Pagi ini mentari pancarkan sinarnya yang begitu cerah, secerah semangat ku mengawali hari. Tepat pukul 07.30 WITA, aku bergegas menuju sekolah dengan niat menebarkan ilmu Al-Qur’an kepada anak didik ku hari ini. Oh ya, perkenalkan namaku Hilmina, hari ini adalah hari pertama ku mengajar karena aku merupakan guru baru di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ihsanul Amal Amuntai. Awalnya aku melamar jadi guru di sekolah ini karena sebuah tuntutan hidupku. Ya biasa, anak kuliah baru lulus pasti bingung mau nyari kerja dimana. Tetapi untungnya Allah beri aku jalan terbaik hingga aku mengenal Sekolah Islam Terpadu Ihsanul Amal. Ada banyak pembelajaran yang aku dapat di sekolah ini, salah satunya adalah belajar menjadi guru terbaik.
Ternyata menjadi guru itu tidak semudah yang aku bayangkan. Dulu aku berpikir tugas seorang guru hanyalah sebatas menjelaskan materi pembelajaran, memberi tugas dan menilai hasil tugas siswa. Tapi dengan profesi yang aku jalani sekarang pikiran ku jauh berubah. Tugas guru tidak semudah yang aku bayangkan dulu. Seorang guru harus bisa menjadi teladan yang baik, memberikan materi pelajaran tidak serta merta ceramah saja tapi perlu yang namanya pendekatan karakter siswa. Selain itu, menentukan strategi pembelajaran agar siswa mudah memahami pembelajaran dan proses pembelajaran yang menyenangkan. Terlebih aku adalah seorang guru Al-Qur’an yang mengajarkan tahfidz dan baca tulis Al-Qur’an dengan menggunakan metode wafa di kelas 2C SDIT Ihsanul Amal. Di masa pandemi sekarang ini memang cukup sulit, karena pembelajaran tatap muka terbatas sesuai peraturan Pemerintah Kabupaten. Siswa yang datang ke sekolah berjadwal sesuai kelompoknya, dan yang tidak mendapat giliran kelompok ke sekolah harus melaksanakan pembelajaran online di rumah.
Hari ini tanggal 13 Juli 2021, yang mendapatkan jadwal pembelajaran tatap muka terbatas adalah kelompok 1, terdiri dari 10 orang. Di hari pertama masuk sekolah ini, aku mulai melakukan pendekatan karakter dengan anak-anak untuk mengetahui tipe belajar mereka. Pendekatan yang aku lakukan dimulai dengan cara memberi salam, menyapa, tanya kabar dan bertanya kepada mereka: “Siapa yang sudah berwudhu sebelum berangkat sekolah?”. Anak-anakpun menjawab serentak : “Saya sudah berwudhu di rumah” (sambil mengangkat tangan dan semangat). Setelah mendengar jawaban mereka yang sangat antusias, aku pun mengajak mereka shalat dhuha berjamaah di kelas. Dan meminta satu anak laki-laki untuk menjadi imam shalat dhuha, aku pun bertanya : “Ustazah minta satu anak laki-laki jadi imam shalat dhuha hari ini. Siapa yang bersedia akan dapat pahala yang besar dari Allah SWT karena sudah berani memimpin shalat dhuha berjamaah?”. Dengan penuh percaya diri Ananda Aufa Rijal Rais menjawab : “Saya Ustazah, saya mau dapat pahala supaya Allah sayang”. Mendengar jawaban yang luar biasa tersebut aku pun tersenyum dan membalas jawaban Ananda Rais dengan bangga : “Ma Sya Allaah hebat sekali Rais sudah berani dan mau menjadi imam shalat dhuha hari ini”. Akhirnya anak-anak semua bersiap meratakan shaf untuk melaksanakan shalat dhuha bersama.
Tak terasa waktu berjalan cepat, kami telah melaksanakan shalat dhuha berjamaah. Setelah melaksanakan shalat dhuha, anak-anak duduk rapi di kursinya masing-masing. Aku meminta mereka untuk memperkenalkan diri di depan kelas satu persatu, mengajak bernyanyi gembira dan muraja’ah hafalan sebelumnya yaitu surah Al Infithar ayat 1 sampai 9. Alhamdulillah pertemuan pertama ini memberi kesan yang sangat baik. Meskipun ada beberapa anak yang masih suka jalan-jalan saat proses pembelajaran. Namun mereka cukup bisa diatur, kalau diminta duduk yang rapi dengan sigap mereka duduk dan diam. Dari sinilah aku mulai mencari cara baru agar semua anak-anak tetap fokus saat menghafal, maka aku meminta semua anak untuk berdiri dan melakukan muraja’ah hafalan sambil menggerakkan tangan mereka. Anak-anak sangat antusias dan memperhatikan ku yang memandu muraja’ah hafalan mereka.
