pelatihan menulis nufi sidoarjo metode wafa

Perdana, Wafa Gelar Pelatihan Menulis Huruf Hijaiyah di SDIT Nurul Fikri Sidoarjo

Metode Wafa – Wafa bersama SDIT Nurul Fikri Sidoarjo (NUFI Sidoarjo) mengadakan Pelatihan Menulis Huruf Hijaiyah dengan pengajar khusus Drs. Ali Mustofa, penulis buku “Ayo Belajar Menulis Huruf Hijaiyah”. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan keterampilan para guru Al-Qur’an dalam menulis huruf hijaiyah sesuai kaidah yang benar. Sabtu (5/10/2024).

Pelatihan perdana ini diikuti oleh guru-guru Al-Qur’an dari SDIT Nurul Fikri, mulai dari SD (Sekolah Dasar), Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-Kanak (TK), hingga Daycare. Program ini juga direncanakan untuk diperluas ke sekolah-sekolah lain khususnya mitra Metode Wafa.

Buku “Ayo Menulis Huruf Hijaiyah” karya Drs. Ali Mustofa, yang terdiri dari 6 jilid, digunakan sebagai media utama dalam proses pembelajaran. Buku ini mengajarkan berbagai tingkatan penulisan huruf hijaiyah, mulai dari huruf tunggal, huruf bersambung (awal, tengah, dan akhir), hingga ayat-ayat Al-Qur’an serta kalimat thayyibah.

Ali Mustofa pelatihan menulis Wafa

Sebelum mengikuti pelatihan ini, saya merasa telah menyesatkan peserta didik. Sering keliru dalam mengajarkan penulisan huruf hijaiyah. Namun, setelah pelatihan ini, saya lebih paham cara menulis yang sesuai kaidah,” ujar salah satu guru SDIT Nurul Fikri yang juga peserta pelatihan, dengan tertawa saat memberikan ulasannya.

Para peserta mengakui manfaat besar dari pelatihan ini. Memang sebelum pelatihan menulis ini, guru-guru terbiasa mengajarkan sesuai dengan kemampuan dan pemahaman masing-masing. Beberapa di antaranya salah dalam memulai penulisan huruf dari atas atau kurang tepat dalam mengajarkan bentuk huruf sambung yang benar.

Pada sesi akhir pelatihan, dilakukan post-test oleh Drs. Ali Mustofa, dengan meminta peserta menulis kembali kalimat basmalah. Hasilnya menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam keterampilan menulis peserta dibanding pre-test.

Pelatihan ini memberikan hasil yang sesuai harapan. Kami belajar banyak dari pelatihan menulis perdana ini, kami jadi mengetahui dan memahami pola pelatihan menulis yang sesuai sebagai bahan pengembangan di pelatihan selanjutnya”, ujar Drs. Ali Mustofa setelah pelatihan berakhir.

Semoga pelatihan ini dapat terus meningkatkan kompetensi para guru Al-Qur’an serta mencetak generasi muda Indonesia yang lebih terampil dalam menulis huruf hijaiyah sesuai kaidah yang benar.

Menjawab Tantangan Guru Al-Qur’an Masa Kini dengan Pelatihan Metode Wafa

Guru yang sering orang katakan sebagai sosok yang digugu dan ditiru, nyatanya adalah profesi yang tidak mudah. Dari mereka lah terlahir berbagai jenis profesi yang digandrungi manusia di muka bumi ini. Mulai dari profesi yang terlihat sepele hingga profesi yang mendunia, semua berawal dari guru. Karena guru adalah muasal tersampaikannya berbagai macam ilmu yang Allah turunkan di dunia ini. Tanpa guru, tidak sedikit manusia yang akan kesulitan mencerna suatu ilmu secara mandiri.

Oleh karena perannya yang krusial bagi dunia pendidikan di Indonesia, seorang guru dituntut punya kompetensi yang linear dengan perkembangan zaman. Menjadi guru masa kini yang dicintai peserta didik dengan segala tantangannya. Tak terkecuali pula menjadi guru Al-Qur’an.

Meski secara spesifik tidak termasuk dalam Kurikulum 2013 yang dicanangkan Mendikbud, mata pelajaran Al-Qur’an di suatu lembaga pendidikan mengambil peran penting dalam membentuk generasi masa kini. Tugas guru Al-Qur’an meski secara kasat mata tak serumit guru mata pelajaran lain, ternyata punya ‘beban’ yang cukup berat di hadapan Allah. Mengapa demikian? Karena yang diajarkan adalah kalamullah, firman yang redaksionalnya diturunkan secara langsung oleh Allah. Bahasa Allah. Bukan yang tertulis dalam buku-buku diktat mata pelajaran yang dirilis berbagai penerbit terkenal. Sehingga tentu saja, levelnya sedikit lebih ‘berat’ dari guru mata pelajaran lainnya. Itulah mengapa, guru Al-Qur’an perlu terus digembleng melalui berbagai pelatihan.

