Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla walaa quwwata illabillahil itulah do’a yang selalu dipanjatkan Ibu Rahma ketika keluar dari rumah. Ia bergegas menghampiri kendaraan roda duanya untuk berangkat menuju sekolah tercintanya, sekolah Islam Terpadu Ihsanul Amal. Sudah hampir enam tahun ia mengabdikan dirinya di sana, cinta yang begitu dalam sudah tertaut di hatinya untuk Ihsanul Amal. Banyak pelajaran berharga yang ia dapatkan di sana, berbagai ilmu yang didapatkan, khususnya ilmu tentang keterampilan mengajar yang belum pernah ia dapatkan dibangku kuliah.
Bismillahi majriha wa mursaha, Bu Rahma mulai menjalankan kendaraan roda duanya. Dingin udara pagi menyelinap masuk ke pori-pori sendinya walaupun ia sudah mengenakan jaket kesayangannya. Jaket warna biru yang berlambangkan logo sekolah. Ia senang dengan jaket yang ia kenakan. Apalagi jaketnya berwarna biru muda, warna favorit Ibu Rahma.
Tepat pukul 08.00 pagi Bu Rahma sampai di sekolah. Jarak dari rumah dan sekolahnya kurang lebih menempuh perjalanan sekitar 35 menit. Lumayan jauh, namun semangatnya untuk mengajar anak-anak tak pernah pudar, walaupun kadang hujan deras mengguyur bumi ketika ia berangkat ke sekolah. Ia bahagia karena diberi kesempatan untuk bisa berbagi dan mendidik anak-anak tercinta di sana.
Mentari pagi mulai menampakkan senyumnya, bersinar cerah, menandakan masih ada semangat pejuang walaupun tanpa kehadiran anak-anak saat ini. Suasana sekolah yang biasanya ramai kini berubah menjadi sunyi sepi tak ada lagi keramaian. Canda tawa anak-anak yang menyenangkan telah hilang, keseruan bermain mereka tidak Bu Rahma dengar lagi karena datangnya virus corona yang melanda dunia ini sehingga menyebabkan semuanya berubah. Anak-anak yang dulunya belajar di sekolah kita harus belajar di rumah dengan pembelajaran daring yang sangat terbatas untuk komunikasi.
Walaupun demikian, Ibu Rahma menyadari bahwa setiap musibah yang Allah berikan pasti ada banyak hikmah yang tersembunyi dibalik semua itu. “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya,….”
Begitu halnya dengan corona, sebuah virus yang bisa mematikan manusia. Namun, Ibu Rahma sadar dengan adanya corona akan membuat ia semakin yakin akan kekuasaan Allah swt. Allah lah yang berkuasa atas kematian, kehidupan, dan hancurnya sebuah Negara. Dengan adanya corona juga mengajarkan ia agar tidak sombong dan lebih mendekatkan diri kepada Allah pemilik segala sesuatu.
Pukul 08.20 pagi, Ibu Rahma sudah bersiap untuk melaksanakan pembelajaran Al-Qur’an. Pembelajaran Al-Qur’an kini diadakan secara online karena belum memungkinkan untuk menghadirkan anak-anaknya di sekolah. Pembelajaran Al-Qur’an dilaksanakan via zoom walaupun kadang pembelajarannya kurang efektif karena kendala jaringan dan sebagainya. Walaupun pembelajaran ini sangat terbatas namun bisa sekedar melepas rasa rindu Ibu Rahma kepada anak didiknya. Dan ia berharap anak-anak akan merasa bahagia.
Untung anak didiknya sudah mengenal Ibu Rahma sebelumnya saat di kelas 4 dan 5 jadi, keakraban diantara mereka sudah terjalin saat kini berada di kelas 6. Sudah dua tahun ini Ibu Rahma diamanahi mengajar Al-Qur’an pada jenjang kelas 6.
Pukul 08.25, Ibu Rahma sudah membuka zoom meeting untuk anak-anak tercintanya. Lima menit lebih awal untuk mencek kesiapan anak-anak sebelum mulai belajar. Satu, dua anak sudah ada yang bergabung pada pembelajaran online via zoom.
