Aku dan Pengalamanku

Ramai riuh terdengar menggema saling bersahutan, 

Yaaaa……. Suara anak-anak yang berdatangan ke masjid untuk mengaji. Sambil menunggu bel berbunyi untuk berbaris bersama, anak-anak bermain, berlari, kejar-kerjaran dengan teman-temannya. 

Wajah-wajah yang polos nan suci menghias penuh arti. Semangat yang membara sangat nampak terlihat dari anak-anak, dan dari semangat merekalah yang memotivasi kami para guru untuk mengajar dengan penuh semangat pula. Agar materi yang disampaikan nantinya juga tersampaikan sehingga anak-anak dapat mengerti dan memahaminya.

Kriiiiiiiiinggggggggg…….. bel masuk telah berbunyi. Dan seperti biasa salah satu  guru atau ustadzah  memimpin barisan untuk merapikan anak-anak. Dan mulai menyiapkan barisannya agar rapi. Anak-anak berdiri tegak dan berbaris rapi sesuai jilid ngajinya masing-masing.

Namun, pada hari itu, ada salah satu anak dari kelompok jilid tinggi terlihat membuat gaduh, dan membuat adik-adik jilid bawah pun belum dapat di kendalikan untuk rapi barisannya. Dengan nada tinggi, guru tadi memanggil salah satu nama, yang terlihat menjadi sumber kegaduhan dan menanyakan penyebab terjadinya kegaduhan. Sepertinya si anak kurang suka dengan panggilan guru yang memimpin barisan karena merasa tidak bersalah. Padahal setelah ditanyakan pada teman-temannya dialah yang membuat gaduh dan mengajak teman-teman lain ngobrol sehingga sampai intruksi untuk berbaris rapi tidak terdengar oleh teman lainnya. 

 Dan akhirnya guru yang memimpin barisan tadi mengeluarkan si pembuat gaduh, yang membuat anak tersebut tertunduk malu dan marah di depan teman-temannya karna di keluarkan dari barisan. 

Beberapa menit kemudian, Setelah semua rapi, selanjutnya bersama-sama melanjutkan  membaca doa pembuka,kemudian membaca salah satu bacaan sholat, dan untuk menambah semangat anak-anak kita biasanya memberikan satu lagu yang berbeda setiap harinya tentang nama bulan, anggota tubuh, macam-macam warna dalam Bahasa arab, dan nama surat di dalam al qur’an. 

Setelah selesai berbaris, pemimpin barisan membubarkan barisan. Anak-anak maju ke depan sesuai dengan jilidnya, bersalaman dengan semua guru sambal membaca sholawat  lalu masuk ke dalam kelas untuk menerima materi berikutnya. 

Setelah semua masuk, koordinator TPQ  memanggil guru yang memimpin barisan tadi. Ternyata adegan kegaduhan yang membuat salah satu murid keluar dari barisan tadi membuat guru yang memimpin barisan mendapat satu teguran. 

Karena TPQ kami bergabung dengan masjid, maka saat baris berbaris pun akan terlihat banyak orang yang lalu Lalang, ada jamaah yang selesai dari sholatnya, dan beberapa anak-anak luar TPQ yang bermain di masjid,  ada juga beberapa wali santri yang menunggu sedang putra-putrinya sampai  masuk ke dalam kelas. Tentu yang lalu Lalang akan sembari melihat barisan anak-anak TPQ dengan suara merdu melantangkan hafalan dan bacaan lainnyanya . 

Pada saat itu, ada salah satu jamaah melihat guru yang tadi mengeluarkan salah satu santrinya dari barisan. Sepertinya kurang suka dengan tindakan guru tersebut. Karena memang terlihat kurang baik, ketika mengeluarkan anak-anak dari barisan sehingga terlihat malu di depan teman-temannnya bahkan adik di jilid bawahnya. 

