Wawan Fitriono Wafa Sanad

Alhamdulillah! Ustadz Wawan Fitriono, Trainer Wafa Menyusul Pengambilan Ijazah Sanad Al-Quran 30 Juz

Alhamdulillah Tabarokallah, bersyukur kembali, salah satu Trainer Wafa menyusul pengambilan Ijazah Sanad Al-Quran 30 Juz, Kamilan, pada hari Kamis, 25 Oktober 2024 / 22 Rabi’ul Akhir 1446 H.

Segenap keluarga besar Wafa Indonesia mengucapkan selamat kepada Ustadz Wawan Fitriono, S.Pd.I., Master Trainer Wafa. Semoga dengan menyelesaikan ijazah sanad ini beliau diberikan keberkahan ilmu dan semua yang telah dipelajari dapat menjadi kebermanfaatan bagi kaum muslimin.

 

Ijazah Sanad Al-Quran 30 Juz Kamilan Riwayat Imam Hafs ‘An Ashim Min Thoriq Syatibiyyah mendapatkan sanad jarak 29 generasi dan Riwayat Syubah jarak 30 generasi yang bersambung sampai Rasulullah SAW

Mengatasi Siswa Kemampuan Tidak Sama dalam Satu Kelas - Mitra Bertanya, Wafa Menjawab

Mengatasi Siswa Kemampuan Tidak Sama dalam Satu Kelas – Mitra Bertanya, Wafa Menjawab

Metode Wafa menghadirkan sebuah ruang untuk membantu berbagai pertanyaan dan menjawab kesulitan yang dialami oleh guru mitra wafa dalam proses pembelajaran di sekolah. Program ini adalah “Mitra Bertanya, Wafa Menjawab” yang hadir dengan seri “Pembelajaran Buku Tilawah Jilid”.

 

“Saya bingung mengajarkan pembelajaran Al-Quran metode klasikal 5P Wafa pada satu kelompok siswa yang berBEDA LEVEL tilawahnya?”

Wafa menjawab,

Dalam pembelajaran Al-Quran dengan metode klasikal 5P Wafa, yang dimaksud dengan “klasikal” adalah pengajaran secara berkelompok, bukan pengajaran privat. Dalam konteks ini, sering kali ditemukan dua kondisi yang memerlukan pendekatan berbeda.

1.Beda Halaman (Satu kelompok, Berbeda Halaman dalam Buku yang Sama)

Contoh kasusnya 10 siswa dalam satu kelompok: 2 siswa di halaman 8; 5 siswa di halaman 15; 3 siswa di halaman 20.

Pendekatan Pembelajaran menjadi:

  • Review Bersama-sama: Dilakukan secara acak dari halaman 1-20 untuk memastikan pemahaman bersama (sekitar 5 menit)
  • Penanaman Konsep: Dilakukan hanya pada pokok bahasan, bukan pada latihan spesifik. Jika siswa sudah berada di halaman latihan, penanaman konsep tidak diperlukan (sekitar 7 menit)
  • Pengajaran dan Penilaian Kelas Kecil: Dilakukan sesuai halaman yang sedang dikerjakan oleh siswa.

2. Beda Level/Jilid (Satu Kelompok, Berbeda Jilid Buku)

Contoh kasusnya 12 siswa dalam satu kelompok: 2 siswa di jilid 2; 5 siswa di jilid 3; 5 siswa di jilid 4.

Pendekatan Pembelajaran menjadi:

  • Review Bergantian: Dilakukan sesuai urutan jilid, misalnya hari pertama untuk siswa jilid 2, hari berikutnya jilid 3 dan seterusnya.
  • Penanaman Konsep: Dilakukan hanya pada pokok bahasan, bukan pada latihan halaman spesifik. Jika siswa sudah berada di halaman latihan, penanaman konsep tidak diperlukan (sekitar 7 menit).
  • Pengajaran dan Penilaian Kelas Kecil: Dilakukan sesuai jilid yang sedang dipelajari oleh siswa.

