Berbagai kafilah datang dengan robongannya masing-masing. Hanya saja kafialah-kafilah itu tidak datang dengan mengendarai unta, karena tempat ini memang bukan padang pasir. Melainkan sebuah tempat yang katanya, sama dengan mempermudah jalan menuju surga. Tuhanku sendiri mengatakan seperti itu. Sebgaimana potongan hadits yang diriwayatakan oleh Abu Hurairah Ra, Rasullulah Saw bersabda:
“Man salaka thariqan yaltamisu fiihi I’lman sahhalallahu lahuu bihi thariqan ilaljannah”
“Barang siapa menemuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya.” (HR. Muslim).
Dari yang keluaran paling terbaru, motor yang bodinya buncit-buncit, hingga motor dan mobil sejuta umat, silih bergantian memasuki sebuah tempat yang asal muasalnya dicetuskan oleh Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, atau dalam buku sejarah lebih sering kita kenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Ya, sekolah. Tempat yang seharusnya menjadi tujuan mempercepat langkah menuju surga.
Namun tidak semua hamba-hamba yang datang ketempat ini berniat untuk menuntut ilmu. Ada yang datang menjadi Firaun, memamerkan segala benda mahal yang dimilikinya. Ada yang datang untuk bersaing dengan istrinya Abu Lahab, dari awal menginjakkan langkah pertama di gebang masuk, mulutnya bebuih membicarakan keburukan guru atau siswa lainnya hingga pulang. Namun tidak sedikit juga yang memiliki keseriusan belajar laksana Abu Hurairah.
Kulangkahkan kakiku dengan penuh ketakziman, kuluruskan niatku untuk mengajar anak-anak di kelas, agar anak-anakku meraih kemudahan dan kefahaman dalam belajara dan menghafal al-qur’annya, dihari pertama ngajar, saya hanya mengamati bagaimana karekter setiap anak didik yang akan saya hendel dan saya ajari. Karena saya ngajarnya dirumah tahfidz maka banyak anak-anak dari kalanagan umum yang masuk di sekolah tersebut. Tertanya didalam keles ada satu anak yang berumur 3,5 tahun karena iya berasal dari TK umum bukan TK dari tempat saya ngajar maka butuh bimbingan khusus untuk anak ini, karena dia belum terbiasa dengan menghafal al-qur’an. Suatu hari anak ini berulah masalah kebetulan saya yang bertugas untuk mengkondisikan anak-anak didalam kelas tersebut, setelah melaksanakan sholat ashor anak ini ingin keluar dari kelas karena saya tidak mengejinkan keluar maka dia tidak berani keluar, akan tetapi dia malah mencopot gambar tulisan huruf hijaiyah yang dikasih warna oleh temen-temennya yang ditempel didinding kelas,saya tegur dia, dia malah mengeluarkan jurus handalnya yaitu dengan cara menangis, melihat anak tersebut menangis saya merasa iba dan kasihan jadi saya biarkan saja dia mencopot gambar-gambar tersebut, dan teman patner kerja yang didalam kelas pun tidak menghirau kan saya yang lagi kesusahan mengatasi anak tersebut, belum berakhir pelajaran ketua yayasan sekolah pun masuk mengontrol setiap keadaan kelas, setelah sampai ketua yayasan di kelas yang saya hendel, betapa terkejutnya beliu melihat anak yang lagi asyik main merobek-rebek ketas yang dia copot tadi. Pelajaranpun berakher, setelah semua anak-anak pulang dijemput oleh orang tuanya masing-masing, rapat dengan ketua yaysan pun dimulai, nah disini lah saya dimarahi oleh ketua yayasan karena membiarkan anak mencopot gambar-gamabr yang ada didinding, singkat cerita sayapun ingin dipidahkan oleh ketua yaysan di kelas level 2 dimana anak-anak tersebut hafalannya sudah selesai juz 30 dilanjutkan dengan hafalan juz 29, tapi kerana patner kerja dilevel 2 tersebut laki-laki dan belum menikah, seketika rawut mukaku berubah menjadi pucat, tanganpun gemeter, sayapun terdiam tidak menanggapi perkataan beliu, Cuma dengan gerakan tubuh saya menolak dipasangkan dengan laki-laki tersebut, akhirnya saya tidak jadi dipasangkan patner kerja dengan laki-laki tersebut. Saya bertekat bahwa dalam 1 minggu saya bisa menghendel kelas dan menghendel anak-anak. Akan tetapi kisah yang saya tuangkan bukan dari anak ini melainkan dari seorang anak yang ibunya bekerja serabutan dan ayahnya bekerja di tempat perantauan, sekali sebulan baru pulang kerumah. Sebut saja namanya Ilmi
