huuffffftttt”
Aku langsung menutup Laptopku, menghempaskan badan keranjang dan mengubur dalam-dalam kekecewaan itu dalam lelap tidur yang sebenarnya masih sesak dengan tanda tanya
Pagi ini adalah hari pertama pertemuanku dengan Kiko dan keempat anak laiinya, seperti biasa pembelajaran masih dilakukan secara daring, lagi-lagi karena Pandemi dan benar saja PJJ(pembelajaran jarak jauh) inilah yang membuat aku kurang yakin dapat menjadi pengampu yang mampu mengubuh Kiko menjadi lebih baik dalam pembelajaran Al-Quran
“Assalamualaikum, bagaimana kabarnya anak-anak. Alhamdulillah semuanya masih Allah berikan Kesehatan. Perkenalkan nama Ustadzah adalah Zee kalian bisa memanggil ustdzah dengan sebutan Ustadzah Zee” setelah melaksanakan pembukaan dan lain-lain aku masuk tahap baca simak dan sengaja menunjuk Kiko sebagai siswa pertama yang aku ajar, tidak sabar rasanya seperti apa kemampuannya dalam Al-Quran benarkah seperti yang diadukan oleh kebanyakan guru atau hanya karena ketakutan yang terlalu berlebihan, dan…benar! Kiko persis seperti sosok yang ada dalam forum diskusi itu, bacaannya tersendat-sendat, jeda bacanya lama, hurufnya seringkali tertukar, artikulasi yang tidak jelas, bayangkan saja beberapa baris yang dia baca bunyi pelafalannya terdengar sama.
Tiga minggu berjalan, belum juga ada perubahan. Sebagai guru tentu hal itu adalah beban! Ketidakmampuan atau keterbelakangan yang dialami Kiko menjadi hal wajar yang setiap hari aku ratapi sehingga Kiko menjadi palu yang memukul otakku setiap saat untuk bekerja keras mencari-cari formula yang tepat agar Ia bisa mengejar ketertinggalannya.
***
Teras Kost Bali, November 2020
“Assalmualaikum, hallo Ma ada apa”
“sedang apa, libur kan hari ini sudah jam 08.00 di Jawa, kamu sudah sarapan?”
“Sedang duduk santai baca buku. Belum makan si Ma, tapi ini aku udah buat Roti isi selai dan kopi dimeja, ma aku mau cerita tentang pekerjaan boleh?”
“Boleh” mama menimpali dengan nada lirih, aku luapkan semua perasaanku kepada mama, tentang kekecewaan dan ketakutan tidak bisa menjalankan Amanah dari manager Al-Quran, tapi lagi-lagi mana menenangkanku dengan kata motifasinya
“Yowes (yasudah), man jadda wa jada, kalau kamu bersungguh-sungguh InsyaAllah bisa kok melalui Amanah itu dengan baik! habis ini beli makan ya. Jaga Kesehatan! semangat selalu kerjanya ya Ka, Assalamualaikum”
“InsyaAllah Ma, jaga Kesehatan juga, waalaikum salaam”
Tuuuut…tuuutttt.
mama menguatkanku, dengan kalimat motivasinya, obrolan ditelepon itu sangat berharga untukku, bagaimana bisa aku patah semangat untuk menghadapai hari-hari ini. Aku mengambil sepotong roti isi selai coklat diatas meja yang berdempet dengan kursi kayu yang terlihat usang dan ringkih karena usianya, lalu melahap roti itu, “insyaAllah tetap semangat Ma” batinku sambil tersenyum tipis disela-sela kunyahanku dan melanjutkan Kembali membaca buku, seketika mataku terjebak dibeberapa kalimat dihalaman buku itu, aku mencoba mengulang-ulang isi kalimatnya memastikan bahwa aku benar-benar paham.
“Tidak ada anak-anak bodoh, mereka hanya belum bertemu dengan guru yang tepat”
Kalimat ini membuatku berpikir dua kali, benarkah ini sebuah kebenaran atau hanya bualan teori. Beberapa kalimat penjelas yang menguraikan tentang hal ini terus aku baca sampai tuntas, tidak jarang selepas mengajar, aku sempatkan untuk melahap banyak artikel “kiat-kiat menumbuhkan semangat belajar dalam diri anak” sampai pada akhirnya dibulan kedua aku memukan sebuah formula yang aku percaya mampu merubah kebiasaan Kiko dalam belajar terutama dalam pembelajaran AL-Quran metode WAFA.