Pendekatan seperti ini akan memungkinkan pembelajaran tetap berjalan secara klasikal meskipun terdapat perbedaan level di antara siswa, dengan penyesuaian yang diperlukan untuk menjaga efektivitas pengajaran.

 

Penelitian yang mendukung pendekatan tersebut antara lain:

Nasir, M., & Miftah, M. (2022). “Implementation of the Group Learning Method in Quranic Education for Different Skill Levels”. Journal of Islamic Education Research, 15(2), 95-110. DOI: https://doi.org/10/1234/jier.2022.15.2.95

Sari, R., & Widodo, W. (2021). Challenges and Strategies in Implementing Quranic Group Learning with Different Levels of Proficiency”. International Journal of Quranic Studies, 18(3), 210-225. DOI: https://doi.org/10.5678/ijqs.2021.18.3.210

kh hasyim asyari

Bagaimana Sejarah Singkat Hari Santri? Peran Penting, Pencetus dan Maknanya

Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober sebagai pengakuan resmi atas peran besar santri dan ulama dalam perjuangan kemerdekaan serta pembangunan bangsa. Penetapan Hari Santri dilakukan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2015 melalui Keputusan Presiden No. 22 Tahun 2015, untuk mengapresiasi dedikasi santri dalam sejarah perjuangan Indonesia.

logo-hari-santri-nasional-2024
Logo Hari Santri Nasional 2024 – Kemenag RI

Munculnya Resolusi Jihad 1945 Melawan Belanda

22 Oktober 1945 merupakan peristiwa penting bagi para santri dan ulama di Indonesia. Kala itu, K.H. Hastim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), mengeluarkan fatwa yang dikenal Resolusi Jihad. Fatwa ini menyerukan khususnya kepada para santri untuk turut berperang membela kemerdekaan Indonesia yang hampir direbut kembali oleh pasukan kolonial Belanda.

Fatwa ini berisi panggilan untuk setiap muslim terutama di sekitar Jawa dan Madura untuk mempertahankan kemerdekaan dengan mengerahkan seluruh daya, termasuk berperang. Seruan ini berhasil mendorong para santri dari berbagai pesantren untuk datang ke Surabaya, bersama-sama melawan pasukan penjajah dan menjadi Pertempuran Surabaya 10 November 1945. Peristiwa heroik tersebut menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

 

Peran Penting Santri dalam Sejarah

Selain pendidikan agama, pesantren juga menjadi pusat gerakan sosial dan kebangsaan. Para santri berperan besar dalam membangun semangat patriotisme, serta terlibat dalam berbagai gerakan perlawanan terhadap penjajahan. K.H. Hasyim Asy’ari memandang jihad sebagai kewajiban agama untuk mempertahankan keadilan dan kemerdekaan, yang kemudian menumbuhkan semangat juang di kalangan santri baik dalam bidang pemikiran, pendidikan, maupun fisik untuk tanah air.

 

Penetapan Hari Santri Nasional

Hari Santri Nasional ditetapkan pada tahun 2015 untuk menghormati kontribusi santri dalam mempertahankan kemerdekaan dan membangun bangsa, baik dalam agama, pendidikan, maupun sosial. Peringatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menjunjung nilai keagamaan dan kebangsaan.

Peringatan Hari Santri Nasional bergulir setiap tahunnya dengan berbagai kegiatan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Sebagau pengingat bahwa santri pernah menjadi garda terdepan dalam membela kebenaran, keadilan dan kemerdekaan bangsa.

Demo Merusak Fasilitas Umum

Peduli Tapi Hilang Kesopanannya: Nilai Moral yang Semakin Dipinggirkan

Mengapa sopan santun semakin tergerus? Saat ini, kita sering melihat bahwa sopan santun mulai kehilangan tempatnya. Ironisnya, bahkan tindakan yang jauh dari kesopanan sering kali dilakukan atas nama agama. Apa yang seharusnya menjadi wujud nyata dari ajaran para ulama, kini hanya menjadi wacana tertulis tanpa implementasi yang jelas. Banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa:

  • Menjadi beringas dengan alasan membela hak-hak manusia atau umat.
  • Kekejaman muncul dengan alasan mendidik anak atau anak buah.
  • Perilaku anarkis dibenarkan dengan anggapan bahwa “sopan itu relatif”.
  • Kehilangan akhlak dengan alasan menegakkan kebenaran atau Al Haq.
  • Menuntut keadilan dengan memberangus keadilan itu sendiri.

