Bahagia Bersama Wafa

Rasulullah SAW bersabda :

“ Bacalah oleh kalian al-qur’an, karena ia (al-qur’an) akan datang pada hari kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim)

Hadits inilah yang menjadi motivasi saya untuk selalu bersemangat belajar dan mengajarkan al-qur’an. MasyaAllah… sungguh luar biasa ayat al-qur’an yang kita baca dan yang diajarkan akan menjadi penolong dihari kiamat kelak.

Maka dari itu jadikanlah al-qur’an sebagai renungan dan bacaan rutin setiap hari sampai akhir hayat.

Alhamdulillah pada tahun 2009 mendaftar di Yayasan Islam Al-Amin Kapuas saya diterima sebagai pengajar al-qur’an. Yang saat itu metode belajar qur’annya  belum memakai WAFA. Sekian tahun berjalan, walaupun masih banyak kendala. Siswa dipanggil satu persatu secara bergantian sedangkan yang lain menunggu giliran. Memakai metode ini, menurut saya kurang maksimal karena siswa yang menunggu giliran lama kelamaan akan bosan dan metode yang diterapkan terkesan monoton. Akhirnya siswa menjadi ramai dan kurang terkontrol.

Alhamdulillah ditahun 2017 Yayasan Islam Al-Amin memutuskan untuk menerapkan pembelajaran al-qur’an dengan metode WAFA, karena metode ini dilakukan secara  klasikal dan privat (kombinasi). Materi pembelajarannya disajikan secara menarik dan sistematis sehingga menjadikan peserta didik senang dalam belajar alqur’an. Metode ini sangat cocok bagi guru qur’an karena pembelajaran identik dengan menggunakan otak kanan. 

Sebelum mengajar WAFA, guru wajib membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Al-Qur’an yang  meliputi P1 (Pembukaan), P2 (Pengalaman), P3 (Pengajaran), P4 (Penilaian), dan P5 (Penutupan). Membuat RPP ini bertujuan agar pembelajaran al-qur’an lebih terarah dan juga banyak pengalaman yang kita dapatkan. 

Kegiatan P1 (Pembukaan), guru harus dapat menjadikan suasana kelas lebih menarik dan menyenangkan, karena tahapan ini merupakan tahapan yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan tahap-tahap berikutnya yaitu dengan cara bertanya kabar, membuat pertanyaan yang menantang siswa, memberi motivasi, melihat video, bercerita, bernyanyi, tampilan asing dan bermain tebak-tebakan.

Kegiatan P2 (Pengalaman), guru memberikan rangsangan kepada siswa untuk menggerakkan rasa ingin tahunya sebelum mereka memperoleh materi yang dipelajari. Dengan demikian, siswa akan mengalami kegiatan nyata yang akan memperkuat daya ingat materi yang diberikan. Adapun strategi yang digunakan bisa dengan cara simulasi, peraga langsung oleh siswa dan nasyid atau cerita analogis.

Kegiatan P3 (Pengajaran), guru memberikan materi pelajaran secara bertahap dan dilakukan secara diulang-ulang sehingga pada proses ini guru al-qur’an harus benar-benar mengerahkan kemampuannya agar para siswa tetap terjaga semangatnya dan dapat menguasai materi yang diberikan. Strateginya bisa dengan baca tiru dengan kartu peraga, peraga besar dan buku tilawah. Guru membaca kemudian siswa menirukan, satu siswa membaca, siswa yang lain menirukan dan satu kelompok membaca yang lain menirukan.

Kegiatan P4 (Penilaian), guru mengambil nilai dengan cara demontrasi, baca simak klasikal (satu siswa membaca sedangkan guru dan siswa yang lain menyimak), baca simak privat (satu siswa membaca, guru menyimak sedangkan siswa yang lain menulis atau muroja’ah hafalan).

Kegiatan P5 (penutup), guru akan mereview materi, memberikan penghargaan dan pujian. Ada yang istimewa dalam kegiatan penutup ini yaitu ada motivasi pendek yang bisa dijadikan oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Motivasi ini walaupun pendek tapi mempunyai kesan yang sangat bermakna sehingga tidak hanya siswa saja yang akan termotivasi membaca Al-Qur’an tetapi juga seluruh keluarganya.

Sebagai pengajar qur’an saya dikenal guru yang penyabar. Katanya sih, dapat menghadapi siswa yang susah dalam pengucapan membaca dan menghafal al-qur’an. Bagi saya menghadapi siswa yang bermasalah mendidiknya harus dengan cinta. Biasanya ketika menghadapi siswa yang seperti ini, saya selalu mengkondisikan diri saya seperti siswa ketika masih sekolah dulu sehingga dapat mengadakan pendekatan, mencari permasalahan beserta solusinya.

Pengajar qur’an adalah pekerjaan yang sangat mulia, karena sesungguhnya mengajarkan kalam Allah SWT yaitu kitab suci al-qur’an ganjaran yang didapat sangat menggiurkan yaitu pahala yang tidak berujung. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

“ Sebaik-baik diantara kalian adalah mereka yang mengajarkan al-qur’an dan mengajarkannya (HR. Bukhari)”.

Walaupun dalam kenyataannya, menjadi pengajar qur’an tidaklah mudah karena banyak tantangan yang dihadapi dan profesi ini tidak dapat dilakukan oleh setiap orang. Selain dituntut bisa mengaji dan baca tulis qur’an, juga harus telaten terutama ketika menghadapi siswa yang bermasalah.

