Semua Bisa Menjadi Pendidik Al-Qur’an yang Profesional

Semua kisah ini berawal dari pulau Indah nan mempesona ini iya benar sekali Pulau Bali. Pulau Bali atau biasa dikenal sebagai Pulau Dewata merupakan pulau dengan tujuan destinasi pariwisata Dunia yang ada di Indonesia. Pulau Bali dikenal sebagai pulau yang Indah dan mempesona di mata wisatawan local ataupun mancanegara. Tidak terasa sudah hampir satu dasawarsa saya menetap di Pulau impian banyak orang ini, tentunya banyak sekali pengalaman yang sangat luar biasa selama perjalanan saya di Pulau Bali ini. Di balik keindahan dan surga pariwisata di Pulau Bali ini saya menemukan sisi lain dan tentunya membuat saya jatuh hati dan akhirnya memutuskan menetap di pulau Indah dan Mempesona ini.
Banyak orang yang berstigma negative tentang Bali namun, di hati kecil ini selalu memberontak ingin menjawab stigma-stigma negative tersebut. Karena mungkin semuanya tidak mengetahui fakta yang terjadi sebenarnya di Pulau Bali ini. 

Saat ini saya tinggal di Jantung Pariwisata Pulau Dewata Bali, iya benar sekali lebih tepatnya di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Saya berasal dari Desa kecil yang berada di Kabupaten paling timur di pulau Jawa. Saya menyelesaikan masa kecil hingga Remaja di Desa tersebut, dengan kebiasaan yang mungkin Sebagian orang jawa laksanakan pagi sekolah formal dan dilanjutkan dengan mengaji di waktu sore hari. Semua itu saya alami dari usia 4 tahun sampai dengan usia remaja saya 18 tahun. Kebiasaan tersebut menjadikan tumbuh passion yang ada di dalam diri ini yaitu mengajar, sejak saya berusia 12 tahun saya sudah terbiasa membantu mengajar mengaji di musala kecil tepat dekat rumah saya. Sampai saat ini saya semakin yakin memang Passion saya yaitu menjadi orang yang gemar mengajar.

Semuanya berasal dari sini  dimana saya harus melanjutkan Pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, yang bertempat di Pulau Dewata ini. Sejak tahun 2014 saya menjalani Pendidikan di perguruan tinggi negeri terbesar yang ada di Bali hingga bertemu dan jatuh hati dengan kelompok yang menjadikan saya seperti tinggal di kampung halaman, yang semua itu memaksa saya untuk menetap di Pulau Indah dan mempesona ini. Hal inilah yang membuat saya ingin mematahkan stigma negative yang berkembang di masyarkat saat ini, karena memang semua itu tidak sesuai dengan yang terjadi saat ini. Di tengah-tengah kesibukan menjadi seorang Mahasiswa saya menawarkan diri sebagai guru ngaji di salah satu Masjid yang terkenal besar di Kuta Selatan ini, disini saya memulai mengasah passion yang saya miliiki tentunya berbeda kondisi antara di Kampung Halaman dan di Kampung rantau ini, dimana harus bertemu dengan banyak murid atau santri dari banyak daerah yang memiliki kebiasaan berbeda-beda pula tentunya. Menjadi sebuah tantangan untuk mengasah passion yang saya miliki saat itu. Tentunya tidak mengandalkan passion yang saya miliki nasehat-nasehat guru yang kuat selalu mendorong saya untuk selalu belajar dan mengajar AL Quran di Masjid tersebut. “Memang jika dihitung tidak seberapa bayarnya, namun keberkahan dari mengajar nanti kamu akan dapatkan”, pesan itu yang selalu teringat dan menguatkan saya menjadi seorang pengajar. Dari situlah saya selalu merasa cukup denga apa yang saya miliki dan hati selalu tenang karena selalu banyak yang mendoakan dan dipermudah untuk selalu melaksanakan Ibadah. 