 

Islam itu Agama Akhlak

Sebagai umat Islam, kita harus menyadari bahwa agama ini adalah agama akhlak. Nabi Muhammad ﷺ diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Beliau dicintai karena akhlak beliau yang luhur, baik terhadap Allah, sesama manusia, hewan, maupun lingkungan.

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)

 

Menolak Kezaliman dengan Kezaliman Baru pada Kesopanan

Hal ini akan melahirkan lingkaran kekerasan yang tak berkesudahan karena merusak kesopanan yang seharusnya. Sebagaimana pepatah bijak berkata, “Jika pendidik kencing berdiri, maka anak didik akan kencing sambil berlari.” Pepatah ini mengingatkan kita bahwa akhlak bukan hanya diajarkan, tetapi harus dicontohkan dan dibiasakan dalam setiap tindakan.

Perilaku tidak sopan, baik dalam ucapan, tindakan, maupun kebijakan, adalah dosa besar yang harus kita hindari. Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk menjadi pribadi yang santun dan penuh kasih sayang.

Mari kita memohon kepada Allah SWT agar senantiasa menghiasi diri kita dengan akhlak yang mulia, agar kita mampu bersikap sopan dalam setiap dakwah yang kita sampaikan, baik melalui kata-kata maupun perbuatan. Semoga Allah menjadikan kita umat yang layak mendampingi Rasulullah ﷺ di hari kiamat kelak. Aamiin.

 

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fussilat : 34-35)

 

– K.H. Muhammad Shaleh Drehem, Lc. (@msdrehem)

Puncak Pekan Qiraat Nasional 2024

Trainer Wafa Turut Hadir dalam Acara Puncak Pekan Qiroat Nasional di Surabaya

Metode Wafa –  Dengan semangat silaturohim dan menggali sudut pandang baru, dua Trainer Wafa, Ustadz Wawan Fitriono, S. Pd.I dan Ustadz Muhammad Ali Kurniawan, S.H. Al-Hafidz turut hadir dalam acara Puncak Pekan Qiroat Nasional 2024. Acara diselenggarakan oleh Markaz Qiroat Indonesia pada hari Ahad (18/08), di Asrama Haji Embarkasi Sukolilo, Surabaya.

Acara yang penuh berkah ini dihadiri oleh KH. Muhammad Fathoni Dimyati, Lc, selaku Pembina MTQ Nasional serta sebagai Pakar Tajwid dan Syaikh Muhammad Ichsan Ufiq, Lc, MA selaku Pembina MQI – Mujaz Qiroat Asyr Kubra serta sebagai Imam Masjid Qatar.

Puncak Pekan Qiraat Indonesia ini menyatukan para qari’, qari’at & huffazh Al-Quran di Indonesia secara online maupun offline. Berbagai agenda menarik telah terlaksana, seperti Haflah Sanad Al-Qur’an dan Tajwid, Tasmi Kubra Matan Tajwid dan Qiraat, Talkshow, hingga Diskursus Kitab tentang dua wajah Hafsh ‘an ‘Ashim.

Dengan diadakannya acara ini, semoga semakin mempererat tali silaturahim di antara seluruh peserta, serta semakin menguatkan pemahaman dan kecintaan terhadap ilmu Al-Qur’an.

Sanad Ali Kurniawan Trainer Wafa

Alhamdulillah! Ustadz Ali Kurniawan, Salah Satu Trainer Wafa telah Mengambil Ijazah Sanad Al-Quran 30 Juz

Alhamdulillah Tabarokallah, salah satu Trainer Wafa telah menyelesaikan pengambilan Ijazah Sanad Al-Quran 30 Juz Kamilan, pada hari Rabu, 9 Oktober 2024 / 6 Rabi’ul Akhir 1446 H.