“Assalamu’alaikum Dimas”. Sapa Bu Rahma sambil tersenyum bahagia karena bisa melihat wajah muridnya walau hanya dari kotak kecil dari Hp Androidnya.
“Wa’alaikumussalam Bu.” Jawabnya Dimas agak malu-malu.
“Sudah sarapan pagi ananda Dimas?”
“Sudah Bu, sarapan ayam goreng katanya dengan wajah senang”
“Alhamdulillah, Dimas sudah dikasih makanan enak oleh Allah” kata Bu Rahma
Dimas tersenyum senang dari kejauhan.
“Selamat bergabung juga ananda Raihan, gimana kabarnya nak?”
“Sehat bu” Jawabnya.
“Sudah sarapan juga ananda Raihan?” Tanya Bu Rahma.
“Sudah Bu, sarapan telur dadar, saya sendiri bu yang masak” jelasnya.
‘Masya Allah, hebat ananda Raihan sudah bisa masak sendiri” Puji bu Rahma sambil mengacungkan dua jempolnya.
Setelah Bu Rahma menyapa anak didiknya satu persatu dan mengabsen pada lembar kehadiran, ada satu anak yang tidak hadir, yaitu ananda Nisa. Ibu Rahma pun menanyakan kepada teman-temannya yang sudah hadir di zoom.
“Apakah ada yang tahu, ada apa dengan Nisa tidak hadir belajar online hari ini ?” Tanya ibu Rahma.
“Tidak tahu Bu” Jawab mereka bersahut-sahutan di media
“Barangkali Nisa sebelumnya ada mengirim pesan di whatsapp kepada teman-teman?”
“Tidak ada Bu” Jawab Toni.
“Ya sudah sambil menunggu Nisa gabung kita mulai saja yaa pembelajaran Al-Qur’annya, mungkin nanti Ananda Nisa akan bergabung” kata Ibu Rahma.
“Setuju” Jawab anak-anak serentak
Ibu Rahma pun mempersilahkan salah satu siswa memimpin do’a mau belajar.
“Saya Bu” Jawab Dimas sambil mengangkat tangan.
“Silahkan Dimas” kata Ibu Rahma mempersilahkan
Semua siswa membaca do’a mau belajar dengan khusuk walaupun tempat mereka yang berbeda-beda. Ada yang di kamar, ruang tamu, dan ada juga yang di teras rumah. Walaupun demikian, mereka belajar sangat antusias karena bisa bertemu teman-teman, saling menyapa lewat media sosial. Apalagi Ibu Rahma memulai pembelajaran dengan teki-teki yang membuat anak didiknya semakin antusias. Kemudian dilanjutkan pembelajaran tilawah Al Qur’an dan belajar buku tajwid dengan metode baca tiru, setelah Ibu Rahma mencontohkan kemudian ditirukan oleh anak didiknya.
Setelah pembelajaran selesai, Ibu Rahma mengingatkan anak didiknya agar mereka terus semakin giat belajar dan membaca Al-Qur’an.”Barang siapa yang membaca Al-Qur’an ketika di dunia maka nanti Al-Qur’an akan datang di akhirat sebagai pembela kepada pembacanya.” Kata Ibu Rahma.
Ibu Rahma melampaikan tangan kepada anak didiknya sambil mengucapkan salam kepada mereka.
“Sampai jumpa besok ya, semoga kita semuanya selalu sehat” Kata Ibu Rahma.
“Aamiin” Jawab anak-anak.
Ibu Rahma pun menutup zoom meetingnya dan ia segera mengirimkan pesan melalui whatsaps kepada orang tua Nisa. Ia menanyakan apa yang menyebabkan Nisa tidak ikut belajar hari ini.
Orang tuanyapun menyampaikan bahwa ananda Nisa akhir-akhir ini kecanduan bermain game online sehingga ia susah sekali disuruh untuk belajar mengaji dan salatnya pun juga sering bermalas-malasan.