Seperti yang banyak orang tahu Ketika belajar mengaji di Masjid memiliki pola yang begitu-begitu saja Guru di depan dengan tongkat bambu/ rotan yang selalu terdengar sabetannya di atas meja untuk memberikan efek jera pada murid/ santri. Dalam lubuk hati ini sebanarnya sudah berkata “semua ini sudah tidak sepatutnya dilakukan lagi lo, karena murid/ santri hanya jera beberapa saat saja, sudah saatnya merubah pola pengajaran seperti ini”. Namun, itu semua hanya gumaman dari dalam diri saja masih belum tahu bagaimana cara merubahnya, karena memang semua pengajarnya masih menggunakan pola yang seperti itu. 

Lagi-lagi saya dibuat jatuh hati di pulau dewata ini, tepat di akhir tahun saya bertemu dengan Lembaga Pendidikan Islam baru yang ada di Kuta Selatan ini. Menjadi angin segar tentunya jika saya dapat bergabung di Lembaga yang sampai saat ini menjadi Lembaga terbaik dan menjadi trend setter di Kuta Selatan ini. Tepat dipenghujung tahun 2018 atas izin Allah SWT saya dapat bergabung di Lembaga Pendidikan ini iya benar Sekolah Mutiara Jimbaran, saat itu lagi-lagi saya masih tetap mengandalkan passion saya menjadi seorang pengajar Al Quran disana. Lagi dan lagi harus beradaptasi untuk menghadapi Siswa siswi yang berasal dari suku, lingkungan, dan latar belakang keluarga yang berbeda. diawal masuk tersebut saya diberi kesempatan untuk mengajar PAUD Mutiara, satu hari dilakukan percobaan mengajar, hati ini sudah mulai goyang, dan mengatakan dalam hati, sepertinya saat ini Passion saya bukan mengajar. Mengelola kelas anak PAUD yang luar biasa aktif dan beragam menjadikan saya selalu melihat jam saat mengajar seolah-olah 30 menit sangat lama sekali untuk dilewati. Sampai akhirnya dipanggillah saya untuk menjawab beberapa pertanyaan apakah masih sanggup atau tidak? Tentu secara tegas menjawab masih sanggup walau dalam hati kecil masih bimbang untuk menjawabnya.

Seiring berjalannya waktu tidak terasa saya sudah merasa nyaman dan dalam hati mengatakan secara lantang passion saya adalah pengajar. Banyak hal yang saya dapatkan di Sekolah Mutiara ini tentunya sedikit demi sedikit saya terapkan di Masjd yang natabene masih menggunakan sistem konvensional tersebut. Begitu pula di Sekolah Mutiara saya juga sedikit menggunakan sistem konvemsinal yang ada di Masjid pada umumnya. Namun semua pola pikir menjadi pendidik konvensional tersebut terpatahkan semuanya karena di Sekolah Mutiara harus menjadi pendidik professional. Tentunya semua itu ada prosesnya dan saya telah mengikuti proses tersebut dan akhirnya saya memutuskan untuk focus hanya menjadi pendidik di Sekolah Mutiara, tentunya banyak sekali hal yang saya dapatkan pula di Masjid tempat saya mengajar Al Quran pertama di Pulau Bali.

Semakin focus di Sekolah Mutiara banyak sekali cerita menarik, karena dari tahun-tahun awal saya masuk dan bergabung menjadi seorang pendidik di Sekolah Mutiara. Mulai dari PAUD hingga bertemu di SD banyak sekali perubahan yang saya dapatkan untuk diri saya dan terutama pada peserta didik saya. Dan semakin kesini saya sudah tidak melabeli diri sebagai guru quran konvensional melainkan guru quran yang professional. Semuanya dapat diselesaikan dan dididik dengan tangan kosong tanpa lagi menggunakan benda Panjang yang menimbulkan efek jera sementara. 