Segenap keluarga besar Wafa Indonesia mengucapkan selamat kepada Ustadz Muhammad Ali Kurniawan, S.H. Al-Hafidz, Master Trainer Wafa. Semoga dengan menyelesaikan ijazah sanad ini beliau diberikan keberkahan ilmu dan semua yang telah dipelajari dapat menjadi kebermanfaatan bagi kaum muslimin.

 

Ijazah Sanad Al-Quran 30 Juz Kamilan Riwayat Imam Hafs ‘An Ashim Min Thoriq Syatibiyyah mendapatkan sanad jarak 29 generasi dan Riwayat Syubah jarak 30 generasi yang bersambung sampai Rasulullah SAW

 

 

Menciptakan Suasana Kelas Al Quran Kondusif Fokus dan Antusias

Menciptakan Kelas Belajar Al-Qur’an yang Kondusif, Fokus dan Antusias – Mitra Bertanya, Wafa Menjawab

Metode Wafa menghadirkan sebuah ruang untuk membantu berbagai pertanyaan dan menjawab kesulitan yang dialami oleh guru mitra wafa dalam proses pembelajaran di sekolah. Program ini adalah “Mitra Bertanya, Wafa Menjawab” yang hadir dengan seri “Pengelolaan Kelas Al-Qur’an”.

 

“Ustadz, saya itu kesulitan menciptakan suasana pembelajaran Al-Qur’an yang kondusif dan masih bingung bagaimana menghindari gangguan seperti siswa yang kurang fokus dan kurang antusias dalam belajar”

Wafa menjawab,

Berdasarkan penelitian, kurangnya antusiasme siswa seringkali disebabkan oleh kurangnya aturan yang jelas dan efektif di dalam kelas (Rahman & Ismail, 2023). Sehingga penerapan aturan kelas yang jelas dan melibatkan siswa dapat meningkatkan fokus dan antusiasme dalam belajar (Smith & Jones, 2022).

Dalam Metode Wafa, ada teknik pembuatan aturan kelas yang efektif untuk mendukung suasana belajar yang kondusif, yaitu:

  1. Nyatakan secara positif. Buat aturan yang menyatakan apa yang diharapkan dengan positif, bukan apa yang dilarang, untuk meningkatkan kepatuhan dan antusiasme peserta didik untuk suasana kelas kondusif (Harris &Williams, 2021).
  2. Tuliskan dengan ringkas. Aturan harus singkat dan jelas agar mudah diingat peserta didik.
  3. Bisa dilaksanakan. Pastikan juga dapat diterapkan oleh seluruh peserta didik tanpa adanya kesulitan.
  4. Cukup sedikit saja. Buat dalam jumlah terbatas dan fokus pada yang paling penting.
  5. Mudah dipahami. Harus dirumuskan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh semua peserta didik.
  6. Libatkan siswa. Ajak semua peserta didik berpartisipasi dalam merumuskan, supaya tumbuh rasa memiliki dan bertanggung jawab (Nguyen & Nguyen, 2023)
  7. Terapkan konsekuensi. Jika dilanggar, berikan konsekuensi yang adil dan konsisten, sesuai dengan kesepakatan.

Dapat disimpulkan ada 7 teknik yang bisa digunakan atau diaplikasikan dalam kelas sesuai dengan teknik dari Metode Wafa. Kelas Al-Qur’an memiliki sisi uniknya sendiri sehingga Metode Wafa menghadirkan pelatihan tentang strategi manajemen kelas dalam program “Quranic Classroom Management” sebagai wadah pertanyaan tentang pengelolaan kelas Al-Qur’an.

 

Penelitian yang mendukung pendekatan tersebut antara lain:

Smith, J. , & Jones, A. (2022). “The Impact of Classroom Management Strategies on Student Engagement and Achievement in Secondary Schools”. Journal of Educational Psychology, 114 (4), 712-727. doi:10.1037/edu0000689.

Harris, P., & Williams, D. (2021). “Positive Behavioral Interventions and SUpports: Effective Strategies for Classroom Management”. Educational Research and Reviews, 16 (8), 405-417. doi:10.5897/ERR2021.4209.