Minggu kedua masuk sekolah, anak-anak sudah aktif pembelajaran dalam menghafal, ketika itu Ilmi setoran hafalan dengan ustadzah atun dia terhenti di surah an-Naba, saya lupa ayat berapa, dikarnakan anada ilmi keliru dalam pelafalan huruf ز , jadi ustadzah atun tergur dia utuk memperbaikinya, sudah beberapa kali mencoba melfalkan huruf tersebut akan tetapi tidak berhasil, akhirny dia berhenti diayat tersebut. Besoknya bundanya datang bercerita kepada kami bahwa ananda ilmi kemarin selesai ngaji datng kerumah langsung menangis, bundany pun bertanya kepada ilmi “kenapa kamu menangis, apakah di sekolah ada yang mengganggu”, dia pun menjawab dengan air mata berlinang “aku kasihan dengan ustadzah yang mengajariku membaca dan menghafal al-qur’an karena aku tidak bisa-bisa melafalkan huruf hijaiyah dan panjang, pendeknya pun masih banyak yang keliru, aku sudah mencobanya tapi aku tetap tidak bisa, makanya aku menangis karena kasian dengan ustadzah yang susah payah mengajariku”. Masya allah betapa mulianya hati ananda ilmi ini kami sebagai gurunya menjadi terharu setelah mendengar cerita bundanya, bundanya berpesan kapada kami tolong jangaan busen mengajari anak kami karena kami sebagai orang tuanya tidak bisa mengajarinya hanya dia yang bisa kamiharapkan bisa mengaji disekolah ini, selesei berbincang-bincang dengan bundanya ilmi kamipun mengucapakn terimakasiih sudah mempercai anak beliu sekolah ditempat kami dan meminta do’a agar ananda ilmi diberi kemudah dan kepahaman dalam belajar dan menghafal al-qur’an.
Keesokan harinya saya dan temen-temen yang mengajar disana selalu memberi bibingan kepada anada ilmi dan memberikan semangat agar tidak busen-usennya belajar, kata saya “jangan bersedih karena kita ngajinya masih terbata-bata, sesungguhnya allah itu sayang dengan kita, dengan terbata-bataanya bacaan kita maka kita buh berulang-ulang kal untuk membenaarkan bacaan kita, satu huruf allah ganjarkan dengan pahala sepuluh kali lipat bayang kita membacanya berulang-ulang maka pahala kitapun banyak”.
Hari berganti hari, minggu pun berganti minggu seirinya waktu berjalan ananda ilmi pun lebih giat belajar ketika dia salah mengahafal kami betulakan besoknya dia stor ulang hafalnya lebih baik hafalannya dari pada kemarin, alhamduliilah bulan aprel tahun 2020 kemarin dia ikut lommba tahfidz tinggkat kabupaten dia merayih juara 3, dan hafalnya di bulan aprel tahun 2020 sudah mencapai 3 juz.
Allah tidak akan merubah nasib hambanyaa kecuali hambanya itu sendiri yang merubahnya. Berusahalah yang giat selagi itu dijalan kebenaran, dan bersabarlah, ikhlas dan tawakkal kepada allah segala apa yang kita usahakan, dan jang lupa berdo’a kepada allah apa yang kita usahakan, seandainya allahpun belum manggabulakan setidaknya kita dapat pahala atas do’a kita.
Dilain temapat, ini cerita penagalam dari teman saya yang bernama Siti Rahmida.
Diawal tahun 2020 merebaknya virus covid-19 atau bisa disebut virus corona yang menjadi catatan sejarah dunia. Bermula dari negara cina sampai menyebar ke negara indonesia. Selain hanya memakan korban jiwa, covid-19 juga mengancam adanya krisis ekonomi global.
Di indonesia jutaan orang terancam kehilangan pekerjaan merika ditengan penerapan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB) demi memutus rantai penyebaran virus corona. Kerugian yang dialami , misalnya pengahasilan para pedagang yang drastis menurun, para buruh serta guru yang hampir kehilangan pekerjaannya karena diistirahatkan untuk sementara berhubung dana untuk menggaajih para buruh dan guru tidak mencukupi. Virus corona ini menyebabkan hampir seluruh dunia lembaga pendidikan diliburkan oleh pihak pemerintah agar mengurangi menyebaran virus yang sangat membahayakan.