Bagi sekolah mitra Wafa Indonesia, salah satu bentuk penggemblengan itu adalah melalui kegiatan Pelatihan Guru Al-Qur’an Metode Wafa. Ini adalah pelatihan yang didesain khusus untuk menstandardisasi kompetensi guru Al-Qur’an di sekolah mitra agar selaras dengan ‘kurikulum’ yang dikembangkan oleh metode Wafa.

Salah satu sekolah mitra Wafa yang beberapa waktu lalu menyelenggarakan pelatihan ini adalah Madrasah Tsanawiyah Husnul Khotimah 2 Kuningan. Sekolah yang berdiri semenjak 2015 ini, menggelar pelatihan metode Wafa dengan tujuan mengupayakan kenaikan target jumlah hafalan peserta didiknya yang semula hanya dua juz menjadi tiga juz. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Unit Tahsin dan Tahfidz Al-Qur’an (TTQ) Pondok Pesantren Husnul Khotimah 2 bekerjasama dengan tim Wafa Indonesia. Diketuai langsung oleh kepala unit  TTQ, Ustadz Yayan Bayanullah, S.Pd.I Al-Hafidz, pelatihan ini disambut dengan antusiasme para pesertanya yang terdiri dari 45 asatidz dan musyrif Al-Qur’an. Meski berlangsung selama tiga hari berturut-turut mulai 9 hingga 11 Maret 2019 di Aula MTs Husnul Khotimah, kegiatan pelatihan terlaksana dengan baik atas bimbingan dua trainer handal Wafa Indonesia, Ustadz Dodi Tisna Amijaya, M.Pd dan Ustadz Ahmad Syarif Fathoni, S.Pd.I Al-Hafidz. Alhamdulillah.

Tak hanya pesertanya yang antusias mengikuti kegiatan pelatihan dari awal hingga akhir, tim kreatif Ponpes Husnul Khotimah pun tak kalah antusiasnya. Melalui channel Youtube HKTV (Husnul Khotimah TV), kegiatan pelatihan didokumentasi untuk di-show-up pada masyarakat sebagai salah satu branding bahwa sekolah ini serius menggembleng guru-guru Al-Qur’annya melalui pelatihan metode Wafa. Keseriusan ini diperkuat dengan dukungan langsung dari kepala sekolahnya, Ustadz Danni Abdurrahman, M.Pd. Dalam video dokumentasi yang diunggah dengan durasi hampir empat menit ini, Ustadz Danni menyampaikan bahwa pelatihan ini selain bertujuan meningkatkan target jumlah hafalan peserta didiknya, adalah untuk menstandardisasi kompetensi guru-guru Al-Qur’annya agar sesuai dengan ‘kurikulum’ Wafa, sehingga dalam tiga hingga lima tahun ke depan sekolah ini bisa mengembangkan metode belajar Al-Qur’an secara independen dengan menyesuaikan karakter lembaganya.

Mengutip pesan sarat hikmah yang pernah ditulis oleh Hasan Al-Bashri, “Orang yang beramal tanpa ilmu seperti orang yang berjalan tanpa panduan. Orang yang beramal tanpa ilmu hanya akan membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan kebaikan”. Apa yang disampaikan ulama’ tabi’in yang hidup pada delapan abad lalu ini rupanya cukup relevan dengan dunia pendidikan masa kini dengan sekian tuntutannya. Guru adalah profesi ‘amal’, profesi sosial. Mustahil seseorang disebut sebagai guru jika ia tidak berilmu. Maka, sebagai penyambung ilmu, seorang guru pun dituntut untuk terus berilmu. Agar apa yang disampaikan pada peserta didik bisa menjadi perantara datangnya kebaikan-kebaikan, alih-alih sebagai pemicu kerusakan. Untuk itu, agar seorang guru terus ‘terisi gelasnya’ setelah ‘dikosongkan’ terus menerus, diperlukan pelatihan yang diharapkan dapat meng-upgrade kapasitas keilmuannya. Terlebih bagi seorang guru Al-Qur’an, guru yang punya amanah lebih ‘berat’ dibanding guru-guru lainnya.

Tidak hanya sebagai pengisi ‘gelas kosong’ guru Al-Qur’an, pelatihan yang rutin diharapkan bisa menjadi perantara lahirnya guru yang inspiratif. Bukan hanya guru yang sekedar menyampaikan ilmu, tapi juga seorang guru yang sebenar-benarnya digugu dan ditiru seperti yang diungkapkan William Arthur Ward, seorang penulis berkebangsaan Amerika, “The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires”. Guru yang biasa hanya menyampaikan, guru yang baik akan menjelaskan, guru yang unggul akan mencontohkan, tapi guru yang luar biasa adalah guru yang menginspirasi.

Karena itu, untuk menjawab tantangan guru Al-Qur’an masa kini, Wafa Indonesia hadir dengan metode pembelajaran otak kanan. Dilengkapi dengan berbagai tools yang akan membantu pengembangan kurikulum pendidikan Al-Qur’an di ratusan sekolah mitra yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu tools itu adalah pelatihan. Maka, mari jadi bagian perjalanan dakwah kami dalam melahirkan generasi ahli Al-Qur’an dengan cara yang mudah, komprehensif, dan menyenangkan.