Dari wajah jamaah tadi, Koordinator TPQ menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan pemimpin barisan tadi kurang baik. Jadi coordinator berharap, tidakan yang seperti ini tidak terualang lagi. Karna selain menjatuhkan mental si anak di depan teman-teman lainnya, juga akan berdampak pada nama baik si guru dan lembaga tempat dimana mengajar. Dengan penuh kesadaran dan rasa hormat si guru menerima kritik dan saran dari koordinator.

 Akhirnya kemudian semua guru masuk kelas masing-masing untuk memberikan materi pembelajaran al qur’an. Suasana masing-masing kelas terlihat pun ramai bersahutan, anak-anak memulai berdo’a, muroja’ah hafalan dan selanjutnya memulai kegiatan belajar mengajar di kelas. 

Setelah mendapat teguran di koordinator TPQ, guru menyadari bahwa kita tidak bisa mengambil keputusan dalam keaadaan emosi, tidak boleh menghakimi anak-anak ketika anak berbuat kesalahan dalam keadaan emosi, tidak boleh mempermalukan anak-anak di depan anak lain, bisa jadi tindakan yang dilakukan guru tadi akan menjadi contoh yang kurang baik pada anak-anak, sehingga anak dapat menirukannya. 

Dari kejadian itu, pelan-pelan guru tersebut juga menyadari dan akhirnya membuat dia berfikir bahwa tindakan yang dilakukan saat itu memanglah kurang pantas dan belajar tidak akan mengulangi lagi. Dan perlahan setiap kali mau memberi nasehat atau ketika ada santri yang bermasalah, sudah tidak lagi mengedepankan emosi.

Menasehati anak-anak dalam keadaan emosi ketika anak berbuat salah sangatlah tidak baik, nasehat yang kita berikan pun tidak akan dapat di cerna dengan baik oleh si anak. Sehingga harapan untuk guru merubah anak-anak untuk manjadi baik pun hanya di angan saja. Sebaliknya, sebagai guru, kita adalah panutan untuk mereka, baik dari tindakan , perilaku, kata-kata dan segala gerak gerik kita. Untuk itu perlu sekali kita banyak membaca dan terus belajar bagaimana menjadi guru yang baik untuk anak-anak kita, santri kita, dan umumnya lingkungan terdekat kita. Sehingga kita akan melahirkan generasi qur’ani yang tangguh, berilmu, dan ber adab serta menjadi calon pemimpin bangsa yang menginspirasi banyak orang. 

Apalagi di kondisi yang saat ini, yang semua serba online. Salah satunya adalah pembelajaran qur’an. Yang tidak bisa memaksa untuk belajar bertatap muka secara langsung. Namun, kita sebagai guru pun tidak boleh putus harapan dan berhenti ber inovasi dalam memberikan pengajaran kepada anak didik dan santri kita. Walapun dalam kondisi daring dan virtual kita masih bisa mengajar kepada santri kita dengan banyak media, contohnya zoom, video call, google meet. Dan anak-anak juga dapat melihat video pembelajaran, kisah kenabian, dan kisah lainnya dengan salah satunya aplikasi yaitu youtube.

Di era ini kita sangat di tuntut untuk melek digital. Artinya, kita harus terus menggali ilmu-ilmu yang ter update dari media digital. Agar guru dan santri atau anak didik  tidak tertinggal dengan perkembangan zaman dan perubahan digital. 

Teriring do’a untuk keluarga,murid/ santri, dan negara kita terutama dan yang terkhusus untuk pembaca yang Budiman. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Kesehatan untuk kita, melapangkan rezeki serta dijauhkan dari wabah dan bencana, terutama wabah covid ini. Sehingga para guru dimanapun berada, bisa mengajar Kembali dengan normal, bisa bertatap muka langsung dengan anak didik dan santri-santrinya serta dapat terus berkreasi, ber inovasi untuk masa depan anak negeri yang qurani.

_
Penulsi : Nur Inaroin Sawitri – PAUD Albanna