Tidak Goyah Wafa Karena Pandemi

Assalamualaikum wr.wb. 

Untuk para mitra wafa serta saudara muslim dan muslimah yang dirahmati Allah SWT. Alhamdulillah senantiasa bersyukur kepada Allah SWT yang mana pada saat ini penulis dapat berkesempatan mengutarakan kisah inspiratif wafa yang dialami penulis.

Adapun di sini penulis ingin berbagi tulisan yang akan di mulai dari pertemuannya dengan pembelajaran yang bernama wafa sampai sekarang yakni dalam keadaan pandemi.

Pada tahun 2011 penulis mulai Berkenalan dan mengikuti pelatihan pembelajaran wafa yang diselenggarakan di kota Batam saat itu. Awalnya penulis merasa bertanya-tanya apa yang akan dilakukan wafa untuk pembelajaran Al Quran. Lama kelamaan penulis mulai mengerti dan memahami konsep yang ada di pembelajaran wafa. Penulis pun merasa semakin terpikat oleh metode wafa ini, ditambah lagi dengan keseharian di sekolah penulis yang menerapkan metode wafa ini. Inti dari metode pembelajaran wafa ini salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan metode otak kanan. Dengan berjalan waktu, ketika itu kurang lebih lima tahun kemudian Penulis ditunjuk untuk bertanggung jawab menjadi penjamin mutu pembelajaran wafa yang mana pada saat itu penulis sedang berkecimpung di dunia pendidikan anak usia dini yaitu TKIT Darul Mukmin. Berawal dari amanah tersebut, penulis semakin bersemangat terus untuk mencari-cari dan menambah ilmu pengetahuan tentang pembelajaran Al Quran yang diterapkan pada metode wafa. Selain itu, pembelajaran Al Quran melalui metode wafa juga sangat menyenangkan, apalagi pada buku wafa tingkat KB/TK itu teknisnya dimulai dari kata-kata yang mudah diingat anak. Kemudian dibentuk per kelompok yang mana dalam satu kelompok tersebut merupakan anak-anak yang beda kelas tetapi menyamakan tingkat kemampuan anak dalam membaca wafa.

   Selang waktu berganti, pada waktu bulan juli tahun 2020 penulis dialihkan ke SDIT Darul Mukmin yang mana teknis pembelajarannya sudah berbeda  dibandingkan di TKIT dulu karena  SDIT sudah mulai menggunakan buku wafa dari jilid 1. Pada waktu itu juga bertepatan dengan awal belajar dari rumah. 

Di SDIT, mereka mulai menyusun kelompok pembelajaran Al Quran dikala itu berdasarkan tingkatan kelas. Alhamdulillah penulis diamanahkan di kelas 4a. Ternyata penulis juga digabungkan di kelompok  Penguji Al Quran. 

Sejak itu penulis mulai merasakan perubahan teknis pembelajaran karena siswa tidak dibenarkan ke sekolah, hanya melalui jaringan internet. Dari perubahan tersebut banyak pelajaran dan hikmah yang dapat diambil sebagai motivasi untuk diri sendiri khususnya. Meskipun demikian, siswa tetap bersemangat mengikuti pembelajaran Al Quran metode wafa tersebut. Pada suatu saat  pemerintah setempat menerbitkan informasi memberikan izin siswa untuk dapat belajar secara tatap muka di sekolah, tetapi hanya sebentar mengingat perubahan zona di tempat itu. Pendidik dan siswa pun kembali belajar melalui jaringan internet. Namun keadaan ini tidak menggoyahkan kami untuk terus mentransferkan ilmu pembelajaran wafa kepada siswa, justru yang kami rasakan adalah tantangan yang harus kami hadapi agar kelak apa yang kami sampaikan dalam pelajaran Al Quran ini kepada siswa kami menjadi suatu ilmu yang melekat dalam hati para siswa kami hingga dewasa nanti.  Hampir dua tahun kami belajar melalui jaringan internet. 

Pada awalnya banyak saran yang kami terima dari para orang tua siswa karena teknis pembelajarannya berbeda dengan keadaan seperti biasanya. Namun seiring waktu pendidik mencoba menjelaskan perlahan-lahan dan Alhamdulillah para orang tua siswa dapat menerima dengan lapang dada. Kami memahami untuk keadaan seperti ini para orang tua siswa khususnya sangat resah apalagi memikirkan keadaan ekonomi yang sangat berpengaruh untuk anaknya bersekolah. Namun kami tetap menjalani hak-hak siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan terutama ilmu pembelajaran Al Quran yakni pembelajaran Al Quran melalui wafa dengan menggunakan metode otak kanan. Semoga keadaan ini cepat berlalu sehingga para siswa dan pendidik bisa melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Apalagi untuk keadaan saat ini bagaimanapun ketertiban pemerintah tetap  harus diikuti dan pembelajaran wafa juga tidak harus terhenti karenanya. Maka dari itu, teknis apapun itu tetap dilaksanakan selama gagasan tersebut sangat mengarah kesuksesan dari wafa dan misi SDIT Darul Mukmin yakni berakhlak, cerdas, mandiri.

Setiap harinya penulis dan guru-guru Al Quran yang lain harus mengubah cara atau pembaharuan pada saat menyampaikan pembelajaran Al Quran ini sehingga siswa merasa nyaman dan bersemangat dalam mempelajari ilmu Al Quran. Setiap pekan di hari jumat para guru Al Quran mengadakan evaluasi dalam pembelajaran Al Quran yakni wafa dengan tujuan agar pembelajaran wafa ini semakin melekat di hati para siswa dan guru, dan juga mengasah teknis pembelajaran Al Quran metode wafa dengan baik. Dari pengalaman penulis saat ini banyak hal dan pelajaran yang dapat diambil hikmah melalui berbagai karakter siswa yang sangat unik.

Izinkan penulis ingin membubuhi tentang sedikit profil. Penulis adalah salah seorang pendidik pelajaran Al Quran di SDIT Darul Mukmin, yaitu di Kota Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Penulis lahir di Kota Karimun pada 37 tahun yang lalu. Orang tua penulis merupakan orang pendatang di Kota Karimun. Kedua orang tua penulis adalah orang perantauan yang berasal dari  Kota Sidempuan Tapanuli Selatan. Alhamdulillah penulis didampingi seorang suami yang sholih dan dikaruniai seorang putri yang cantik berusia 4 tahun. 

Demikianlah kisah inspiratif dan profil penulis tentang wafa. Terima kasih penulis ucapkan kepada panitia perlombaan ini. Semoga apapun teknis yang akan dilakukan dalam pembelajaran adalah yang terbaik bagi wafa. Aamiin

Wassalamualaikum wr.wb

_
Penulis: Rika Yulianti – SDIT Darul Mukmin