Secercah Cahaya

Hujan sore ini terasa begitu menyejukkan hati, seperti tanah yang kering dibasahi air hujan. Menandakan musim hujan telah tiba, maka dari itu kita semua harus “jaga iman jaga imun”, dilingkaran majelis Al-Qur’an bersama santri sholeh dan sholehah. Bersama-sama kami melantunkan do’a “Allahumma shoyyiban naafi’an”. Yang artinya “ya Allah, jadikan hujan ini hujan yang bermanfaat”, kupandangi wajah santri yang memakai seragam di rumah Qur’ani ini duduk teratur dengan senyum yang merekah dibibir mereka.

 Mengingatkanku diawal aku menginjakkan kaki bergabung menjadi salah satu pengajar di RQIM (Rumah Qur’ani Imam Muslim) tepatnya pada tahun 2018 selama menjalani rutinitasku menjadi guru di lembaga ini banyak hal yang kudapatkan, mengajar memang sudah menjadi gaya hidupku, terlebih pada saat dibangku kuliah aku mengambil jurusan pendidikan disalah satu universitas swasta di kota Makassar atau yang sering disebut “kota Daeng”, pada saat selesai kuliah aku langsung mengabdikan diri di Rumah Qur’ani ini.

Masih sangat jelas diingatan, ketika para santri dengan wajah malu-malu bergabung dalam kelas, berlari-lari layaknya anak-anak yang belum mengetahui aturan dalam kelas yang aku bina, berlarian saling mengejar satu sama lain, saling mendahului ingin menjadi yang pertama mengaji dengan sabar dan berharap ridho Allah, kumulai pengajian hari itu dengan mengucapkan bismillahirrahmanirahim (Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyanyang) dan memulai membimbing santriku. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dalam mendidik generasi Qur’ani. 

Mereka memiliki semangat luar biasa dalam menuntut ilmu, kuajarkan kepada mereka satu demi satu huruf hijaiyyah sehingga mereka mampu mengenal semua huruf hijaiyyah, ada satu hadist yang menjadi penyemangat dalam mendidik santriku yaitu hadist riwayat At-Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud Radhiyallau Anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ailaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur’an, maka baginya satu pahala, dan satu pahala itu dilipatgandakan menjadi sepuluh pahala, aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf”. Dan sering juga aku mendengar mereka mengeluh dengan kalimat “susah ustadzah” itulah kata yang sering lolos dari lisan mereka yang kemudian aku tanggapi dengan seulas senyum yang menghiasi bibir, sebagai salah satu dorongan motivasi untuk mereka sehingga senyum itu pula yang tertular ke santri kemudian melanjutkan kembali membaca Al-Qur’annya. 

 Ada pepatah yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang berasal dari hati maka akan sampai ke hati, itu pula yang menjadi slogan bagiku untuk senantiasa bersemangat dalam mendidik anak-anak menjadi anak yang sholeh dan sholehah, anak adalah asset yang sangat berharga yang harus dididik sejak dini, sebagaimana  didalam hadist bahwa doa anak sholeh akan diijabah oleh Allah.

Selain membaca Al-qur’an di rumah qur’ani juga mengajarkan membaca dan menghafal hadits-hadist serta doa-doa sehari-hari, yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengetahui berbagai doa dan hadist sebagai pengajar hal tersebut semakin memudahkan dalam mengarahkan mereka menjadi lebih baik, kadang aku terseyum sendiri ketika melihat mereka berinteraksi antara satu sama lain ketika waktu istirahat, tetiba terdengar suara “laa taqdob walakal jannah” kata-kata itu hampir setiap hari dilontarkan anak-anak ketika ada diantara mereka yang ingin marah, sehingga temannya tersebut tidak jadi marah, ada rasa bahagia melihat perubahan positif dari mereka. Masya Allah.

RQIM juga mengajarkan santri untuk menjaga sholat 5 waktu karena sholat adalah tiang agama maka dari itu salah satu persyaratan yang diajukan kepada santri untuk membawa perlengkapan sholat, agar dapat mengerjakan sholat secara berjama’ah, ketika waktu sholat telah masuk ditandai dengan suara adzan dari masjid terdekat dari RQIM. Dengan antusias yang tinggi para santri laki-laki bergegas ke musholah dengan terlebih dahulu mengambil whudu dengan antri, sedangkan santri putri akan sholat berjama’ah di dalam kelas dengan salah satu ustazah menjadi imam sholat.        

Alhamdulillah Pada tahun 2020 RQIM pembangunan rumah Qur’an telah rampung dibangun sehingga jarak antara RQIM lama dengan RQIM sekarang sekitar 2 Km itu artinya tempat mengaji semakin jauh, namun tidak menyurutkan semangat para orangtua untuk mengantarkan putra putri mereka dalam menuntut ilmu agama, tak jarang aku mendapati para orangtua yang harus merelakan waktu istirahat mereka setelah bekerja dari pagi sampai siang demi melihat anak-anak mereka menjadi anak yang sholeh, karena waktu belajar di RQIM pukul 14.30 WITA.

Perkembangan ananda setiap hari semakin terlihat mulai dari bacaan al-qur’an yang semakin fasih, hafalan hadist, hafalan doa harian, serta semangat menambah hafalan surah demi surah, berkat kerjasama antara pihak RQIM yang menggunakan metode WAFA dengan gerakan dan nada hijaz memudahkan santri mengingat dan memahami setiap materi yang diberikan, dengan orangtua santri bersinergi membangun keluarga yang qur’ani. Dimasa pandemi PPKM seperti sekarang ini RQIM melakukan tatap muka dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan, dengan mencuci tangan, memakai masker, dan pertemuan dilakukan 2 sesi, yaitu sesi pertama pagi pukul 08.00 WITA ada dua kelas, sedangkan sesi kedua pukul 14.30 WITA ada tiga kelas.

_
Penulis : Rabiah – Rumah Qur’ani Imam Muslim