Siti Rahmida sebagai pengajar juga merasakan kegelisahan yang mendalam terhadap apa yang menimpa negeri ini. Sekolah diliburkan untuk belajar tatap muka dalam jangka waktu yang panjang. Waktu demi waktu berlalu, mulailah rasa kebusanan itu muncul dihaati Siti Rahmida. Berbagai macam kegiatan-kegiatan yang penah dijalani, kini telah tetunda. Karena sebelum terjadinya pandemi ini, di sekolah sangat ramai anak-anak belajar di dalam kelas. Selain kegiatan belajar, mengajar anak-anak juga sering pergi mengunjungi pepustakaan untuk membaca buku disana. Pada saat jam istiraha halaman sekolah dipenuhi oleh anak-anak yang bermain. Misalnya bermain sepak bola, lopat tali, bulu tangkis, engklek, asinan dan lain-lain.
Saat pembelajaran dimulai, sekolahpun bergemuruh dengan suara anak-anak yang sedang belajar, mengaji, menghafal surah serta hadits, bernyanyi, bercanda ria dengan tema-temannya, dengan guru makan bersama sambil menonton video tentang kisah nabi dan kisah-kisah islami lainnya, sholat berjama’ah yang dipimpin oleh salah stu siswa,qailullah bersama di dalam kelas, mabit, kegiatan pramuka, outbound, market day (belajar jual beli menurut islam) yang dipenuhi anak-anak dan para orang tua. Semua aktivitas yang dijalani di sekolah telah menjadi kenangan oleh semua ustadz-ustadzah dan juag anak-anak didik. Oleh karena itu kenagan yang lalu bisa mengobati rasa sedih dan rindu yang berkecamuk didalam hati.
Sebelum pandemi, diawal tahun ajaran baru anak-anak bersemangat sekali masuk sekolah dengan harapan bisa pergi kesekolah yang baru untuk bertemu dengan ustadz-ustadzah yang belum dikenal, teman-teman yang baru, kelas baru, dan memakai seragam baru, serta membawa peralatan sekolah yang lengkap. Semua itu terliahat dari wajahnya yang ceria dan bahagia saat memasuki sekolahnya. Saat pengenalan lingkungan sekolah mereka mengikuti semua aktivitas yang diarahkan oleh ustadz-ustadzahnya dengan baik .
Namu sekarang jauh berbanding terbalik, koma dimana masa pengenalan sekolah disaat pandemi hanya diaadakan secara online yang diambil video oleh ustadz-ustadzah kemudian dikirim melalui grup whatsapp. Pada pembelajaran wafa biasa dilaksakan didalam kelas atau diluar kelas yang suasananya seju, indah, dan tenang yang bertempat disaung-saung atau dirumahan kecil yang sangat cocok untuk dijadikan tempat pembelajaran wafa. Sekarang pembelajaran wafa hanya bisa dilakukan dipalikasi zoom meeting dengan waktu yang terbatas, orang yang terbatas, dan tidak bisa memberikan pembelajaran secara efektif.
Saat melakukan pembelajaran online, Siti Rahmida tidak dapat membuat chemistry (hubungan bati) terhadap anak didik, yang hanya saya dapat ketika pembelajaran tatap muka. Saat pandemi ini para ustadz-ustadzah dipaksa untuk menguasai ilmu teknologi yang dimanfaatkan untuk proses belajar mengajara yang lebih optimal. Beruntungnya saat ini teknologi berkembang semakin maju. Karena mampu meberikan solosi untuk berbagai kebutuhan hidup. Salah satunya kemajuan teknologi adalah dalam bentuk sekolah online. Dengan diadakannya sekolah online dunia pendididkan pun bisa terjalani.
Dengan berjalannya waktu keluhan demi keluhan dari orang tua anak didik bermunculan, karena proses belajar menagajar yang sudah lama diliburkan, kini kebijakan dari pemerintah melakukan proses belajar mengajar dengan cara BDR (belajar dari rumah). Adapun aplikasi yang digunakan ketika pembelajaran seperti whasapp, zoom meeting, youtobe, dan lain-lain. Namun tidak semua orang tua anak didik siap menjalani pembelajaran dengan cara yang baru. Karena sebagian orang tuanya tidak menguasai dengan dunia teknologi. Dengan demikian pendidik dituntut untuk menghasilkan ide-ide kriatif agar tercipta proses yaang interaktif dapat dipahami, dan diterima oleh anak didik dan orang tuanya.
_
Penulis : Husnaniah – SDIT Ihsanul Amal Alabio