Salam,
Wafa Indonesia

Komprehensif | Mudah | Menyenangkan

WhatsApp: +6281233867676
Email : sahabat@wafaindonesia.or.id
Facebook : Wafa Indonesia
Instagram : wafaindonesia

Kenalkan Pembelajaran Al Quran dengan Metode Otak Kanan

Bulan Ramadhan lalu Nurul Hayat bersilaturrahim dengan para guru qur’an dengan pemberian Insentif Bulanan Guru Qur’an. Hari Sabtu tanggal 31 Agustus 2013 kemarin Silaturrahim Nurul Hayat kembali berlanjut dengan mengembangkan skill dan potensi 300 Guru Qur’an melalui metode WAFA. Pendekatan pembelajaran Qur’an dengan metode ini dengan mengoptimalisasi Otak Kanan.Dewasa ini tantangan guru Qur’an semakin beragam. Lanjutkan membaca

Pelatihan Wafa Dihadiri Ulama’ Sumenep

Sumenep – Tidak salah bila banyak yang menyebutkan Sumenep sebagai salah satu pusat pesantren. Antusiasme masyarakat kota ini dalam kegiatan yang berbau keagamaan dan Al-Qur’an patut diacungi jempol. Salah satu buktinya dapat dilihat saat pelaksanaan Pelatihan Wafa di Sumenep. Pada hari Jumat-Ahad, 25-27 Oktober 2013 lalu telah diadakan Sertifikasi dan Pelatihan Guru Al-Qur’an Metode Otak Kanan Wafa di Aula KPRI Sumenep. Lanjutkan membaca

Guru WAFA Pasuruan Selalu Berbenah

Yayasan Bina Insan Cendekia bekerja sama dengan Wafa melaksanakan Pelatihan Tahsin Guru Tilawah Al-Quran Metode Wafa pada tanggal 2-3 November 2013 di SDIT Bina Insan Cendekia Pasuruan yang diikuti oleh 48 orang peserta baik dari TKIT maupun SDIT Bina Insan Cendekia.

Pelatihan Tahsin Guru Tilawah Al-Quran Metode WAFA merupakan salah satu program pelatihan yang dilaksanakan dengan tujuan agar kualitas tilawah guru WAFA dalam pengajaran Al-Quran semakin meningkat, sehingga dapat melahirkan siswa yang tilawah Al Qur’annya baik dan benar. Pelatihan ini memberikan pembekalan bagi peserta pelatihan untuk mengetahui peta kelemahan dalam membaca Al-Quran sehingga terdorong untuk segera memperbaiki kualitas bacaannya. Pelatihan tahsin ini melatih makharijul huruf, shifatul huruf, dan gharib yang disertai praktek intensif dalam pembacaannya. Acara juga dihadiri oleh Bapak Tri Wibowo yang merupakan bendahara Yayasan BIC.

Salah satu peserta dari SDIT Bina Insan Cendekia, Hasbullah, menyampaikan bahwa ia merasa mendapatkan banyak ilmu baru dari kegiatan ini dan menggugah semangatnya untuk terus memperbaiki bacaan Al Qur’annya. “Dalam 2 hari ini saya lalui tanpa merasa berat dan bahkan waktu yang disediakan terasa kurang,” tambah Hasbullah. Harapannya akan ada tindak lanjut untuk pembelajaran Al-Quran yang nantinya akan diterapkan di sekolah mereka.

Siswa WAFA Sabet Juara Satu

Wafa-Metode Membaca Al Qur’an Otak Kanan | Abdul Kholiq baru saja menjuarai Lomba Tilawah Al Qur’an tingkat SD pada Pekan Kreatifitas dan Seni Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan oleh Kemenag Provinsi Jawa Timur pada tanggal 16-17 September 2013 di Hotel Sutami Surabaya. Peserta lomba ini berasal dari tingkat SD, SMP dan SMA. Peserta lomba mewakili setiap karesidenan yang ada di seluruh Jawa Timur dan Abdul Kholiq mewakili karisidenan Malang.

Abdul Kholiq merupakan siswa kelas 6 dari SDIT Ar Rahmah Yosowilangun Lumajang yang menerapkan pembelajaran Al Qur’an dengan metode Wafa. Metode WAFA Belajar Al Qur’an Otak Kanan merupakan sistem pendidikan Al Qur’an yang bersifat komprehensif dan integratif dengan metodologi terkini yang dikemas mudah dan menyenangkan sehingga sangat bersahabat dengan anak-anak.

Menurut Ustadz Khussaeri yang merupakan guru Al Qur’an di SDIT Ar Rahmah Yosowilangun, “Pembelajaran Wafa memberikan lompatan dalam kemampuan anak menyerap materi yang diajarkan, terlebih di dalam proses pengajarannya yang menggunanakan metode TANDUR, sehingga membantu daya serap siswa. Hal yang paling penting juga adalah anak bisa belajar dengan menyenangkan.”

Salah satu guru pendamping yang juga hadir dalam lomba ini adalah Ust. Udik Lasmono. “Wafa telah memberikan khazanah yang lebih dalam melengkapi metode belajar tilawah Al Qur’an yang sudah ada,” tutur Ustadz Udik Lasmono.