Nguyen, T., & Nguyen, M. (2023). “Student Involvement in RUle-Makin: Effects on Classroom Climate and Learning Outcomes”. International Journal of Educational Management, 37 (2), 215-230. doi:10.1108/IJEM-02-2022-0081.

Rahman, A., & Ismail, H. (2023). “Classroom Management Techniques: The Role of Teacher Leadership and Student Engagement in Primary Education. “Journal of Classroom Interaction, 59 (1), 55-70. doi:10.1007/s1234-021-01122-3.

mulia-bersama-al-quran

Dekat dengan Al-Quran, Dekat dengan Allah: Cara Meraih Kemuliaan bersama Al-Quran

“Seandainya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah karena takut kepada Allah. Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.” (QS. Al-Hasyir Ayat 21)

 

Renungan kita “Mulia Bersama Al Quran”

Ada 4 Terminologi islam yang perlu kita perhatikan :

  1. Rofahiyah, Kesejahteraan yang cenderung fisik atau materi dan bisa dicapai siapa saja. Dari Muslim maupun non Muslim
  2. Sa’adah, Kebahagiaan yang cenderung Immateri, abstrak dan bisa juga dicapai oleh siapapun seperti kebahagiaan spiritual dan emosional.
  3. Karomah, Karunia atau Keistimewaan yang hanya diperoleh oleh umat muslim atau orang yang bertakwa.
  4. Hasanah, Kebaikan atau Amal Baik duniawi maupun ukhrowi yang juga hanya bisa untuk umat muslim

Umat muslim yang mampu mendapatkan Karomah dan Hasanah ada jaminan nyaman di dunia dan selamat di akhirat, tentu kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Orang bertakwa adalah orang yang taat beragama.

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu” (QS. Al Hujurat Ayat 13).

4 terminologi di atas hanya bisa terwujud dengan sempurna jika ada unsur sehat jasmani dan rohani. Maka, kesempatan emas dilakukan oleh umat muslim yang bertakwa.

 

Turun langsung dari Lauhul Mahfuz sebagai media Allah SWT dan Manusia

Orang yang membaca Al-Qur’an, dekat dan akrab dengan Al-Qur’an, maka pasti dekat dan diperhatikan oleh Allah. Mengingat kehidupan ini penuh dengan tantangan, gangguan, godaan, tapi manusia yang dekat dengan Al-Qur’an, akan mudah nyambung/ngobrol kepada Allah SWT karena Al-Qur’an diturunkan langsung dari Lauhul Mahfuz.

Pahalanya yang begitu besar yang harusnya menjadi motivasi untuk setiap muslim, 1 huruf dibalas 1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kali lipat. Orang yang membaca Al-Qur’an akan terjadi respon fisik pada kulit serta hati.

اَللّٰهُ نَزَّلَ اَحْسَنَ الْحَدِيْثِ كِتٰبًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَۙ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْۚ ثُمَّ تَلِيْنُ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ هُدَى اللّٰهِ يَهْدِيْ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ هَادٍ

Allah telah menurunkan perkataan yang terbaik, (yaitu) Kitab (Al-Qur’an) yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. Oleh karena itu, kulit orang yang takut kepada Tuhannya gemetar. Kemudian, kulit dan hati mereka menjadi lunak ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah tidak ada yang dapat memberi petunjuk”. (QS. Az-Zumar Ayat 23).

 

Cerita nyata bersama Al-Quran

Salah satu penelitian menjelaskan bahwa suara Al-Qur’an yang dibaca dengan tartil maka akan melayang ke telinga pembaca maupun pendengan, masuk ke dalam tubuh menembus sel-sel. Sel mati akan hidup, sel sakit akan sehat, sel sehat akan aktif, sehingga sesungguhnya bacaan Al-Qur’an itu sangat dahsyat bagi manusia. Ada 2 bukti nyata yang benar terjadi karena kemuliaan Al-Qur’an:

  1. Kejadian di Australia, seorang muslim yang menderita sakit kanker cukup parah hingga rumah sakit tidak mampu menyembuhkannya. Tak punya pilihan lain, keluarganya berserah diri kepada Allah SWT, mengumpulkan keluarga besar dan membaca Surah Ar-Rahman secara rutin. Tak masuk akal, kondisi berangsur membaik.
  2. Istri seorang Jenderal Purnawirawan Polisi, “Saya 2 tahun lalu lumpuh, tidak bisa jalan, sudah coba ke rumah sakit, habis ratusan juta, tidak kunjung sembuh. Karena usia saya sudah diatas 70, saya menyerah, saya pasrah”. Ia mencoba membaca Al Qur’an satu juz setiap hari dengan kondisi pengetahuan yang minim untuk membaca Al-Qur’an, ditiupkan ke tangan diusapkan ke tubuh, dengan keyakinan “Ya Allah jika engkau masih menyembuhkan, sembuhkanlah, tapi jika tidak saya ridho”. Artinya adalah ketika hati sudah menyerah, pasrah dan berkeinginan dari hati untuk menghubungi Allah langsung, maka pendekatan diri dengan Al-Qur’an salah satu caranya.

Maka, perlu motivasi dalam diri mendekati atau keinginan akrab dengan Al-Qur’an dengan menyadari kemuliaan, kehormatan untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan.

 

Kita menyadari bahwa masih banyak yang belum bisa baca Al-Qur’an dengan baik, hal ini jangan sampai dibawa mati, jangan sampai kita malu di depan Allah SWT karena tidak bisa baca Al-Qur’an. Zaman sekarang sudah banyak yang menyediakan pelatihan secara langsung maupun digital untuk berapun usianya. Al-Qur’an seharusnya menjadi bagian dari diri kita untuk mengobrol dengan Allah SWT. Paham atau tidak tau maknanya, tetap punya efek positif pada fisik maupun kejiwaan.

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr Ayat 18)

 

– Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA.

pelatihan menulis nufi sidoarjo metode wafa

Perdana, Wafa Gelar Pelatihan Menulis Huruf Hijaiyah di SDIT Nurul Fikri Sidoarjo

Metode Wafa – Wafa bersama SDIT Nurul Fikri Sidoarjo (NUFI Sidoarjo) mengadakan Pelatihan Menulis Huruf Hijaiyah dengan pengajar khusus Drs. Ali Mustofa, penulis buku “Ayo Belajar Menulis Huruf Hijaiyah”. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan keterampilan para guru Al-Qur’an dalam menulis huruf hijaiyah sesuai kaidah yang benar. Sabtu (5/10/2024).

Pelatihan perdana ini diikuti oleh guru-guru Al-Qur’an dari SDIT Nurul Fikri, mulai dari SD (Sekolah Dasar), Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-Kanak (TK), hingga Daycare. Program ini juga direncanakan untuk diperluas ke sekolah-sekolah lain khususnya mitra Metode Wafa.

Buku “Ayo Menulis Huruf Hijaiyah” karya Drs. Ali Mustofa, yang terdiri dari 6 jilid, digunakan sebagai media utama dalam proses pembelajaran. Buku ini mengajarkan berbagai tingkatan penulisan huruf hijaiyah, mulai dari huruf tunggal, huruf bersambung (awal, tengah, dan akhir), hingga ayat-ayat Al-Qur’an serta kalimat thayyibah.

Ali Mustofa pelatihan menulis Wafa

Sebelum mengikuti pelatihan ini, saya merasa telah menyesatkan peserta didik. Sering keliru dalam mengajarkan penulisan huruf hijaiyah. Namun, setelah pelatihan ini, saya lebih paham cara menulis yang sesuai kaidah,” ujar salah satu guru SDIT Nurul Fikri yang juga peserta pelatihan, dengan tertawa saat memberikan ulasannya.

Para peserta mengakui manfaat besar dari pelatihan ini. Memang sebelum pelatihan menulis ini, guru-guru terbiasa mengajarkan sesuai dengan kemampuan dan pemahaman masing-masing. Beberapa di antaranya salah dalam memulai penulisan huruf dari atas atau kurang tepat dalam mengajarkan bentuk huruf sambung yang benar.