Saya sangat menikmati semua proses ini dan dengan menjadi guru professional inin saya merasa menjadi lebih terkenal dan dikenal banyak siswa di Sekolah Mutiara. Dengan kelembutan dan penanaman nilai-nilai tentang quran menjadikan saya dan seluruh peserta didik lembut hatinya dan dengan senang hati mengikuti pembelajaran Al Quran. Hadits sederhana yang bermakna luar biasa selalu saya tanamkan pada semua peserta didik yang berbunyi “Khairukum man ta’allamal Qur’aana wa ‘allamahu (HR Bukhari)”. Diakhir pembelajaran selalu terkumandang sejak usia dini semoga mampu tertempel di alam bawah sadar peserta didik untuk selalu Bahagia dan semangat belajar Al Quran. Mungkin tidak dalam waktu dekat saya akan memeroleh hasil dari Pendidikan yang saat ini diberikan namun, saya yakin suatu saat nanti mereka akan selalu mengingat dan menjadikan mereka tersadar pembelajaran yang sangat menyenangkan adalah pembelajaran Al Quran. 

Semua itu terjadi di pulau dewata yang bisa dibilang pulau yang memiliki jumlah penduduk muslim minoritas. Saya semakin yakin kelak dari Sekolah Mutiara akan melahirkan generasi-generasi qurani dari pulau dewata untuk memimpin Indonesia. Sesuai dengan visi besar Sekolah Mutiara yang sudah terinternalisasi di dalam diri ini yaitu membentuk Generasi yang cerdas, berbudi luhur, dan berwawasan global. Saya yakin visi besar tersebut dapat kita realisasikan Bersama diawalai dengan Pendidikan Al Quran. Saya bangga sampai saat ini bisa menjadi guru Al Quran yang Profesinal tidak lagi konvensional.

Suatu percakapan yang sempat terjadi Bersama salah satu peserta didik saya pada saat itu. Sungguh saya tidak terbayang sebelumnya peserta didik ini menjawab hal tersebut, sebagaimana kita tahu jika ditanya tentang cita-cita Siswa SD selalu menjawab dengan jawaban aman cita-cita sebagai dokter, pilot, koki, dan pofesi-profesi konvensional pada umumnya. Namun berbebeda dengan peserta didik saya ini, secara lantang dia menjawab secara spesifik bahwa dia ingin menjadi Guru Wafa. Dalam hati kecil saya Bahagia ternyata menjadi guru Al Quran itu masih ada peminatnya, sejak saat itu sampai saat ini apapun pekerjaannya, jabatannya, dan kerja sampingannya secara percaya diri saya selalu menyampaikan saya adalah Guru Al Quran. Semoga semua guru-guru Al Quran selalu semangat untuk menjadi guru menjadikan generasi-generasi Qurani calon pemimpin Indonesia.

Itulah kisah sisi lain dari Pulau Dewata Pulau yang memiliki tujuan destinasi pariwista domestic ataupun mancanegara yang  sangat melimpah yang berhasil membuat saya jatuh hati berkali-kali untuk menjadi seorang pendidik Al Quran yang professional. Semoga semakin banyak Pendidik Al Quran Profesional yang yang terlahir dari Lembaga Pendidikan AL Quran di seluruh Indonesia yang bermitra dengan Wafa.

Nama saya Bagas Setiawan, dilahirkan di Kota Banyuwangi, 24 Juni 1996 lebih tepatnya berasal dari Desa Jajag. Saya merupakan Anak kedua dari Pasangan Ayah Miswandi dan Ibu Suprihatin. Tumbuh kecil hingga remaja di Desa Jajag. Hingga saat ini sudah menetap dan memiliki kartu tanda penduduk di Pulau Bali. Saat ini saya sebagai seorang pendidik di Sekolah Dasar Mutiara, lebih tepatnya mengajar Al Quran metode Wafa. Semoga tulisan ini mampu menginspirasi semuanya dan meyakinkan kepada seluruh Guru Al Quran mampu menjadi Guru Al Quran yang professional.

_
Penulis : Bagas Setiawan – Sekolah Mutiara Bali