“Kami sudah mengingatkan beberapa kali kepada anak kami namun sering perkataan kami tidak didengarkan.”Jelas orang tuanya.
“Inggeh bunda, terima kasih atas informasi yang diberikan. Apakah Nisa sudah punya HP sendiri bunda?” Tanya Bu Rahma.
“Justru itu Bu Ustadzah, setelah dibelikan HP Nisa sering lupa waktu.” Kata Bundanya lagi.
“Boleh minta nomor HP Nisa Bunda.” Pinta Bu Rahma kepada Bunda Nisa.
Bunda Nisa pun dengan senang hati memberi nomor HP anaknya kepada Ibu Rahma dan ia berharap Ibu Rahma bisa memberikan nasehat agar anaknya bisa berubah.
Setelah mendapat informasi dari Bunda Ananda Nisa, Ibu Rahma segera menghubungi Ananda Ananda Nisa lewat video call dan menanyakan kabarnya dan apa yang menyebabkan ia tidak ikut belajar wafa hari ini.
“Saya lupa tadi bu.” Jawab Ananda Nisa dari seberang sana
“Apa yang menyebabkan sehingga kamu bisa lupa nak?” Tanya Bu Rahma
“Tadi main game Bu.”Jawab Nisa agak malu-malu.
“Asyik ya nak bermain gamenya?”Tanya Bu Rahma
“Nisa hanya senyum-senyum dan ia mengakui bahwa bermain game sangat asyik.
“Ananda Nisa, Ibu juga suka loo main game, tapi game Al-Qur’an dan menurut Ibu game Al-Qur’an ini sangat banyak manfaatnya, salah satunya bisa memperkuat hafalan dan yang lebih hebat dari itu nanti Al-Qur’an akan menjadi penolong buat Ibu dan keluarga.” Cerita Bu Rahma.
“Benarkah Bu?” Tanya Nisa penasaran dan ia kelihatannya tertarik dengan game Al-Qur’an yang diceritakan Bu Rahma tadi.
“Dimana Nisa bisa mendapatkannya bu?” Tanya Ananda Nisa lagi.
Bu Rahma tersenyum.”Ananda Nisa bisa mendapatkan game Al-Qur’an dengan download aplikasi puzzle susun ayat di play store.” Katanya pada Nisa.
“Ibu biasanya, kalau saat main game Al-Qur’an tiba-tiba azan salat berkumandang, kira-kira apa ya nak yang akan ibu lakukan ?” Tanyanya Bu Rahma.
“Berwudhu lalu salat” Jawab Nisa sambil tersipu. Ia menyadari kalau selama ini ia sering menunda-nunda salatnya.
“Iya betul sekali nak” Kata Bu Rahma sambil acungkan jempol kepada Nisa.
“Kira-kira Ananda Nisa tahu tidak, kenapa jadi Ibu memilih salat daripada melanjutkan main game?” Tanya Bu Rahma lagi.
Nisa bergeleng-geleng kepala tanda ia belum tahu.
“Keduanya sama-sama kegiatan yang baik namun, salat lebih penting dari segalanya karena salata adalah amal yang pertama kAnanda Nisa dihisab di hari kiamat dibanding kebaikan-kebaikan lainnya. Salat diawal waktu adalah amal yang sangat besar pahalanya. Berbeda halnya dengan orang yang salat di akhir waktu dan suka bermalas-malasan. Ada seseorang wanita yang disiksa ketika ia meninggal dunia karena suka melambat-lambatkan salat saat hidup. Ketika itu kakak laki-lakinya ikut menguburkan jenazah wRahmata yang sebagai adiknya tadi. Secara tidak sengaja dompetnya terjatuh tanpa ia sadari. Sesampai di rumah ia baru menyadari kalau dompetnya tadi terjatuh di dalam liang kubur adiknya. Ia pun bergegas kembali menuju tempat pemakaman adiknya. Laki-laki tadi menggali kubur adiknya. Baru beberapa jengkal galian tiba-tiba tangannya merasa kepanasan karena kukusan api menyala dari kubur adiknya . Ia pun segara menarik tangannya mengurungkan niatnya untuk mengambil dompetnya yang terjatuh. Ia segera pulang ke rumah orang tuanya dan menceritakan kejadian yang telah terjadi barusan. Ia menanyakan kepada orang tuanya apa yang menyebabkan kubur adiknya demikian. Orang tuanyapun menjelaskan bahwa adiknya waktu hidup sering menunda-nunda salat dan bermalas-malasan melaksanakannya.” Jelas Ibu Rahma kepada Nisa.