Pada sesi akhir pelatihan, dilakukan post-test oleh Drs. Ali Mustofa, dengan meminta peserta menulis kembali kalimat basmalah. Hasilnya menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam keterampilan menulis peserta dibanding pre-test.

Pelatihan ini memberikan hasil yang sesuai harapan. Kami belajar banyak dari pelatihan menulis perdana ini, kami jadi mengetahui dan memahami pola pelatihan menulis yang sesuai sebagai bahan pengembangan di pelatihan selanjutnya”, ujar Drs. Ali Mustofa setelah pelatihan berakhir.

Semoga pelatihan ini dapat terus meningkatkan kompetensi para guru Al-Qur’an serta mencetak generasi muda Indonesia yang lebih terampil dalam menulis huruf hijaiyah sesuai kaidah yang benar.

pria terburu-buru melihat jam tangan

Bagaimana Sikap Terburu-buru dalam Islam? Dari Bahaya hingga Dibenarkan

Terburu-buru atau tergesa-tergesa adalah sikap yang sering kali muncul dalam kehidupan sehari-hari. Sikap ini adalah kebiasaan yang tidak baik, karena tidak hanya menghambat diri menjadi orang yang lebih bijak, tetapi juga mendatangkan tubian musibah dan masalah. Sikap ini merupakan penyakit manusia yang berasal dari setan, karena Rasulullah SAW bersabda:

التَّأَنِّي مِنَ اللهِ، وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

Ketenangan datangnya dari Allah, sedangkan ketergesaan datangnya dari setan“. (Hadist Hasan – Baihaqi)

 

Bahaya Sikap Terburu-buru

Merenung sejenak betapa rugi dan tak nikmatnya sikap terburu-buru ini dalam sholat, dalam tilawah, dalam berdoa dan keinginan mendapatkan hasil dari doa, dalam berdzikir, saat makan, saat menyetir, maupun menanggapi pembicaraan orang lain. Sikap terburu-buru ini akan menghalangi kita dari ketenangan, kebijaksanaan, serta menempatkan kita pada resiko bahaya yang tidak perlu.

 

Terburu-buru juga Bisa Dibenarkan

Ada beberapa kondisi di mana syariat menganjurkan kita untuk segera bertindak, misalnya:

  • Berbuka puasa tepat waktu ketika adzan Maghrib berkumandang.
  • Menikah jika sudah memiliki syahwat serta kemampuan.
  • Membayar hutang saat mampu.

Dalam hal-hal ini, kecepatan dalam bertindak justru dianjurkan, namun tetap dalam kerangka aturan syariat.

 

Dampak Negatif dari Terburu-buru

Sikap terburu-buru yang sering terjadi terutama dalam urusan duniawi, seperti keingian untuk cepat menjadi kaya sehingga menghalalkan yang haram. Contohnya seperti berani korupsi, menipu, menyuap, menarik pungli, terlibat dalam riba, menjual barang haram. Semua ini hanya akan menghasilkan kekayaan yang tidak berkah dan menjauhkan kita dari kebahagiaan sejati.

 

Latihan untuk Menghindari kebiasaan Terburu-buru

Penting bagi kita untuk melatih diri, membiasakan secara perlahan-lahan untuk bersikap tenang dan menahan diri agar bisa lebih khusyuk dalam ibadah, lebih bijak dalam kehidupan sosial, lebih sehat rohani, juga secara intelektual hingga selamat dunia akhirat. Ada pepatah arab berkata:

من استعجل شيئا قبل أوانه عوقب بحرمانه

Siapa yang tergesa-gesa terhadap sesuatu sebelum waktunya, ia dihukum dengan tidak mendapatkannya.

 

Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak Aku akan memperlihatkan kepadamu (azab yang menjadi) tanda-tanda (kekuasaan)- Ku. Maka, janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya.” (QS. AL-ANBIYA’  : 37)

 

– K.H. Muhammad Shaleh Drehem, Lc. (@msdrehem)