Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Robb semesta alam yang memiliki kerajaan di langit dan di bumi. Sholawat beserta salam yang memiliki semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnyaserta umatnya hingga akhir zaman.
Penulisan kisah ini semoga dapat memberikan inspirasi dan bermanfaat bagi pembaca. Amin.
- Strategi dalam Satu Kelompok Belajar dari 2 macam jilid menjadi 1 jilid murni
Berawal dari kisah pengalaman mengajar Al Qur’an Sekolah Dasar kelas II sampai kelas IV, pada tahap awal kelompok ini berbeda jilid, 5 anak jilid 2 dan 7 anak jilid 4 dengan kemampuan yang berbeda-beda. Nama-nama mereka diantaranya Cantika Nasution yang kemarin masuk final Lomba Tahfidz Wafa Indonesia, kemampuannya cukup bagus, kelemahannya adalah di bacaan Ikhfa’ anehnya, hari ini saya jelaskan dan lanjut setoran bisa menyelesaikan bacaannya dengan baik, nah … apa yang terjadi di hari berikutnya ? ternyata sudah beda lagi. Bacaannya sudah tidak sesuai yang saya ajarkan. Saya menjelaskannya lagi, tidak mengapa guru memeng harus sabar, dengan sabar sayapun mencari tahu, kenapa kualitas bacaannya selalu berubah, kemudian cantikanya menjawab, bahwa dia selain belajar ngaji di sekolah, juga belajar ngaji prifat. Dan ternyata cara mengajar saya dan guru yang di rumah sangat berdeda. Setelah keadaan ini berlangsung hingga satu bulan akhirnya saya memutuskan untuk komunikasi dengan orang tua sekaligus menyampaikan perkembangan cantika. Akhirnya sayapun menyarankan untuk tidak ngaji dulu dirumah dengan guru yang belum standart, dan semenjak itu Alhamdulillah bacaan cantika terjaga dan bisa dibilang bagus.
Berbeda lagi dengan Lalu Gaisan yang anaknya pendiam dan biasa-biasa saja dalam kemampuan bacaannya, namun karena selalu sungguh-sungguh dalam belajar sehingga mampu mengejar ketinggalannya.
Dalam proses belajar mengajar saya buat 2 kelompok, kelompok jilid 2 (kelompok A) dan 1 lagi kelompok jilid 4 (Kelompok B). Kelompok jilid 2 terdiri dari 5 anak dan kelompok 4 berjumlah 7 anak. Ketika saya mengajar kelompok jilid 2 maka kelompok jilid 4 saya berikan tugas belajar saling menyimak atau partner (berpasang-pasangan) sehingga dalam waktu tertentu hasilnya sebagai berikut :
Kelas II | Kelas III | Kelas IV | ||||
Semester 1 | Semester 2 | Semester 1 | Semester 2 | Semester 1 | Semester 2 | |
A | 2 | 3 dan 4 (1/2) | 4 dan 5 | AlQur’an + Tajwid | Tajwid | Ghorib & Munaqasyah Tilawah |
B | 4 | 5 | Al Qur’an & | Tajwid | Tajwid |
NB : Mereka menjadi kelompok baca simak murni di kelas IV semester 2.
Jadi kelompok B agak dipelankan dan kelompok A dipercepat dan terus dikontrol. Bayangkan yang tadinya berbeda 2 jilid dapat dikejar dengan strategi yang tepat.
- Karakter disiplin, rapi dan jujur
Diawal pembelajaran saya selalu membuat kesepakatan-kesepakatan diantaranya jadwal piket, dimana kelompok saya pada waktu itu berada di luar kelas, tepatnya di lobi depan sekolah. Bagi yang bertugas harus lebih awal untuk menyiapkan sarana persiapan pembelajaran, karpet, besi peraga dan peraga AlQur’an. Anak-anak sealau disiplin dalam piket dengan tugas menyiapkan karpet dan mengembalikannya.
Merapikan sepatu selalu menjadi perhatian, dimana pada waktu itu anak-anak menaruh sepatunya sesukanya sehingga tampak benar ketidakrapiannya. Terjadi dialog antara guru danmurid :
Guru : Spontan saja saya perintahkan kepada anak-anak untuk berdiri. Anak-anak solih solihah… silakan berdiri…
Murid : iya ustadzah
Guru : coba perhatikan sepatu kalian masing-masing
Murid : iya ustadzah (merekapun memperhatikannya)
Guru : kalau anak-anak meletakkan sepatu seperti itu, kira-kira kalau ada orang lewat terburu-buru apa yang terjadi ?
Murid : jatuh ustdzah, kesandung
Guru : benar sekalih, maka dari itu mulai sekarang dan seterusnya silahkan ditaruh yang rapi. Taruhlah didekatnya tempok atau dipinggir tembok agar tidak mengganggu orang yang berjalan. Sehingga kita dapat pahala dari Allah karena kita telah melakukan satu perbuatan yang terpuji, yakni membuat orang yang lewat aman. Jelas anak-anak?
Murid : jelas ustadzah
Guru : baik ustzdzah ucapkan terima kasih, dan silahkan duduk kembali
Ketertiban dalam belajar prioritas, seperti kelengkapan belajar, buku alqur’an, prestasi. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak boleh membawa buku selain buku perlengkapan belajar AlQur’an. Jika ada yang melanggar maka akan kita nasihati dan jika masih berulang-ulang maka buku yang lain atau mainan akan disita oleh guru, dan akan dikembalikan jika telah berjanji tidak akan mengulanginya. Dengan aturan seperti ini melatih anak-anak untuk untuk tertib dan disiplin dalam aturan pembelajaran.
Ketiaka kegiatan saling menyimak sesama teman (partner) yang menjadi penanggung jawab selalu memberikan laporan berapa kesalahan pada kelompok masing-masing, sehingga disini akan tumbuh karakter kejujuran.
- Mengatasi Pengucapan yang kurang tepat pada huruf Hijayyah
Teringat salah satu murid sebut saja Fulanah kelas IV, pada saat itu untuk pengucapan huruf hijaiyyah banyak yang tidak jelas, diantaranya ك ق ط د س ش ث ف ل belum huruf yang memang sulit pengucapnnya. Karena Fulanah ini tidak hanya dihuruf hijayyah pelafalan abjadpun masih kurang jelas. KA, SA dibaca ca, dan ketika akhir pembelajaran atau ketika storan sy membantu dengan latihan mengoptimalkan tulang rahang sebagai latihan oral. Contoh, makan, lihat mulutnya usth dan ikuti ya “makan”, pulpen, spidol dan lain-lain. Setelah belajar ilmu tentang tuntas motoric, memang tepat bagi anak-anak yang artikulasinya kurang jelas maka dapat dilatih dengan latihan rahang.
Demikian pengalaman mengajar yang saya tuangkan dalam tulisan kisah ini, mohon maaf jika ada kesalahan kata dan terima kasih telah membacanya.
_
Penulis : Ernawatiningsih – Sekolah Albanna Bali