Saya Muhammad hanif islamul haq putra ke dua dari enam bersaudara di tahun 2002 lulus SD ingin sekali masuk pesantren belajar imu agama islam lebih intens, tapi apadaya keluarga kami yang penuh keterbatasan ekonomi, akhirnya masuklah saya ke smp formal di kota Solo, belajar ilmu umum yang lebih daripada ilmu agamanya, dimana anak perempuan dan laki laki campur dalam satu kelas, disitulah hati saya agak harap harap cemas karena sedari kecil saya diajarkan oleh abah umi saya pendidikan agama islam tentang ghaddul bashar (menahan pandangan terhadap lawan jenis).
Tiga tahun berlalu di SMP formal akhirnya saya lulus dan ingin melanjutkan lagi ke pesantren, tapi lagi dan lagi karena keterbatasan ekonomi di keluarga kami. Akhirnya saya masuk di sekolah kejuruan yaitu SMK mengambil ilmu elektronika, mengapa di SMK? Karena disana sekolahnya 99% laki-laki, agar saya bisa ghaddul bashar.
Tiga tahun di SMK akhirnya saya lulus, dalam hati saya merasa kurang karena ilmu dunia sudah saya dapatkan dan ilmu agama saya kurang, kadang disaat saya sholat saya merasa hanya melakukan gerakan yang mana saya belum faham arti bacaan dalam sholat. Saya putuskan untuk kuliah di UMS mengambil mata kuliah Bahasa arab, sambil kuliah saya bekerja karena untuk membiayai kuliah.
Waktu saya kuliah itulah, saya bisa belajar memahami bacaan sholat, bacaan Al Quranul karim, fiqih, tauhid, tarikh, dll. Semester 3 saat bulan romadhon di kampus kami ada safari dakwah, dimana saya didelegasikan di daerah pelosok kabupaten magelang di lereng gunung Merapi bagian utara daerah istimewa Yogyakarta.
Kisah dimana saya pertama kali datang di daerah dakwah ini, yang menjadikan judul saya “benci mengajar menjadi sangat cinta sekali mengajarkan Al Quran”, karena 6 tahun sekolah di umum dan pergaulan dengan orang- orang umum menjadikan seperti saya orang umum, saya pernah batin didalam hati saya tidak mau mengajar TPA, karena mengajar anak anak sungguh membuat pusing kepala, dimana saya menjumpai TPA di daerah saya banyak anak yang gojek, lari-larian tidak mendengarkan guru gurunya, disitulah saya pernah mengucapkan nggak akan mau ngajar anak-anak.
Tetapi berbeda di daerah magelang ini jam 14.00 (jam 2 siang) saat saya mau istirahat, tiba-tiba ada suara panggilan ‘’mas-mas ayo ngaji, ayo ngaji’’ kaget saya mendengarnya, dimana kebiasaan di daerah Solo kalau TPA jam 16.00 (jam 4 sore). Seketika itu saya bangun dan keluar ada belasan anak-anak yang sudah menunggu untuk belajar ngaji.
Pertama kali mengajar saya masih canggung malu membuka dan mengawali untuk doa, karena saya belum pernah mengajar anak-anak, tetapi berbeda dengan anak-anak ini, mereka santun,tidak gojek, tidak lari-larian bahkan antusias sekali, disinilah saya merasa timbul rasa cinta.
20 hari berdakwah di Magelang, saya belajar tentang makna hidup yang sesungguhnya, arti dari pentingnya dakwah islam, saya belajar memahami adab, muamalah dengan warga yang ingin mendalami dienul islam ini. Saya terus belajar dan belajar mencintai anak-anak, karena anak-anak begitu polos, bersih dan rasa keingin tahuannya tinggi setelah saya ceritakan kisah-kisah 25 nabi, hafalan surat surat pendek dan ilmu agama islam.
Saya putuskan kembali dari safari dakwah ingin belajar ilmu agama islam lebih luas, akhirnya setelah lulus dari UMS, saya mendengar ada ma’had ‘aly tahfizhul quran bebas biaya seperti pesantren selama dua tahun, segera mungkin saya mendaftar dan masuk pesantren untuk menghafalkan Al Quran dengan target hafalan 30 JUZ.
Setiap hari menghafalkan Al Quran, saya baca dulu arti makna ayat yang terkandung didalamnya sebelum dihafalkan, alhamdulillah menambah rasa kecintaan saya dengan Al Quran. Di sela-sela waktu sore hari, saya putuskan untuk tetap mendakwahkan ilmu saya dengan mengajar anak-anak TPA, ketika berjumpa wajah anak-anak yang ceria menjadi obat rindu dan cinta saya mengajarkan Al Quran.
Dua tahun saya di ma’had ‘aly tahfizhul quran alhamdulillah bisa menyelesaikan 30 JUZ, setelah lulus dari ma’had ‘aly tahfizhul quran saya mengajar di SDIT TAQIYYA ROSYIDA Kartasura Sukoharjo Jawa Tengah sebagai guru quran, disinilah saya mengenal WAFA belajar Al Quran metode otak kanan, cara belajar yang sangat unik dengan memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah dengan kata dan Bahasa yang unik, ada di buku 1 materi pertama ‘’ MA TA SA YA KA YA RO DA’’ disertai gambar mata anak digabungkan roda mobil beserta kisahnya.
7 tahun saya di SDIT TAQIYYA ROSYIDA Kartasura saya merasakan kemudahan dalam mengajarkan, memulai, membuka pembelajaran dengan asik memakai ice breaking yang luar biasa yang pernah diajarkan oleh para trainer pengajar ‘’metode WAFA’’ dari Surabaya, ada Ust Masyhuda dengan suara indah di murottalnya, ada juga ust didik yang lucu, dalam mengajarkan dan mengenalkan huruf-huruf hijaiyah.
Alhamdulillah sekarang saya menjabat sebagai coordinator Al Quran di SDIT TAQIYYA ROSYIDA, membersamai 20 guru quran di sekolah ini. Inilah kisah saya yang menjadikan inspirasi kepada diri ini, bahwa mengajarkan Al Quran begitu indah dan membahagiakan agar mendatangkan keceriaan anak-anak untul lebih mencintai Al Quran dan lebih mencintai Allah SWT.
_
Penulis : Muhammad Hanif – SDIT Taqiyya Rosyida