Di Era pandemi saat ini, wabah penyakit telah menyebar ke berbagai belahan dunia, umumnya menyerang banyak orang, seperti Corona Virus Disease Nineteen atau virus covid19. Penyakit virus ini diyakini pertama kali muncul di China pada bulan November 2019 dan masuk ke Indonesia pada awal Januari 2020 yang sangat berdampak khususnya bagi dunia pendidikan di Indonesia. Tidak hanya pelaksanaan pendidikan formal, tetapi juga pendidikan nonformal. Tentunya sebuah tantangan baru bagi orangtua maupun peserta didik, khususnya para guru. “Apabila kamu mendengar ada wabah penyakit di suatu negeri maka janganlah kamu memasukinya; dan apabila (wabah itu) berjangkit sedangkan kamu berada di dalam negeri itu, maka janganlah kamu keluar melarikan diri.” (HR. al-Bukhari)
Adanya virus covid19, menghambat peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahaman, khususnya bidang agama seperti belajar ilmu tajwid dan tahfidz. Mempelajari ilmu tajwid akan menambah kesempurnaan dalam sholat dan membaca al-qur’an. ”Menuntut ilmu wajib bagi setiap orang Islam.” (HR. Muslim)
Penyebaran virus covid19 ini juga mewajibkan peserta didik untuk belajar di rumah. Keterbatasan peserta didik yang tak bisa lagi belajar di sekolah atau Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) membuat semangat belajar peserta didik mulai berkurang. Semangat peserta didik yang berkurang sangat berpengaruh bagi pencapaian target dalam pembelajaran ilmu tajwid dan tahfidz. Selain itu, banyak faktor yang membuat peserta didik tidak tertarik lagi untuk belajar ilmu tajwid dan menganggap remeh tahfidznya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik selama belajar di rumah, seperti keterbatasan sarana yang tidak mendukung, dan maraknya permainan game online yang akan banyak menyita waktu peserta didik, dan tidak semua orangtua dapat mendampingi kegiatan belajar peserta didik karena kesibukan pekerjaan kantor.
Berangkat dari kondisi tersebut, guru qur’an di Indonesia berinovasi dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada dengan mengembangkan hafalan dan pemahaman ilmu tajwid melalui Wafa dengan metode otak kanan. Dengan metode ini, akan melatih kemampuan peserta didik untuk berkreasi dengan bantuan nasyid menggunakan nada hijaz sehingga materi-materi dapat menyerap dengan mudah pada memori peserta didik. Berbagai murottal wafa dibagikan ke grup keislaman guna mempermudah peserta didik untuk menghafal.
Tanpa adanya persiapan, tentunya guru tidak dapat langsung mengajarkan Wafa ke peserta didik. Persyaratan demi persyaratan yang diikuti guna menciptakan generasi al qur’an yang berkualitas. Beberapa guru qur’an bergabung bersama mitra Wafa dengan mengikuti seminar dan pelatihan, seperti Akademi Tahsin Online yang dilaksanakan oleh Tim Wafa Pusat. Adapun tahap-tahapannya yaitu : pertama, guru melakukan pendaftaran secara online. Kemudian tes kemampuan awal guru untuk penyesuaian level kelompok masing-masing. Kedua, pelaksanaan pelatihan Akademi Tahsin Online diikuti selama 7 kali pertemuan secara online. Ketiga, guru mengikuti tes kemampuan akhir dari materi yang telah diajarkan sesuai level. Setelah melaksanakan pelatihan, guru qur’an sudah mampu menjadi guru ahli di setiap lembaga masing-masing.
Dengan harapan adanya pelatihan ini, Guru qur’an yang telah bergabung bersama mitra Wafa dapat mengembangkan kemampuan dan menjadikan guru qur’an yang berkualitas demi menciptakan generasi al-qur’an yang berkualitas di era pandemi dan era yang akan datang. Tentunya mendapatkan syafa’at di akhirat. Aamiin Yaa Rabbal’alamiin
_
Penulis : Sri Handayani Saputri S. – SDIT Mutiara Makassar