Sekolahku, Surgaku
Pagiku cerah, waktunya kembali ke sekolah. Bersua dengan keluarga di rumah kedua. Hati berbunga melihat setiap anak melangkah ke gerbang sekolah dengan senyum dan langkah semangat. Satu per satu mereka menyalami kami, guru-gurunya dengan penuh antusias. Bel berbunyi, lalu anak-anak berbaris teratur di depan kelas dan suara mereka saling bersahutan meneriakkan yel-yel sekolah dengan kompak dan semangat. “SDIT Taqiyya Rosyida, Madrassati Jannati, Sekolahku Surgaku!” Slogan itu mereka teriakkan dengan tulus dan semangat, pertanda setiap anak selalu merindukan rumah keduanya itu.
Suasana pagi sekolah begitu menyejukkan hati. Terdengar bersahutan bacaan sholat dhuha dan dzikir pagi di kelas-kelas dan masjid. Selepas sholat dhuha dan dzikir pagi, mereka lanjut murojaah dan menghafal ayat-ayat qauliyah-Nya di masjid, gazebo dan kelas-kelas. Menyejukkan hati bukan? Namun, itu hanya kenangan masa lalu. Suasana surga seperti itu, sudah lama tidak ada di sekolah. Kami berharap bumi ini segera sembuh. Sangat rindu berQur’an dan duduk melingkar dengan generasi-generasi Qur’ani. Rindu menyimak bacaan Wafa mereka. Rindu memandang wajah polos mereka yang sangat antusias belajar Al-Qur’an.
Ketika memandangi wajah mereka mengingatkan bahwa setiap anak manusia adalah mahakarya. Mahakarya yang Allah ciptakan dengan perhatian sempurna dan istimewa. Allah membekali anak manusia dengan beragam kecerdasan, baik kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual (multiple intelligence).
Bila kecerdasan ini dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal, akan membuka peluang besar untuk membuat anak menjadi generasi yang berbudi dan berprestasi. Salah satu upaya meningkatkan kecerdasan adalah dengan menerapkan kebiasaan menghafal Al-Qur’an. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa menghafal Al-Qur’an dapat meningkatkan kecerdasan, baik emosional, spiritual, dan intelektual.
Kecerdasan dan kebiasaan menghafal Al-Qur’an.
Saat kelas, kami senantiasa memotivasi anak-anak untuk semangat menghafal Al-Qur’an. “Sholih sholihah, banyak sekali keberuntungan yang kita dapat jika kita menghafal Qur’an. Allah akan memuliakan penghafal Al-Qur’an. Selain itu, orang yang terbiasa menghafal akan membuat sel-sel otak dan badannya aktif karena difungsikan terus menerus. Dengan menghafal, otak kita akan lebih cepat menyerap dan menyimpan informasi dalam waktu yang lama. Sehingga menghafal Al-Qur’an secara otomatis dapat meningkatkan kecerdasan kita” jelasku.
“Sedikit cerita teman-teman. Dulu ustadzah memiliki siswa yang mempunyai kesulitan belajar. Siswa ustadzah menderita disleksia, yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, atau mengeja. Ia sudah kelas 3 SD, tetapi belum bisa menghafal huruf-huruf hijaiyah. Namun, dia punya motivasi dan tekad yang kuat dalam belajar. Ustadzah coba mengajarinya dengan metode Wafa, metode belajar dengan otak kanan yang kita gunakan sekarang, teman-teman. Alhamdulillah dengan metode Wafa yang menyenangkan dan tekadnya yang kuat, dia bisa lancar membaca huruf-huruf hijaiyah,” jelasku.
“Sekarang, dia bisa lancar membaca Al-Qur’an dengan tajwid dan sudah hafal 5 juz, masyaAllah. Selain itu teman-teman, dia juga punya banyak prestasi dalam lomba karya ilmiah. Semangat ya teman-teman. Kalau kita bersungguh-sungguh, pasti kita akan bisa sukses. Maksimalkan potensi yang kita miliki,” sambungku.
“Wah, begitu ya ustadzah, aku mau tambah rajin menghafal ah, biar tambah cerdas,” kata Ita. “Ita, menghafal itu karena Allah, biar tambah berkah. Kalau kita tambah cerdas itu bonus dari Allah hehee,” kata Bunga. “Hehe iya siap Bunga, hafalanmu banyak makanya kamu tambah cerdas hehe, lalu manfaat tahfidz lainnya apa ustadzah?” tanya Ita.
