Menjadi Pendidik Alquran dari Pulau Dewata

Tiga tahun yang lalu tepatnya di bulan Juli tahun 2018, seorang teman mengajak saya untuk bergabung bersama di Sekolah Mutiara Bali untuk menjadi salah satu pendidik Alquran di sekolah tersebut. Atas dasar panggilan hati untuk menjadi pendidik Alquran dan sedikit bekal ilmu yang saya punya, saya menerima tawaran tersebut dan bergabung bersama Sekolah mutiara Bali hingga saat ini.

Awalnya Sekolah Mutiara Bali menggunakan metode pembelajaran Alquran yang lain sebelum mengenal metode Wafa hingga akhirnya Sekolah Mutiara Bali menjadi mitra Wafa untuk membentuk generasi Qurani. Dari sinilah saya mulai mengenal pembelajaran Alquran yang mudah dan menyenangkan dengan otak kanan, terutama untuk anak-anak usia dini. Dengan berbekal pengetahuan dari para trainer Wafa, saya sebagai pendidik Alquran di Sekolah Mutiara Bali mulai berbenah memperbaiki sistem dan kualitas bacaan Alquran yang saya miliki, salah satunya melalui kegiatan tahsin yang diadakan oleh pihak sekolah.

Dalam perjalanan saya sebagai pendidik Alquran, banyak suka duka yang saya alami, tetapi lebih banyak hal menyenangkan yang terjadi. Salah satunya ketika saya melihat anak-anak didik saya memahami pembelajaran dan dapat membaca Alquran (buku Wafa) dengan baik. Hal itu merupakan kebahagiaan tersendiri untuk saya, sebab apa yang saya sampaikan dapat dipahami siswa dengan baik.

Dukanya, ketika anak-anak didik saya belum bisa memahami pelajarannya dengan baik, dan saya harus memutar otak untuk mencari strategi yang tepat guna menjadikan siswa memahami pelajarannya. Salah satu cara yang saya gunakan adalah memberi stimulus berupa flashcard dari kertas origami yang berwarna-warni bertuliskan konsep materi yang sedang dipelajari dan terus menerus diulang-ulang supaya siswa semakin memahami konsep, dan juga menjadikan card tersebut sebagai media yang menyenangkan untuk belajar.

Salah satu yang saya sukai dari 5P yang diterapkan oleh metode Wafa adalah P3 (Baca Tiru) sebab di sinilah siswa belajar dengan sungguh-sungguh untuk memperbaiki bacaannya, sebelum dilakukan penilaian. Dan dari proses Baca Tiru inilah guru mampu menilai kualitas bacaan anak-anak didiknya. Metode Wafa sangat membantu saya mengatur pembelajaran Alquran di Sekolah Mutiara Bali.

Harapan saya sebagai pendidik Alquran adalah semakin banyaknya generasi muda yang mau belajar dan memahami kitabullah, sebagai pedoman hidup mereka di dunia dan akhirat. Dengan itu, semakin banyak pula para generasi muda yang nantinya akan menjadi guru-guru Alquran yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Untuk para pendidik Alquran saat ini, teruslah belajar memperbaiki dan mempertahankan kualitas bacaan tilawah, agar kita dapat mencetak generasi masa depan yang memiliki kualitas bacaan tilawah lebih baik daripada pendidiknya.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini selain Allah. Karena itulah setiap metode pembalajaran tetap memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-maisng. Tugas kita sebagai pendidik adalah terus berkreasi agar pembelajaran sampai dengan baik dan dipahami siswa. Sebuah metode pembelajaran adalah sarana seorang guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswanya, akan tetapi yang memahamkan ilmu adalah Sang Pemiliki Ilmu, yakni Allah SWT. Doa yang tulus dari seorang guru untuk siswanya kepada Allah, Insyaa Allah mampu mengatasi berbagai kesulitan dalam memahamkan Alquran, karena sejatinya Allah-lah yang memahamkan ilmu kepada siswa kita, dan kita hanya sebgaai mediator.

خَيْرُ كُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya.” (Hadits Riwayat Bukhori)

Hadits tersebut adalah motivasi saya hingga saat ini, untuk terus mengajarkan Alquran. Semoga Allah memberikan keistiqomahan kepada saya hingga akhir hayat saya.

Tidak ada kemewahan atau pun gaji yang sangat besar dari seorang guru Alquran. Akan tetapi keberkahan akan selalu menyelimuti hidup kita. Janji Allah adalah pasti sebagaimana firman-Nya, “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik. (QS. Al Isra: 18-19)

Menjadi guru Alquran adalah investasi masa depan, di mana kita akan memiliki peluang untuk mendapatkan kebaikan di masa depan kita menghadap Allah dengan pahal jariyah.

Terima kasih saya ucapkan kepada orang tua saya, para guru, teman, para trainer Wafa atas semua ilmu yang diberikan. Suatu nikmat Allah yang besar yang perlu kita syukuri adalah Allah menjadikan hidup kita disibukkan dengan mengajar Alquran, sementara di luar sana banyak orang yang disibukkan dengan hal-hal yang sia-sia. Semoga Allah terus menguatkan pundak para guru Alquran di mana saja berasa untuk terus mengajarkan Alquran hingga akhir hayatnya.

Sekian dari saya, sebuah pengalaman dari pulau dewata, di mana warga muslim masih minoritas di sebagian besar wilayahnya, akan tetapi semangat untuk belajar Alquran insyaa Allah akan terus menyala. Salam Cerdas, berbudi, Visioner, dari seorang Imaliyah, salah satu guru Alquran di Sekolah Mutiara Bali.

_
Penulis : Imaliyah – Sekolah Mutiara Bali