Hari pertama mengajar di SDIT Taqiyya Rosyida sekolah yang sangat rindang dan sejuk di pinggiran kota Kartasura. Udara sejuk menyambut teduh di hari pertama mengajar, kami diajak berkeliling bangunan sekolah dan dijelaskan berbagai sudut ruangan disekolah. Hari kedua kami dikenalkan metode yang akan kami pakai untuk mengajar Al-Qur’an dan Tahfidz. Metode yang diajarkan saat pelatihan sangat menarik dan menyenangkan. Menggunakan metode belajar otak kanan WAFA Indonesia memberikan kualitas pembelajaran Al-Qur’an yang mudah, menyenangkan, dan terstandar. Selain pelatihan WAFA metode belajar Al-Qur’an otak kanan kami guru baru juga dibekali softskill lainnya.
Mengajar bukan hal yang mudah ternyata tahun pertama mengajar menorehkan sejuta kisah. Sebagai seorang yang berlatar belakang pendidikan formal belum mengenal pendidikan di sekolah Islam saya menemukan banyak hal menarik selama mengajar. Pembiasaan akhlaq yang luar biasa di terapkan di SDIT Taqiyya Rosyida setiap pagi disambut ramah salam serta senyum anak dan wali murid saat berangkat sekolah. Bel berbunyi anak-anak berbaris didepan kelas menyanyikan yel-yel kelas dan satu persatu masuk dengan mencium tangan ustadz dan ustadzah. Sebelum pembelajaran sholat dhuha dilaksanakan terlebih dahulu dan dilanjutkan murajaah.
Tahun pertama mengajar merupakan awalan yang sangat menantang dengan kondisi masih kuliah, masih menempuh pendidikan di pondok dan beban mengajar. Setiap hari saya lakukan dengan kesibukkan yang tidak ada ujungnya. Pagi buta saya awali untuk mempersiapkan setoran hafalan rutin dipondok sampai pukul 06.30. Selanjutnya saya berangkat kesekolah untuk mengajar, udara sejuk SDIT Taqiyya Rosyida membuat semangat setiap harinya. Mengajar merupakan hal yang sangat saya nantikan bertemu anak-anak dengan senyuman khas mereka. Masyaallah apalagi ketika mereka menyapa dengan panggilan khas dari mereka dan saya mendapatkan jawaban dari pernyataan berkahnya menjadi seorang guru. Seketika lelah dan masalah hilang meski ketika usai maslah kembal lagi dan harus nyata diselesaikan.
Mengajar AQT menggunakan metode WAFA sangatlah menyenangkan selain memudahkan anak untuk belajar ternyata memberikan dampak kepada guru yang mengajar. Mengajar memang tidak akan mengurangi ilmu namun dengan belajar ilmu akan bertambah. Benar sekali selama mengajar saya mendapatkan banyak pengalaman. Dalam hal motivasi menghafal misalnya saya belajar banyak dari anak-anak yang senantiasa semangat dalam menghafal. Membuat saya memiki semangat untuk melanjutkan hafalan saya.
Allah memberikan ujian di tahun pertama mengajar dengan kesibukkan yang masih menumpuk saya jatuh sakit. Sakit sampai berbulan-bulan, hingga saya ingin menyerah dan berhenti mengajar. Masalah yang tidak kunjung usai membuat kondisi semakin rumit. Jam mengajar bertemu anak-anak yang semula sangat menyenangkan kini menjadi menjadi beban. Memang tak seharusnya guru mencampurkan masalah pribadi kedalam kelas namun emosi yang belum stabil dan tubuh yang belum pulih menjadi mendung yang menyelimuti diri. “Astaghfirullah…manusia memang tempatnya salah Ya Allah maafkan saya telah banyak khilaf.” Tiba-tiba kenangan itu muncul kembali melintas dibenak saya awal pertama masuk di SDIT Taqiyya Rosyida yang sangat menyenangkan dan saya nantikan mengapa berubah menjadi beban ?
“Akankah aku lulus dari ujian ini atau menyerah dan berbalik arah ?” harus banyak belajar inilah jawaban dari masalah ditahun pertama. Jawaban dari semua permalahan dalam hidup sebenarnya sederhana namun terkadang manusia banyak yang khilaf. Kedekatan dengan Allah dan kesabaran adalah kunci menyelesaikan masalah hidup. Jadi jika ada masalah mari kembali mendekat kepada Allah perbanyak berinteraksi dengan Al-Qur’an. Allah yag akan memberi kemudahan. Sakit Allah yang akan menyembuhkan, kuliah Allah yang akan mudahkan, dan rizky Allah yang sudah menanggungnya. Semangat itu saya temukan kembali ketika mengajar Al-Qur’an dari sorot mata yang menyinarkan banyak hikmah. Mengembalikan niat awal saya untuk berkontribusi menidik generasi Islam anak bangsa. Mengembalikan niat yang hampir melenceng dan hilang.
Mereka memberikan keceriaan ketenangan dan banyak pelajaran. Terimakasih anak-anakku telah banyak mengajariku. Kini mendung masalah dan sakit sudah hilang digantikan pelangi indah kebersamaan dalam indahnya bingkai pendidikan belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Bersama kalian anak-anakku mari bersama belajar menjadi hamba yang Allah sayangi menjadi generasi Qur’an yang dirindukan.
***
Selang satu tahun mengajar ternyata Allah memberikan kejutan yang lain mendung kembali datang. Mendung yang sangat berbeda belum pernah berada dibenak pikiran manusia. Pandemi datang mengharuskan para guru memutar otak agar pembelajaran tetap berlangsung. Dalam kondisi yang sangat-sangat sulit, pertemuan offline ditiadakan. Lock down dan ketakutan dimana-mana banyak korban berjatuhan, krisis ekonomi melanda.
Ya Allah….
Namun kami tahu tenggelam dalam kesedihan bukanlah solusi, sedih sewajarnya dan mari bangkit karena kita punya Allah yang akan membrikan anugerah yang terbaik. Apapun kondisinya mari kita maksimalkan tanpa keluh kesah dan amarah. Meski pembelajaran online dengan segala kendala dan kekurangannya saya yakin tidak membedakan keberkahan ilmu yang ada. Pembelajaran online nyatanya juga sangat menyenangkan meski melihat mereka dari layar smartphone senyuman dan semangat mereka masih seperti dulu, kepolosan dan kelucuan mereka masih sama seperti dulu. Wahai calon generasi Qur’an semoga kelak kalian menjadi generasi hebat menjadi orang besar dengan Al-Qur’an. Doaku selalu teriring untuk kalian anak-anakku Ustadzah mencintai kalian karena Allah…
_
Penulis : VIRA FEBRIANA – SDITTAQIYYAROSYIDA