Namun sebagai pengajar qur’an saya memiliki kebahagian tersendiri dalam membimbing siswa, yang membuat saya selalu bersemangat dan pantang menyerah. Di antaranya yaitu :

  1. Bahagia ketika mendo’akan siswa

     Setiap siswa pasti memiliki kelebihan dan kekurangan dalam mengikuti pembelajaran, ada yang lambat dan ada yang cepat memahami. Ketika ada siswa kesusahan membaca dan menghafal qur’an. Saat itulah dalam hati berdo’a (Ya Allah mudahkanlah anak ini si Ahmad membaca dan menghafal qur’an). Saat itu InsyaAllah ada keajaiban datang memudahkan lidah anak tersebut, yang pada akhirnya bisa membaca. Ini yang membuat saya sangat bahagia, karena do’a saya panjatkan dikabulkan oleh Allah SWT. Do’a adalah cara paling ampuh yang dibutuhkan setiap manusia agar Allah SWT selalu  membantu dan memudahkan dalam urusan apapun tidak terkecuali kegiatan pembelajaran.

  1. Bahagia karena ada muroja’ah hafalan

     Muroja’ah adalah mengulang hafalan suroh yang pernah dihafal. Kegiatan ini menurut saya sangat bermanfa’at. Semakin sering muroja’ah maka hafalan akan semakin kuat. Alhamdulillah di Lembaga kami ada program muroja’ah yaitu sebelum breafing guru, rapat mingguan, rapat khusus dengan tim qur’an, dan muroja’ah dengan siswa setiap kali mengajar. Sungguh sangat bersyukur sekali bergabung denga para penghafal qur’an. Bagi saya, muroja’ah adalah pelecut diri untuk menguatkan hafalan.

  1. Suka tilawah dengan nada wafa

     Membaca qur’an harus dengan baik dan seindah mungkin. Jika mentalaqi siswa dengan suara pas-pasan sangat memalukan. Ini adalah masalah saya sebelum memakai metode wafa. Alhamdulillah dengan memakai metode wafa, lama kelamaan nada tilawah saya lumayan baik didengar dari sebelumnya. Terpenting harus sering latihan dan konsisten tilawah dengan menerapkan nada wafa. Semakin sering kita menggunakan nada wafa maka akan terbiasa. Menurut saya nada wafa adalah nada termudah yang saya temukan.

  1. Bahagia karena sering mengikuti pelatihan wafa

     Guru yang profesional sangat diperlukan untuk mendidik siswa. Pelatihan adalah salah satu cara terbaik untuk menambah wawasan guru, karena guru yang terus belajar dan berkarya akan mencetak generasi pembelajar sepanjang hayat. Selain itu, mendidik harus menyesuaikan zaman yang dialami peserta didiknya. Apalagi perkembangan teknologi telah merubah dunia pembelajaran kita begitu cepat sehingga kita harus meningkatkan kualitas diri dalam mendidik.

     Metode wafa sangat menyenangkan dengan metodenya yang bervariasi, juga para pengajar Qur’an sangat diperhatikan perkembangannya. Pelatihannya bervariatif dengan adanya buku wafa yang berbeda sesuai tingkatan kemampuan siswa, metode menghafal yang menyenangkan, kelengkapan administrasi, sampai dengan munaqasah guru. Kita dapat memilih pelatihan yang kita kehendaki. Sungguh pelayanan yang sangat prima sehingga membuat saya tidak bosan mengikuti pelatihan yang diadakan wafa.

      Selain kebahagiaan, tentunya juga ada beberapa kendala dalam mengajar. Apalagi di musim pandemi covid-19 yang melanda Indonesia. Hal ini juga salah satu penyebab utama dalam belajar qur’an di Lembaga kami. Semangat dan keaktifkan siswa menjadi menurun. Pembelajaran daring (dalam jaringan) saat ini menjadi trend di dunia pendidikan. Maka dari itu, guru harus siap menghadapi semua permasalahan. Guru harus pandai/smart mengajar secara daring dengan menguasai metode dan aplikasi agar siswa mudah memahami dan tertarik dengan materi yang disampaikan.

     Bagi kelas bawah (kelas 1, 2 dan 3) yang orang tuanya sibuk bekerja, akhirnya siswa tidak mengikuti pembelajaran qur’an kecuali siswa tersebut dititipkan ke salah satu anggota keluarga yang dapat memahami teknologi penggunaan hp android. Permasalahan ini menjadi salah satu kendala besar dalam pembelajaran qur’an, yakni harus ada kerjasama yang baik anatara guru dan orangtua siswa.

    Tetapi walaupun banyak kendala dalam proses pemebelajaran daring , kami tetap semangat berjuang agar anak Indonesia tetap semangat belajar qur’an. Dengan metode wafa, kami sangat terbantu untuk tetap istiqamah membumikan al-qur’an.

    Wafa merupakan metode pembelajaran al-qur’an yang sangat tepat untuk anak-anak Indonesia maupun dunia. Dengan metode otak kanan, materi pembelajaran disajikan secara menarik dan sistematis sehingga menjadikan peserta didik semangat dalam belajar qur’an.

    Kami sangat senang dengan metode wafa dan ingin mengaji lebih baik dan sempurna lagi. Dengan menggunakan metode wafa banyak hal yang kami pelajari dan caranya pun sangat menyenangkan sehingga sangat mudah dimengerti. Sungguh, kami bahagia bersama wafa. Terimakasih wafa.

_
Penulis : Marfu’ah – SIT Al Amin Kapuas Kalteng