Tahap demi tahap pembelajaran kami lalui. Setelah muraja’ah hafalan selesai, aku pun meminta anak-anak menghafal ayat selanjutnya dari ayat sepuluh dan ayat sebelas surah Al Infithar. Aku menulis surah Al Infithar ayat sepuluh dan sebelas di papan tulis agar lebih mudah proses menghafal. Meskipun beberapa anak belum bisa membaca ayat Al-Qur’an karena mereka masih belajar wafa jilid 2. Tetapi aku tetap menuliskan ayat tersebut dengan tujuan mereka memperhatikan ku saat membacakan hafalan ayat tersebut dan membiasakan mereka melihat ayat Al-Qur’an yang akan mereka hafalkan. Aku pun mulai membaca ta’awudz dan bismillah disambung membaca ayat sepuluh surah Al Infithar dan meminta anak-anak mengikuti bacaan berulang-ulang kali. Setelah cukup lima kali pengulangan membaca ayat sepuluh tersebut, aku meminta anak-anak satu persatu membaca ayat yang sudah dihafal bersama tadi, untuk mengetahui sejauh mana mereka menangkap hafalan ayat tersebut.
Memang ada beberapa anak yang mudah menghafal, cukup dibacakan tiga sampai lima kali pengulangan ayat, mereka sudah bisa mengingat dan menghafalkannya. Namun ada juga beberapa anak yang harus betul-betul dibimbing perorangan pada saat menghafal. Dari dua sisi ini menjadi tanggung jawab terbesar ku, sebagai guru aku tidak boleh membedakan kasih sayang antara anak yang mudah menghafal dengan anak yang harus dibimbing saat menghafal. Bagiku mereka semua tetap anak-anak yang luar biasa, yang selalu semangat menghafal Al-Qur’an.
Menjadi seorang guru yang baik perlu banyak belajar. Ketidakseimbangan proses belajar ini, membuat ku terevaluasi kembali cara mengajar ku yang belum optimal. Setelah aku pikir kembali kesalahannya terletak pada cara mengajarku yang terlalu menoton. Aku hanya melakukan pengulangan ayat dan setelahnya meminta mereka untuk membaca ayat yang sudah mereka hafal satu persatu. Tentu cara ini sangat tidak adil bagi anak-anak yang harus dibimbing langsung saat menghafal. Aku pun berusaha mencari solusi terbaik agar proses belajar bisa seimbang dan disukai semua anak. Akhirnya, aku mencoba cara baru pada saat proses menghafal di kelas. Aku meminta anak-anak berdiri dan mengambil posisi ke depan kelas sambil berbaris lima berbanjar ke belakang dengan 2 barisan, serta tetap menjaga jarak. Setelah mereka berbaris rapi, akupun berkata: “Anak-anak Ustazah, kita kembali menghafal bersama ayat sepuluh dan sebelas surah Al-Infithar. Sekarang Ustazah mau tanya, anak-anak Ustazah semuanya sudah siap menghafalnya hari ini?”. “Siap Ustazah” sahut anak-anak dengan semangat.
“Baik, karena semuanya sudah siap menghafal, supaya tambah semangat kita tepuk semangat dulu yaa..! ucap ku pada anak-anak sambil mengacungkan kedua jempol. Anak-anakpun menyetujui dan memulai tepuk semangat bersama. Setelah melihat mereka sudah semangat aku pun meminta anak-anak duduk di barisannya masing-masing. Aku masih dengan posisi berdiri tidak jauh dari mereka dan mulai membacakan ayat sepuluh surah Al Infithar. Ku tambahkan sedikit gerakan agar mereka fokus memperhatikan bacaan hafalan yang sedang dibaca. Ketika sudah dibacakan beberapa kali sambil diikuti anak-anak. Kemudian aku meminta anak-anak satu persatu sesuai urutan barisannya maju dan duduk di depan ku untuk membacakan hafalannya sambil ku contohkan gerakan mulutku. Setelah salah satu anak membaca satu kali dengan contoh gerakan mulutku. Lalu aku kembali meminta membacanya ulang tanpa ku contohkan. Ternyata cara ini cukup efektif dan mudah diterima semua anak, mereka sangat senang dengan gaya menghafal seperti ini dan lebih bisa mencontoh bacaan yang keluar dari mulutku karena dibimbing satu persatu. Meskipun cukup memakan waktu, tapi gaya menghafal seperti jauh lebih mudah untuk mereka dalam mengingat hafalan.
