Perjalanan singkat dari seorang pejuang Al – Quran. Saya alumni mahasiswa pertanian, seorang perempuan yang tidak memiliki background dari pondok dan sangat minim sekali pengetahuan tentang islam terlebih Al Quran. Perjalanan saya dimulai dari tahun 2015, perubahan yang saya alami dari jaman jahiliyah, saya memulai mempelajari sedikit demi sedikit tentang Islam. Saya datangi majlis – majlis ilmu agar saya lebih memahami islam. Sehingga pada suatu ketika saya ingin mempelajari tentang Al Quran, mulai dari cara membaca, mentadaburi, bahkan mungkin terlintas dalam hati ingin menghafal Al Quran. Qodarullah pada suatu ketika saya mendapat tawaran dari seorang teman untuk mengikuti suatu program Al Quran untuk umum yang dinaungi suatu ponpes ternama dikota saya.
Pertama kali yang terlintas dibenak saya, iya saya ingin bergabung walaupun dikatakan saya bisa membaca Al Quran tapi saya tidak tau benar tidaknya, dan alhasil tes pengumuman keluar dan ya saya masuk kelas dasar yang artinya kelas terendah. Merasa kaget pasti, bahkan rasanya malu untuk melanjutkan, tapi keingian untuk belajar lebih besar sehingga membuat saya lebih bersemangat. 2 tahun berlalu dan saya masih tetap semangat, tp kini saya sudah berada dikelas Tahfidz, mulai pada tahap menghafal yang ternyata tidak mudah, butuh kesungguhan, keistiqomahan, sabar dan semangat. Tidak sekali atau dua kali saya ingin menyerah dan berhenti untuk menghafal Al Quran, dengan dukungan dan dorongan seorang yang saya panggil ustadzah, hati ini selalu terketuk untuk selalu dengan Al Quran. Berat memang, susah dan melelahkan tapi ada ketenangan batin ketika saya mampu membaca ayat – ayat Allah dengan lancar.
Belum lama saya berada dikelas Tahfidz, tiba2 salah satu usth saya meminta saya untuk mengajar di program Al Quran tersebut. Saya merasa sangat terhormat atas tawaran itu, tidak menyangka dan membuat saya terharu mengingat hafalan yang saya miliki hanya sedikit sekali. Disinilah saya mulai menjadi guru Al Quran, dengan segala keterbatasan begitu banyak dukungan dari orang2 tersayang. Saya sangat menikmati peran ini walaupun disisi lain saya harus tetap menyelesaikan kuliah yang sedang saya tempuh, dengan melihat wajah – wajah semangat perempuan dari remaja sampai ibu – ibu dalam belajar Al Quran itu seperti charger bagi diri saya. Hal ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya dari seorang mahasiswa pertanian yang sehari hari bergelut dengan lahan tanah dan terik matahari.
Seiring berjalannya waktu semakin mendekati wisuda, beberapa bulan sebelumnya, kembali terulang salah satu dari ustadzah saya meminta saya untuk mengajar di SMPIT Al Ghozali Jember, secara prosedural saya kirim lamaran dan saya bergabung. Rasa takut dan merasa tidak pantas terus membayangi saya, sanggupkah menjadi seorang guru yang notobene akan menjadi tauladan bagi para muridnya, yah nyali saya semakin menciut tiap memikirkan hal itu. Tapi dalam hati kecil saya masih terbesit rasa bahwa saya ingin selalu bersama dengan Al Quran, mungkin inilah salah satu jalan untuk menempuhnya.
Hari pertama, pekan pertama ku mulai beradaptasi dengan lingkungan dan siswa – siswa saya, ternyata sangat menyenangkan sekali melihat tawa dan tangis mereka. Setiap harinya saya bertemu dengan para penghafal Al Quran, dengan segala perjuangan mereka tak kenal lelah. Pernah suatu ketika seorang siswa mendatangi saya dengan menangis menestakan air mata, dia bercerita “betapa sulitnya dia menghafal, apakah dosa saya begitu banyak sampai saya susah sekali menghafal”. Tersentak hati saya ingin meneteskan air mata juga, tapi saya tahan dan saya peluk erat dia dan saya berkata ” pasti bisa nak, Allah sedang menguji kesabaranmu kita berjuang bersama – sama ya”.
Memang tidak mudah menjadi penghafal Al Quran, karna tidak pada sembarang orang Allah menitipkan kalamnya. Ayat – ayat Allah akan menetap pada hati seorang hamba yang memang bersungguh – sungguh niatnya hanya mencari ridho Allah. Air mata saya menetes kala saya melihat mereka yg berjuang bersama Al Quran diwisuda ketika akhir kelulusan, berapapun hafalan yg sudah mereka miliki selalu berkesan dihati saya, karna mereka telah melewati suka duka jatuh bangun bersama Al Quran. Ternyata siapapun kita dimasalalu, bisa berubah seiring berjalannya waktu. Seperti yang saya alami, dari yang tidak ada ketertarikan pada Al Quran, justru kini saya dikelilingi ahlul Quran. Jika Allah masih memberi saya kesempatan saya masih ingin terus memperbaiki bacaan Al Quran dan ingin terus menghafal sampai tuntas dan mutqin. Semoga guru – guru Al Quran dimanapun berada akan selalu dalam lindungan Allah, Semoga Allah senantiasa memberika syafaat sampai hari akhir nanti dan semoga dengan menjadi guru Al Quran bisa membawa saya dan kita semua selalu dalam kebaikan, dan bisa menjembatani kita ke surga kelak. Aamiin
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
_
Penulis : Dinda Ragil Lestari – SMPIT Al Ghozali Jember