Beberapa minggu kemudian orang tuanya memberi kabar kepada Ibu Rahma bahwa Ananda Nisa sudah mengurangi bermain game yang kurang manfaat, salatnya sudah tepat waktu dan berjama’ah, rajin mengaji dan muraja’ah di rumah.
Ibu Rahma merasa senang mendengar kabar tersebut. Ananda Nisa juga selalu hadir di pembelajaran wafa via zoom dan bahkan ia paling semangat dari teman-temannya yang lain. Ketika pembelajaran via online ini Ibu Rahma juga selalu menanyakan tentang salat, tilawah, tahfizh dan muraja’ah sehingga membuat anak-anaknya semangat terlebih kepada Nisa.
Setelah dua bulan berlalu, peraturan pemerintah mengizinkan pembelajaran di sekolah namun harus bershif. Di kelas 6 A Bengkulu jumlah siswanya ada 33 jadi dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di sekolah selama 1 minggu. Minggu kedua kelompok 2, dan minggu ketiga kelompok 3.
Ibu Rahma sangat senang mendengar siswanya diperbolehkan untuk belajar di sekolah karena akan dapat memudahkan dalam proses pembelajaran bisa langsung bertatap muka. Di hari pertama turun ke sekolah anak-anak sangat bahagia karena bisa berjumpa dengan teman-teman, guru dan juga sekolah mereka yang mereka cinta. Mereka dapat melepas kerinduan itu semua. Begitu halnya dengan Nisa ia yang paling semangat, ia orang yang paling awal datang ke sekolah yang kebetulan ia mendapat jadwal turun ke sekolah di kelompok 1 di minggu pertama dibulan Oktober.
Anak-anak begitu sangat bahagia dan pembelajaran Al-Qur’an hari itu sangat menyenangkan bagi mereka. Bisa menghafal dan muraja’ah bersama teman-teman di kelas. Ibu Rahma mengingatkan anak didiknya yang sudah tiba di sekolah untuk mencuci tangan sebelum masuk kelas dan berwudhu bagi yang batal wudhunya saat sampai ke sekolah. Biasanya anak-anak sudah terbiasa berwudhu dari rumah.
Setelah anak-anak masuk ke kelas, Ibu Rahma juga mengingatkan mereka untuk tilawah Al-Qur’an sebanyak satu halaman masing-masing. Sebelum anak-anak melaksanakan kebiasaan tilawahnya Ibu Rahma pun juga melaksanakan tilawah di depan anak-anaknya maupun tidak di depan mereka. Ibu Rahma juga melaksanakan tilawah Al-Qur’an 1 hari 1 juz (one day one juz). Ia memberikan keteladanan agar anak-anaknya semakin cinta Al-Qur’an yang ia mulai dari diri sendiri sebelum ia perintahkan kepada anak didiknya. Setelah ia tilawah pagi hari dikelas baru ia berkeliling menyimak bacaan anak didiknya sambil membetulkan jika ada terjadi kekeliruan bacaan.
Ibu Rahma juga selalu memberikan motivasi Qur’ani kepada anak didiknya agar mereka terus selalu bersemangat membaca dan menghafal Al-Qur’an. “Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama malaikat yang mulia dan senantiasa taat kepada Allah. Adapun yang membaca Al-Qur’an dan terbata-bata dan sulit atas bacaanya maka baginya dua pahala.” Kata Ibu Rahma kepada anak didiknya.