Sesi menghafal sudah selesai. Aku kembali meminta anak-anak duduk yang rapi agar melanjutkan belajar wafa bersama. Namun ternyata beberapa anak sudah maju ke depan sambil membawa buku wafa dia berkata: “Saya duluan membaca wafanya Ustazah”. Disusul beberapa anak yang lain juga berdiri dan berkata : “Saya yang membaca wafa duluan ya Ustazah” (dengan ekspresi manja dan berebutan mau membaca wafa duluan). Aku pun tercengang dengan kejadian ini, anak-anak jadi ricuh dan tidak duduk di kursinya masing-masing. Akhirnya aku meminta anak-anak duduk di kursinya dengan rapi kalau ingin belajar wafa. Setelah mereka duduk di kursi dengan rapi, Aku mengajak anak-anak hari ini belajar wafa bersama dengan materi “Hasana – Hasani”, wafa jilid 2 halaman 2. Sebelum belajar wafa, aku harus memikirkan cara terlebih dahulu agar suasana kelas tetap menyenangkan. Akhirnya aku teringat dengan kartu kecil huruf hijayah yang ada dalam tas ku. Aku pun mengajak anak-anak main game tebak-tebakan huruf hijayah dengan tujuan agar mereka mengingat kembali huruf-huruf hijayah dan mengenalkan barisnya. Meskipun terkesan sambil bermain tetapi game ini sangat bermanfaat untuk menghilangkan kejenuhan mereka setelah muraja’ah dan menghafal tadi.
Aku pun memulai game ini dengan bergaya lucu laksana pesulap sambil menenteng tas, dan berkata : “Lihat anak-anak Ustazah, ayo tebak kita-kira dalam tas Ustazah ini ada apa ya?”. Masing-masing mereka menjawab: “Ada buku Ustazah, ada pulpen Ustazah, ada penggaris” (ekspresi mereka yang penasaran). Melihat ekspresi mereka yang sudah penasaran. Lalu, ku keluarkan kartu kecil huruf hijayah dalam tas ku, sambil berkata: “Dalam tas Ustazah ada kartu huruf hijayah, jadi kita akan bermain mengenal huruf hijayah dengan barisnya”. Setelah melihat kartu kecil yang ku keluarkan, mereka pun penasaran dengan tulisannya, Rayna pun berkata: “Ustazah mau liat hurufnya”. “Baik, Ustazah perlihatkan huruf-hurufnya. Setelah Ustazah perlihatkan dan Ustazah jelaskan cara penyebutannya, nanti Ustazah minta anak-anak semua menebak hurufnya ya..! Yang bisa menebak dapat tiga bintang dari Ustazah. Ananda semua siap?” Pintaku kepada anak-anak dengan nada semangat. “Siap Ustazah”. Jawab anak-anak serentak.
Kemudian, aku memperlihatkan kartu kecil huruf اَ اِ اُ sambil menjelaskan baris fathah, kasroh dan dhommah dengan cara menyebutnya: “Lihat anak-anak disini ada huruf hamzah berbaris fathah dibacanya a, dan ada huruf hamzah berbaris kasroh dibacanya i. Selain itu, ada huruf hamzah berbaris dhommah dibacanya u, dibaca semua menjadi a i u”. Semua anak mengikuti membaca : “a, i, u”. “Sekarang ini ada huruf apa ya ?”. Aku sambil menunjukkan kartu huruf بَ بِ بُ. Mereka menjawab bersama: “Huruf Ba Ustazah”. “Ma Sya Allah luar biasa sekali, anak-anak Ustazah semuanya benar menjawabnya. Ini adalah huruf Ba. Kalau yang ditengah ini huruf Ba berbaris kasroh dibaca apa ya? Ada yang tahu?” Tanyaku sambil berjalan-jalan mendekati mereka satu persatu. Fatih pun menjawab: “Huruf bi”. “Waah hebat sekali ananda Fatih, beri tepuk hebat untuk ananda Fatih”. Pintaku pada semua anak-anak. Anak-anak semua bertepuk tangan hebat untuk ananda Fatih. “Alhamdulillah 3 bintang untuk Fatih” ucapku pada Fatih. “Sekarang ini huruf ba berbaris dhommah dibacanya apa ya?” tanyaku lagi pada anak-anak. “Bu Ustazah”. Sahut Rayna. “Hebat sekali ananda Rayna sudah betul jawabannya, beri tepuk mantap untuk Rayna”. Pintaku pada anak-anak semua. Anak-anakpun bertepuk tangan. “3 bintang untuk Rayna”. Ucapku pada Rayna.