Sekolah Mutiara merupakan sekolah Islam terpadu yang cukup bergengsi di Bali, metode yang digunakan dalam belajar Al-Quran adalah metode WAFA (metode otak kanan). Ya sekilas metode ini terlihat mudah diterapkan namun meski demikian tidak sedikit guru mampu menerapkan dengan sempurna, pasalnya ada beberapa guru yang masih terlewat dengan beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam pembelajaran WAFA sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap output yang dihasilkan.
Masih melekat dalam otakku pengalaman saat pertama kali mengikuti training wafa yang dilaksanakan oleh sekolah pada musim kemarau sebelum Pandemi itu. “penanaman dan penguasaan konsep terhadap anak harus benar-benar dipastikan diserap dengan baik oleh anak” kira-kira begitu bunyi kalimat yang disampaikan oleh trainer. Iya inilah formula utama yang harus aku lakukan. Namun meski demikian tentu akan menghadapi beberapa hambatan karena pembelajaran Al-Quran masih dikemas dengan kegiatan daring, yang menjadi pertanyaan selanjutnya, bisakah aku sebagai pengajar menerapkan arahan trainer untuk penanaman konsep tersebut dalam kondisi anak tidak fokus, bosan, tidak bersemangat dan tidak tertarik dengan kita? Hhhmmm inilah pertanyaan kedua yang terus ada dalam benak dan memaksa otak bekerja lebih keras menemukan jawabannya.
***
Sabtu pagi itu seperti biasa aku senantiasa meluangkan waktu dengan kursi dan meja ringkih diteras kamar kostku, tidak ada hangout, biasanya aku menghabiskan waktu untuk beristirahat diwaktu libur! Pikiranku masih dengan persoalan yang sama, meramu Teknik mengajar untuk Kiko, setelah lama berpikir dan mencoret lembaran yang ada dibuku, akhirnya berhenti pada kalimat “strategi menumbuhkan motifasi intrinsik, Bismillah”.
***
Desember 2020 dengan harapan, doa dan segenap usaha. Aku mulai melakukan uji coba strategi membangun motivasi intrinsik pada diri siswa dalam pembelajaran AL-Quran metode wafa dengan tujuan untuk megatasi Kiko sebagai siswa yang tertinggal. Ada beberapa Langkah pembelajaran yang aku tempuh ditengah pandemic ini yaitu megaplikasikan standar belajar Al-Quran dengan baik dan benar, memaksimalkan media belajar. menerapan komunikasi persuasif untuk memotivasi siswa dan terakhir membangun komunikasi dengan peserta didik diluar jam sekolah. Kiko adalah anak yang introvert, pendiam, pemalu dan tidak mudah bergaul dengan siapapun sehingga wajar jika Kiko tidak ada perkembangan selama belajar Al-Quran. Hal ini menjadi tantangan terbesar bagiku sebagai guru, Iya! aku meluangkan waktu yang lebih untuknya daripada siswa yang lain terutama dibagian membangun komunikasi dan kedekatan dengannya sebagai upaya membangun motivasi intrinsik sehingga Kiko bisa belajar tanpa dipaksa dan tidak menjadi anak tertinggal lagi. Beberapa ahli mengatakan “Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi intrinsik pada saat siswa menyadari pentingya belajar dan ia belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain”. Akhirnya aku gencar melakukan motivasi ekstrinsik sebagai upaya menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri anak didik. Pasalnya jika motivasi intrinsik ini tercapai dengan baik anak akan mendapatkan sebuah penghargaan dalam dirinya penghargaan dimana seseorang mendapatkan kepuasan, kebahagian atau kebanggaan tersendiri setelah melakukan sesuatu sehingga dapat disimpulkan keberhasilannya motifasi tersebut menjadikan belajar diera pandemi bukanlah beban namun lebih dari itu yaitu menjadi sesuatu yang menyenangkan yang pada gilirannya motivasi ini bisa memobilisasi tindakannya untuk belajar dengan sungguh-sungguh dengan sendirinya tanpa diminta ataupun dipaksa oleh guru atau orang tua dirumah.