“Dua pahala itu apa Bu?” Tanya Nisa mengacungkan tangan kepada ibu Rahma.
“Dua pahala itu adalah pahala membacanya dan pahala capeknya ia membaca.” Kata Ibu Rahma kepada Nisa dan teman-temannya.
Mereka semakin semangat membaca Al-Qur’annya.
Beberapa bulan kemudian, tak terasa waktu berlalu. Tepat dibulan April siswa kelas 6 akan mengadakan perpisahan. Perpisahan dengan guru dan teman-temanya. Mereka akan meninggalkan sekolah tercinta mereka dan akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Haru rasanya berpisah dengan guru dan teman-teman yang mereka cintai. Namun perpisahan kali ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Yang dulunya diadakan sangat meriah di sekolah dihadiri semua guru, orang tua, dan tamu undangan. Kini saat ini hanya diadakan secara online lewat zoom. Hanya murid-murid yang meraih prestasi yang diizinkan datang ke sekolah untuk mendapat penghargaan.
Ada 5 anak yang berprestasi dalam bidang Al-Qur’an. Salah satunya adalah Nisa. Ia termasuk anak yang memperoleh hafalan 5 juz. Orang tuanya sangat senang dan bangga atas prestasi Ananda Nisa. Orang tuanya menangis haru, tak disangka Nisa bisa meraih hal demikian. Dulu Nisa sangat sulit disuruh menghafal dan tilawah. Ia suka bermalas-malasan dan tidak bisa menggunakan waktunya dengan baik.
Ibu Rahma tersenyum bahagia melihat anak didiknya bisa membuat orang tuanya bangga dengan prestasinya.”Semoga engkau bisa memberikan kebanggaan untuk orang tua dan keluarga tercinta di akhirat kelak ya nak.” Doa Bu Rahma dalam hati.
“Acara berikutnya penyerahan hadiah kepada siswa berprestasi” kata pembawa acara pepisahahan hari ini.
Ibu Rahma diminta untuk menyerahkan hadiah dan piagam penghargaan kepada ananda Ananda Nisa dan 4 anak lainnya. Ia mengucapkan selamat kepada mereka yang berprestasi.
Setelah penyerahkan hadiah. Bunda Nisa memeluk Ibu Rahma dan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepadanya karena telah membimbing Nisa sehingga ia bisa meraih prestasinya. Ibu Rahma ikut terharu bahagia.
Setelah acara perpisahan selesai. Ibu Rahma mendapat pesan di whatsapp dari Nisa berupa sebuah puisi.
Terima kasih telah mengajariku
Terima kasih telah meluangkan waktumu untukku
Terima kasih telah bisa membuatku berada dititik ini
Terima kasih atas semua jasamu
Maafkan aku kalau selama ini banyak melakukan kesalahan
Maafkan aku kalau banyak membuatmu kesal
Maafkan aku kalau selalu merepotkanmu
Maafkan aku jika sikap dan kata-kataku kurang sopan
Maafkan aku jika telah mengecawakanmu wahai guruku
Maafkan aku jika tidak pernah memberimu kado, tapi aku hanya bisa memberikan doa
Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan sebaik-baiknya
Semoga Allah memasukkanmu ke surga-Nya
Sebanyak apapun kata-kataku tak akan mampu melukiskan jasamu
Sebanyak apapun kata-kataku tak akan mampu melukiskan rasa terima kasihku
Sebanyak apapun kata-kataku tak akan mampu melukiskan rasa bersalahku
Sebanyak apapun perbuatanku tak akan mampu membalas jasamu
Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membuatmu bangga
Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk mempertahankan ilmu yang telah kau ajarkan
Thanks you so much and I Love you guruku
Tangis haru bahagia Bu Rahma setelah membaca puisi cinta dari muridnya. Doa terbaik ia panjatkan untuk semua anak muridnya agar menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat. Menjadi kebanggan untuk keluarga, orang-orang tercinta, bangsa dan negara.
_
Penulis : Syahriati, S.Pd.I. – SDIT Ihsanul Amal