Sejak bulan maret tahun 2020, sudah setahun lebih pembelajaran sistem daring diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia, Meskipun sebulan yang lalu sekolah sempat dibuka untuk tatap muka secara offline, namun kini harus kembali lagi pada situasi sebelumnya yakni daring akibat dari melonjaknya korban Covid-19 di Indonesia. Dan kini dunia pendidikan telah memasuki tahun ajaran baru. Pada tahun ajaran baru ini, saya sebagai guru al qur’an diberikan amanah untuk mengajar Wafa di 3 kelompok yakni kelas 1, kelas 4 dan 5 kelompok persiapan munaqosyah tilawah, dengan jumlah masing-masing kelompok 17 siswa, 15 siswa dan 14 siswa. Bagi saya, jumlah ini lumayan banyak. Karna semester sebelumnya saya hanya mengajar 2 kelompok dengan total jumlah siswa sebanyak 31 anak saja. Sedangkan untuk semester ini saya harus mengajar 46 siswa.
Koordinator al qur’an di sekolah kami mengharuskan kepada semua guru al qur’an untuk menyapa atau memberikan pembelajaran kepada siswa dengan tatap muka secara virtual minimal sekali dalam sepekan. Berkaca dari semester sebelumnya, itu artinya kami harus melakukan videocall dengan siswa, terutama untuk peserta didik baru kelas 1 yang sangat membutuhkan pembelajaran dengan tatap muka virtual dalam memberikan konsep dan pengenalan metode Wafa. Dari sini ada tantangan tersendiri bagi saya, pasalnya saya harus menghubungi 46 siswa dalam waktu empat hari, dari hari senin sampai kamis karna untuk hari jum’at kami biasanya mengadakan rapat evaluasi sehingga tidak bisa ada agenda videocall dengan siswa. Durasi untuk sekali videocall saya minimal satu jam dengan tetap harus menyesuaikan kondisi wali murid dan siswa, sehingga waktunya pun tidak bisa saya tentukan sendiri. Karna bagaimanapun, kami sebagai guru harus mengerti dengan kesibukan wali murid.
Saya sempat merenung, videocall dengan 46 siswa dalam kurun waktu empat hari dengan waktu yang tidak bisa saya tentukan sendiri. Sedangkan pembelajaran setiap hari melalui group whatsapp juga tetap harus berjalan. Menyiapkan materi, membuat video pembelajaran, membuat modul untuk tugas siswa, memberikan talaqi tilawah, mengoreksi tugas siswa, memberikan feedback dari masing-masing tugas siswa, belum lagi administrasi guru yang harus disiapkan, seperti promes dan RPP. Apakah bisa ???
Saya teringat katika awal mulai memasuki tahun ajaran baru, di hari pertama dan terakhir Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di sekolah kami dilaksanakan secara virtual dengan zoom meeting. Saya pun akhirnya berfikir untuk menggunakan zoom meeting juga sebagai pengganti videocall, namun sepertinya hanya bisa digunakan selama 40 menit saja untuk zoom meeting yang gratis. 40 menit tidak cukup untuk proses pembelajaran, belum lagi diawal pasti masih harus menunggu siswa yang tidak bisa tepat waktu dalam bergabung. Kemudian saya mulai berfikir lagi, kira-kira aplikasi apa yang memiliki fungsi yang sama seperti zoom meeting yang bisa dimanfaatkan untuk proses pembelajaran Wafa. Lalu Allah SWT memberikan petunjuk kepada saya, terlintas dipikiran saya untuk menggunakan media yang serupa dengan zoom meeting yakni google meet. Mulailah saya mencari tahu tentang si google meet ini. Dan ternyata bisa digunakan tanpa ada batasan waktu juga gratis.
Tanpa berpikir panjang, di pekan pertama saya mulai mencoba menggunakan google meet, pertama kali menggunakan google meet saya aplikasikan pada kelompok Wafa saya kelas 1. Alhamdulillah, antusias wali murid kelas 1 sangat baik, 80% siswa bisa bergabung di ruang pertemuan google meet, Sedangkan 20% siswa yang belum bisa bergabung di google meet bisa saya hubungi melalui videocall. Proses pembelajaran berjalan dengan lancar, meskipun masih ada beberapa hal yang dinilai kurang efektif saat itu, seperti saya yang belum berhasil untuk share video karena keterbatasan diri saya, juga suara antar siswa kelas satu yang masih belum terkontrol sehingga penyampaian materi saya kurang optimal. Namun, permasalahan ini pasti bisa diatasi seiring dengan berjalannya waktu. Karna menurut saya, dengan menggunakan media daring google meet seperti ini, siswa akan merasakan tatap muka walaupun dalam dunia maya, kita bisa berinteraksi secara langsung dengan mereka sehingga siswa dapat bertanya langsung mengenai materi atau hal-hal yang mungkin belum mereka pahami. Dan sampai saat ini, google meet masih menjadi pilihan saya sebagai media yang saya gunakan untuk proses pembelajaran wafa.
Segala sesuatu pasti ada kelebihan dan kekurangan, termasuk juga penggunaan google meet ini, namun setidaknya bisa memberikan keringanan kepada saya. Bisa dibayangkan, seandainya saya harus videocall dengan 46 siswa dari 3 kelompok di setiap pemberian konsep materi, sedangkan satu kelompok bisa menjadi 3-5 kali videocall. Menurut saya ini sangat membuang waktu dan tenaga, karna dalam situasi pandemi seperti ini kita juga harus adil dengan tubuh kita sendiri, menjaga pola makan dan memberikan istirahat yang cukup.
Saya akan terus belajar dan mencari fitur-fitur baru yang bisa dimanfaatkan untuk proses pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang maksimal, termasuk bagaimana agar bisa share video di google meet, bagaimana agar bisa melihat audiens (siswa) saat kita sedang mempresentasikan materi ke siswa, dan hal lain yang belum saya ketahui. Satu hal yang harus kita ingat, bahwa Allah SWT pasti memberikan jalan keluar dari setiap masalah hambanya. Tugas kita hanya patuh dan ikhtiar semampu kita, terus belajar dan jangan membatasi diri. Semoga pendemi ini segera berakhir, Allah angkat virus Covid-19 ini dari muka bumi dan pendidikan bisa berjalan dengan normal kembali. Aamiin..
_
Penulis : Siti Kurnia – SDIT Ar Ruhul Jadid