Itulah yang aku lakukan selama pelajaran Al-Quran diera pandemi kepada siswa terutama Kiko, setiap minggu video call melalui WA degannya dan melebur kedalam dunia Kiko, bermain, bercerita dan memotifasinya setiap hari, adakalanya aku memancingnya dengan sebuah pertanyaan tentang sebab dan akibat jika tidak belajar Al-Quran dengan rajin baik Bersama guru atau Bersama keluarga dirumah, tidak lupa aku mengapresiasi setiap kemajuan Kiko sekecil apapun dihadapan teman-temannya saat pembelajaran. Ya! Semata-mata untuk membuat Kiko percaya diri dan lebih terbuka Bersama teman-temannya, satu hal yang terus saya afirmasi setiap kali Kiko bisa membaca 1-3 baris dalam buku Wafa saya memuji dan menimpali dengan pertayaan “Wah, kok lancar ngajinya hari ini, apakah Kiko belajar tadi malam?” jika Kiko menjawab iya, maka saya segera menimpali Kembali dengan kalimat kesimpulan yang bisa mempengaruhi otak anak didik dengan mengucapkan “wah, lihat teman-teman kalau setiap malam kita belajar, ternyata membacanya bisa lancar lo, coba deh buktikan, nanti malam kalian semua belajar, besok kita buktikan bersama” sebaliknya saya akan mengatakan kebalikan dari kalimat tersebut saat anak-anak tidak lancar mengaji pada saat pertemuan belajar, aku juga tidak melarang Kiko bermain game karena itu merupakan hobi yang membuat dunianya lebih berharga, aku mulai memodifikasi kalimatku dari “jangan main game terus agar ngajinya lancar ya” dengan kalimat “kalian boleh kok main game, dan main apapun. Tetapi ingat sebelum main game belajar wafa dulu ya, agar kalian bisa menjadi anak yang hebat dalam bermain game dan mengaji wafa”
***
Pojok kost Kubung Batu, 6 April 2021
Sejak strategi dilakukan pada bulan Desember, Alhamdulillah Kiko bisa mengejar ketertinggalannya dan bisa menuntaskan satu halaman sekali baca, berbeda dari sebelumnya yang membutuhkan 1-4 hari untuk menuntaskan satu halaman, pada tanggal 6 April 2021 pukul 19.15 aku mengirim sebuah pesan kepada Bunda Kiko menanyakan apakah Kiko sudah memiliki kemauan belajar sendiri dirumah atau tidak. Ya, membangun motifasi intrinsik dalam diri Kiko adalah tujuan utamaku! Selang 23 menit kemudian hpku berdering
Ting tong…ting tong
Satu pesan masuk, aku meraih handphone yang terletak bersebelahan diatas meja dekat ranjang yang beberapa saat aku letakkan. Terlihat notifikasi pop up “Bunda Kiko”
“Alhamdulillah, ternyata usahaku tidak sia-sia. Inilah alasannya mengapa perkembangan Kiko sangat pesat” aku tersenyum dan berkali mengucap rasa syukur kepada Allah Swt.
***
Pojok kelas Sekolah Mutiara, 9 April 2021
Kelas pojok Mutiara, adalah kelas yang dijadikan ruang evaluasi pembelajaran AL-Quran PAUD Mutiara dan segala pelaksanaan rapat pekanan oleh manager AL-Quran dan tim pengajar. Disinilah awal mula aku diberikan Amanah oleh Allah melalui Ustadza Jan selaku manager Al-Quran dan akhirnya aku berjuang raga dan pikiran untuk menuntaskan Amanah dari-Nya dengan sebaik mungkin untuk mendidik Kiko siswa TK B dimana dulu setiap Ustadzah mengeluhkannya.
“terimakasih, Ustadzah Zee, Alhamdulillah sejauh ini perkembangan Kiko begitu cepat dan semua PR sebelumnya telah teratasi dengan baik, give applause untuk Ustadzah Zee teman-teman!”
Semua tim pengajar bersorak dengan tepuk tangan, mengucapkan selamat
Aku terdiam dengan senyum tipis, mataku berkaca-kaca dan dengan sekuat tenaga aku menahannya agar tidak mengalir dari ekor mataku dan terlihat oleh guru-guru yang hadir dalam pertemuan itu, sesak bercampur Bahagia, tak henti-hentinya aku berbisik dalam hati
“sesungguhnya aku tidak memiliki kekuatan ya Allah untuk merubah seseorang, ini adalah murni campur tangan engkau melalui usaha, doa dan harapanku yang terus aku sampaikann disepertiga malamku, aku terus meraju agar engkau tak perlu mengambil Amanah yang menurutku sangat sulit aku terima, aku hanya memohon kekuatan dan belas kasihmu untuk menunjukkan jalan dan mewujudkan setiap harapan dalam Amanah yang engkau berikan, dengan keyakinan penuh bahwa dalam kesungguhan ada janji terbaikmu
MAN JADDA WA JADA”
_
Penulis : Nur Azizah – SDIT Mutiara Bali