“Mantap teman-teman, manfaat lainnya ialah hati kita menjadi tentram dan tenang, karena kita senantiasa membaca dan menghafal firman Allah, serta mengingat-Nya. Selain itu, kita juga akan menjadi pribadi yang berakhlak mulia teman-teman. Penghafal Qur’an hendaknya juga mengamalkan isi Al-Qur’an. Tidak hanya membaca dan menghafalnya saja,” jelasku.
Bunga salah satu siswi kelas 5B menanggapi, “Wah, aku jadi tambah semangat menghafal Al-Qur’an, ustadzah. Selain mendapat kemuliaan di akhirat, kita juga dapat banyak manfaat. Ayo semangat teman-teman. Generasi Qur’ani ….!” Lalu, serempak teman-temannya menjawab, “Cinta Qur’an!”
Bunga adalah salah satu anak didik kami yang sangat semangat belajar Al-Qur’an. Ia salah satu siswa kelas 5 Program Khusus tahfidz. Capaian hafalannya banyak dan bacaannya bagus. Ia anak yang disiplin waktu, tau kapan waktunya belajar, mengaji, dan bermain. Sehingga prestasi belajarnya juga bagus di sekolah. Selain itu, ia punya adab bagus dan rajin beribadah. Ia gambaran generasi Qur’ani yang memiliki kecerdasan yang komprehensif, damai dalam interaksi sosialnya, berkarakter kuat, dan juga beradab.
Belajar dari Bunga
Saat ngobrol-ngobrol santai dengan Bunga di sela-sela istirahat, selalu banyak pelajaran yang bisa diambil. “Bunga cantik, apa yang membuat Bunga semangat menghafal Al-Qur’an?” tanyaku. “Aku ingin menjadi salah satu penjaga al-Quran yang mulia, ustadzah. Jangan sampai ada yang merubah dan melenyapkan firman Allah, betul kan ustadzah?” sahut Bunga.
“MasyaAllah sholihah, iya betul. Hafidz atau hafidzah itu adalah orang-orang yang Allah pilih untuk menjaga Al-Qur’an. Allah sangat memuliakan para penghafal Al-Qur’an. Itu salah satu cara Allah untuk memelihara Al-Qur’an. Kita ingat firman Allah: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (Q.S.al Hijr: 9),” jelasku.
“Bahkan, Allah turunkan Al-Qur’an dengan mudah dihafal. Coba mbak, apakah ada karya manusia yang tebalnya setebal Qur’an dan bisa dihafal persis huruf per huruf seperti Al-Qur’an? Tidak ada bukan. Kita ingat, ayat yang Allah ulang empat kali dalam surah al-Qomar: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (Q.S.al-Qomar: 17,22,32,40). Nah mbak, sebenarnya Allah turunkan Al-Qur’an dengan mudah dihafal,” sambungku.
“MasyaAllah, berarti Al-Qur’an itu sebenarnya mudah dihafal ya, ust. Tinggal kita mau bertekad kuat menghafal atau tidak,” kata Bunga semangat. “Iya betul mbak, terkadang kita menghafal tapi belum hafal-hafal, berarti usaha kita yang kurang. Maka harus ditambah usahanya. Kalau udah benar-benar lelah menghafalnya, coba istirahat dulu jangan dipaksakan. Nanti dilanjutkan lagi ngafalnya,” jelasku. “Siap ustadzah, terima kasih semangatnya,” jawab Bunga.
Belajar dari keluarga penghafal Qur’an
Kami kagum dengan Bunga dan anak-anak lain yang sangat semangat belajar Al-Qur’an. Meskipun pandemi dan belajar dari rumah, mereka tetap semangat setoran hafalan dan setoran bacaan Wafa. Mereka sangat semangat belajar Al-Qur’an karena cintanya pada Al-Qur’an begitu besar dan ayah bunda mereka juga berhasil membentuk budaya Qur’an di rumah sendiri.
Saat pembelajaran daring, pembelajaran AQT (Al-Qur’an dan Tahfidz) di sekolah kami, menggunakan Zoom, Google Meet, Video Call, atau kirim video. Agar tetap ada interaksi tatap muka antara guru dan murid. Meskipun di awal perlu banyak penyesuaian, alhamdulillah saat ini anak-anak cukup antusias saat belajar daring. Bahkan, eberapa anak merasa sedih saat ada tanggal merah dan mereka tidak bisa setoran Wafa dan hafalan di hari itu. Di masa pandemi ini, perjuangan guru AQT memang lebih ekstra dalam mendampingi anak-anak belajar dari rumah. Tentunya juga perlu kerjasama yang baik antara guru dan ayah bunda di rumah.
