Menjadi penghapal Al-Qur’an memang sangat membahagiakan bagi kita semua karena akan menjadi hujjah kelak nanti di hadapan Allah SWT dan dengan menghapal Al-Qur’an semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita.
Awal mula, menghafal Al-Qur’an adalan saat memasuki dunia perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an. Sebelumnya, saya berpikir menghafal Al-Qur’an itu sulit dan begitu terasa melelahkan saat melihat betapa tebal pedoman umat Islam ini.
Keinginan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih berkualitas lagi tatkala mengikuti jejak adik saya memutuskan berkuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai. Ia baru menyelesaikan pendidikannya di jenjang Madrasah Aliyah. Dan, Berkat dorongan orangtua yang menyanggupi membiayai kuliah, berani melangkah masuk ke masa perkuliahan. Dalam bayangan saya banyak rencana tersusun rapi guna tidak ingin mengecewakan kerja keras orangtua. Salah satunya menghafal 2 ayat atau lebih sehari untuk mengejar target minimal yang telah disyaratkan oleh pihak kampus.
Awal-awal menghafal di masa perkuliah di mulai dari juz 30 dari surah-surah yang pendek, lalu ke juz 29 yang sudah mulai surah panjang-panjang, tapi alhamdulillah saya bisa menghafalnya. Berlanjut ke surah pilihan seperti surah Sajadah, Al-Waqi’ah, Yasin, dan Ad-Dukhan karena surah-surah amalan rutinan di setiap malam. Jika sudah melalui juz 30, 29 dan surah pilihan akan diperbolehkan menghafal dari juz 1 sampai seterusnya.
Teman seperjuangan merupakan orang-orang yang paling mempemgaruhi saya dalam menghafal Al-Qur’an. Saya dan beberapa teman-teman penghafal Al-Qur’an memulai dari nol. Tekad saya membara saat teman seperjuangan menyetorkan hafalannya dua halaman dalam sekali stor bahkan lebih dari itu. Saya melakukan intropeksi diri dan berkata dalam hati, “Dia bisa stor hafalan sampai lebih dari 2 halaman, kenapa saya tidak?”
Maka, di sinilah saya giat menghafal. Menurut pendapat kebanyakan orang waktu paling ampuh dalam menghafal pada waktu Magrib dan Subuh. saya coba menghafal pada masa yang dianjurkan dengan membiasakan satu halaman setelah shalat subuh, lalu jam 9 atau jam 10 pagi mengulang hafalan. Begitu juga, setelah shalat magrib menghapal satu halaman, lalu selesai shalat isya mengulang kembali agar lebih kuat hafalannya. Menurut pengalaman saya dalam menghafal satu halaman jika tidak ada pengulangan maka hafalan akan hilang dan tidak bisa distorkan ke Instruktur Tahfiz.
Lingkungan dan teman yang baik sangat mempengaruhi segala aspek kehidupan. Termasuk berada diantara ahli Qur’an yang sangat mendukung perjuangan saya sebagai penghafal Al-Qur’an dan menjadi jalan motovasi saya menghadapi berbagai kesulitan yang melanda.
Saya bergabung dalam lembaga Sekolah Islam Terpadu Ihsanul Amal dipertengahan bulan september kala sidang skripsi telah sukses dilewati dan menunggu untuk merayakan perjuangan perkuliahan. Satu minggu pertama masuk ke sekolah ini hanya melihat proses ustadz dan ustadzah mengajar. Dan, belajar bagaimana cara mengajar yang baik dan menkondisikan kelas agar para siswa bisa fokus untuk menyimak materi yang di sampaikan ustadz dan ustadzah.
Dalam melakukan pembelajaran kita harus dari awal bersikap tegas, bukan berarti marah-marah. Dengan ketegasan agar anak-anak segan pada kita dan mereka akan patuh pada teguran jika mereka melakukan kesalahan yang tidak wajar. Anak-anak akan semaunya ketika ketika ketegasan tidak dilakukan diawal pertemuan. Mereka juga akan menutup telinga segala masukan dan teguran yang diberikan.
Dalam proses mengajar kita harus selalu belajar kepada yang lebih ahli dan lebih berpengalaman, karena yang lebih ahli dan berpengalaman ini lebih banyak mempunyai jurus jitu dalam mengkondisikan kelas. Oleh karena itu, satu tahun pertama saya memang agak kesulitan dalam mengkondisikan kelas dan saya juga berusaha terus belajar, seperti bagaimana melihat wali kelas mengajar, dan tepuk-tepukannya bagaimana wali kelas itu saat mengajar. Guru-guru baru pun terus diberi pelatihan agar bisa mengajar dengan baik sesuai standar.
Alhamdulillah, di tahun kedua mengajar ditempatkan masih di kelas 1. Saya sudah lebih percaya diri dalam mengajar dan lebih bisa mengkondisikan kelas agar tetap fokus dan menyenangkan dalam mengajar. Pada masa musim pandemi ini, segala kreatifitas kita harus dikeluarkan agar pelajaran Al-Qur’an tetap asik dan menyenangkan bagi siswa walaupun secara online.
Dan pada tahun ini tahun ketiga saya mengajar pada ajaran 2021-2022, adalah sebuah tantangan untuku karena di tempatkan menjadi guru Al-Qur’an di kelas 6 yang karakteristik siswanya berbeda dari kelas 1 dan cara mengajarnya pun sangat jauh berbeda. Asalkan mau belajar dan terus belajar insya Allah akan dimudahkan segala urusan oleh Allah dan tetap selalu melakukan yang terbaik serta semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang baik dan maksimal juga.
_
Penulis : Syahid – SDIT Ihsanul Amal