“Sekarang Ustazah minta satu persatu baca بَ بِ بُ.” Pintaku pada semua anak-anak. Setelah semuanya membaca satu persatu, aku meminta anak-anak menebak sekali lagi huruf نِ نُ نَ, sambil berkata: “Ini huruf apa ya ?”. Beberapa anak menjawab serentak dengan semangat: “Na Ni Nu”. “Barrakallah hebat sekali anak-anak Ustazah semuanya. Alhamdulillah semuanya sudah mengenal baris fathah dibaca a, baris kasroh dibaca i, dan baris dhommah dibaca u. Semuanya dapat 3 bintang luar biasa.” Ucapku sambil bertepuk tangan dan mengacungkan dua jempol dengan bangga. “Baik, anak-anak hebat sekarang kita belajar wafa jilid 2 halaman 2 ya. Materi hari ini yaitu Hasana-Hasani, silakan buka buku wafanya.” Pintaku pada anak-anak semuanya. Setelah mereka membuka buku wafa masing-masing. Aku pun kembali menjelaskan tentang baris fathah dan baris kasroh pada kalimat Hasana-Hasani serta mencontohkan bacaannya. Setelah mencontohkan, aku meminta anak-anak membaca bersama, setelah 3 baris cukup membaca bersama. Kekurangan dari pembelajaran hari ini adalah anak-anak masih ada membaca dengan nada panjang, seharusnya pada materi hari ini semua huruf masih dibaca pendek satu harokat saja. Akupun kembali mengingatkan bahwa cara membaca hurufnya harus pendek satu harokat saja, sambil mencontohkan bacaan dengan ketukan tiga kali agar anak-anak mudah meniru nada pendeknya. Setelah mencontohkan bacaan yang benar, aku meminta anak-anak satu persatu membaca 3 baris untuk penilaian.
Alhamdulillah pembelajaran pertama hari ini sangat menyenangkan, anak-anak dengan semangat belajar Al-Qur’annya sehingga pembelajaran dengan mudah dipahami. Setelah penilaian membaca wafa, Aku pun mengingatkan anak-anak tentang materi hari ini yaitu cara membaca baris fathah dibaca a dan baris kasroh dibaca i. Sebelum menutup pembelajaran hari ini, aku meminta anak-anak untuk membaca lafadz hamdallah. Dilanjutkan membaca doa senandung Al-Qur’an bersama-sama. Setelah membaca doa, aku menutup pembelajaran hari ini dengan mengucap salam.
Sungguh pengalaman yang luar biasa dapat bertemu anak-anak yang sangat semangat belajar Al-Qur’an. Setelah pembelajaran Al-Qur’an selesai ada banyak anak yang berkata padaku :” Ustazah, Rayna mau belajar setiap hari di sekolah supaya bisa belajar dan menghafal bersama teman-teman dan sama Ustazah”. Ucap Rayna. Selain itu, Rais juga mengatakan: “Kapan covid-19 hilang supaya bisa belajar setiap hari di sekolah.” Dan pertanyaan anak-anak yang lain juga sama, maunya mereka belajar bersama setiap hari di sekolah. Tentu pertanyaan dan keinginan mereka ini membuat ku merasakan hal yang sama, terbatasnya pertemuan belajar yang dilaksanakan hanya beberapa kali pertemuan perkelompok saja. Itupun harus menunggu surat edaran persetujuan dari Pemerintah Daerah agar bisa dilaksanakannya pertemuan tatap muka belajar terbatas. Akupun cuma bisa berpesan kepada mereka, sambil berkata: “Ustazah pun juga berharap sekali kita sama-sama belajar Al-Qur’annya setiap hari di sekolah. Tapi karena kondisi sekarang lagi wabah covid-19 kita sama-sama bersabar ya, belajar online di rumah kita masih bisa belajar via zoom bersama Ustazah dan teman-teman. Dan ananda semua juga bisa mengulang pembelajaran wafa dan muraja’ah hafalan di rumah bersama Ayah dan Bunda. Kalau sering membaca Al-Qur’an dan membaca wafa bersama Ayah Bunda di rumah, Insyaallah berkah Al-Qur’an selalu mengalir ke rumah-rumah ananda. Dan di surga nanti Allah kumpulkan bersama Ayah dan Bunda karena sudah rajin belajar dan menghafal Al-Qur’annya. Jadi anak-anak Ustazah semuanya tetap semangat ya, kita semua sama-sama berdoa. Semoga wabah pandemi ini cepat hilang dan kita bisa beraktivitas secara normal lagi. Aamiin.”
_
Penulis : Hilmina – SDIT Ihsanul Amal Amuntai