Kami pernah berbincang dengan ibunda dari Alif Firstdy Hafidzurrahman, salah satu Hafidz Cilik Indonesia yang pernah kami undang ke acara sekolah beberapa waktu lalu. Mas Alif adalah 11 besar Hafidz Cilik Indonesia RCTI Tahun 2015, juara 1 MHQ (Musabaqah Hifdzil Qur’an) JSIT Seluruh Indonesia Tahun 2015, juara 1 MHQ tingkat provinsi DIY Tahun 2017, dan juara 1 MHQ piala Gubernur se-DIY Tahun 2017. Ibunda mas Alif hafidz cilik membagikan tips bagaimana agar anak istiqomah bersama Al-Qur’an.
“Bunda, mas Alif alhamdulillah tumbuh menjadi penghafal Al-Qur’an dan mempunyai banyak prestasi membanggakan di bidang Qur’an. Bagaimana tips agar anak istiqomah menghafal Al-Qur’an?” tanyaku. “Baik ustadzah, agar anak semangat menghafal Al-Qur’an, anak-anak perlu dipahamkan keutamaan menghafal. Allah selalu memberikan perintah dan juga menyiapkan balasan kebaikan-kebaikan yang luar biasa, termasuk dalam hal menghafal Al-Qur’an,” jawab bunda.
“Lalu ustadzah, orang tua perlu membangun budaya berQur’an di rumah. Di rumah, kami membuat jam-jam khusus Qur’an. Semua anggota keluarga wajib ikut, termasuk orang tua. Jika ingin anaknya rajin mengaji, orang tua juga perlu memberi contoh. Ayah, ibu, anak, semuanya membiasakan diri bersama Al-Qur’an. Bahkan ketika sakit, kami tetap membaca al-Quran meskipun sambil berbaring. Dalam kondisi apapun tetap berQur’an. Tiada hari tanpa Qur’an. Selanjutnya, kita juga senantiasa mendoakan anak-anak kita agar anak-anak kita senantiasa mencintai dan bersama Al-Qur’an,” lanjut bunda.
MasyaAllah betapa indahnya keluarga yang ayah, ibu, dan anak-anaknya, seluruhnya memiliki kecintaan terhadap Al-Qur’an. Mereka senantiasa membacanya. Tidak ada waktu yang dilalui, melainkan senantiasa ada ayat-ayat Al-Qur’an yang disenandungkan. Juga berpikir, berbicara, dan bertindak sesuai tuntunan Al-Qur’an.
Mendidik generasi Qur’ani baik dulu, kini, dan nanti tidak hanya peran guru Al-Qur’an, namun juga membutuhkan peran ayah bunda di rumah. Allah akan memakaikan mahkota kemuliaan di surga kepada orang tua yang anaknya membaca al-Quran dan mengamalkannya. Generasi Qur’ani yang tidak hanya mempelajari Al-Qur’an namun juga mengamalkannya.
Mendidik Generasi Qur’ani dulu, kini, dan nanti
Mendidik generasi Qur’ani di era kemajuan teknologi seperti ini, perlu kreatifitas dari para pengajar agar anak benar-benar cinta Al-Qur’an dan belajar tanpa paksaan. Banyak cara yang bisa dilakukan. Misalnya dengan menggunakan metode Wafa, yaitu belajar Al-Qur’an dengan metode otak kanan. Aplikasi Wafa juga sudah tersedia. Selain menggunakan metode yang cocok bagi anak, kita juga bisa menggunakan game Qur’ani, seperti ular tangga Qur’ani (tidak pakai dadu, pakai kartu), blok hijaiyah, puzzle Qur’ani, dan masih banyak lagi.
Dengan pembelajaran kreaktif dan menyenangkan, anak akan betah belajar Al-Qur’an. Para pengajar hendaknya terus inovatif menyesuaikan perkembangan zaman dan teknologi. Dengan adanya perubahan zaman, pengajar harus terus belajar untuk memperbarui keterampilan agar selalu tetap relevan dengan perubahan. Pendidikan generasi Qur’ani harus terus berlanjut, kini dan nanti.
Pendidikan generasi penerus merupakan hal yang harus terus diperhatikan. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang untuk mewujudkan generasi emas di masa mendatang. Generasi Qur’ani yang memiliki kecerdasan yang komprehensif, damai dalam interaksi sosialnya, berkarakter kuat, dan berperadaban unggul sangat dibutuhkan untuk kemajuan bangsa ini. Bersama kita lahirkan Bunga-Bunga yang lain untuk mengharumkan bangsa ini. Semangat bersama mendidik generasi Qur’ani.
_
Penulis : Fika Megawati, S.Pd. – Taqiyya Rosyida