Keberhasilan Murid

Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla walaa quwwata illabillahil itulah do’a yang selalu dipanjatkan Ibu Rahma ketika keluar dari rumah. Ia bergegas menghampiri kendaraan roda duanya untuk berangkat menuju sekolah tercintanya, sekolah Islam Terpadu Ihsanul Amal. Sudah hampir enam tahun ia mengabdikan dirinya di sana, cinta yang begitu dalam sudah tertaut di hatinya untuk Ihsanul Amal. Banyak pelajaran berharga yang ia dapatkan di sana, berbagai ilmu yang didapatkan, khususnya ilmu tentang keterampilan mengajar yang belum pernah ia dapatkan dibangku kuliah.

Bismillahi majriha wa mursaha, Bu Rahma mulai menjalankan kendaraan roda duanya. Dingin udara pagi menyelinap masuk ke pori-pori sendinya walaupun ia sudah mengenakan jaket kesayangannya. Jaket warna biru yang berlambangkan logo sekolah. Ia senang dengan jaket yang ia kenakan. Apalagi jaketnya berwarna biru muda, warna favorit Ibu Rahma.

Tepat pukul 08.00 pagi Bu Rahma sampai di sekolah. Jarak dari rumah dan sekolahnya kurang lebih menempuh perjalanan sekitar 35 menit. Lumayan jauh, namun  semangatnya untuk mengajar anak-anak tak pernah pudar, walaupun kadang hujan deras mengguyur bumi ketika ia berangkat ke sekolah. Ia bahagia karena diberi kesempatan untuk bisa berbagi dan mendidik anak-anak tercinta di sana.

Mentari pagi mulai menampakkan senyumnya, bersinar cerah, menandakan masih ada semangat pejuang walaupun tanpa kehadiran anak-anak saat ini. Suasana sekolah yang biasanya ramai kini berubah menjadi sunyi sepi tak ada lagi keramaian. Canda tawa anak-anak yang menyenangkan telah hilang, keseruan bermain mereka tidak Bu Rahma dengar lagi karena datangnya virus corona yang melanda dunia ini sehingga menyebabkan semuanya berubah. Anak-anak yang dulunya belajar di sekolah kita harus belajar di rumah dengan pembelajaran daring yang sangat terbatas untuk komunikasi.

Walaupun demikian, Ibu Rahma menyadari bahwa setiap musibah yang Allah berikan pasti ada banyak hikmah yang tersembunyi dibalik semua itu. “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya,….” 

Begitu halnya dengan corona, sebuah virus yang bisa mematikan manusia. Namun, Ibu Rahma sadar dengan adanya corona akan membuat ia semakin yakin akan kekuasaan Allah swt. Allah lah yang berkuasa atas kematian, kehidupan, dan hancurnya sebuah Negara. Dengan adanya corona juga mengajarkan ia agar tidak sombong dan lebih mendekatkan diri kepada Allah pemilik segala sesuatu.

Pukul 08.20 pagi, Ibu Rahma sudah bersiap untuk melaksanakan pembelajaran Al-Qur’an. Pembelajaran Al-Qur’an kini diadakan secara online karena belum memungkinkan untuk menghadirkan anak-anaknya di sekolah. Pembelajaran Al-Qur’an dilaksanakan via zoom walaupun kadang pembelajarannya kurang efektif karena kendala jaringan dan sebagainya. Walaupun pembelajaran ini sangat terbatas namun bisa sekedar melepas rasa rindu Ibu Rahma kepada anak didiknya.  Dan ia berharap anak-anak akan merasa bahagia.

Untung anak didiknya sudah mengenal Ibu Rahma sebelumnya saat di kelas 4 dan 5 jadi, keakraban diantara mereka sudah terjalin saat kini berada di kelas 6. Sudah dua tahun ini Ibu Rahma diamanahi mengajar Al-Qur’an pada jenjang kelas 6. 

Pukul 08.25, Ibu Rahma sudah membuka zoom meeting untuk anak-anak tercintanya. Lima menit lebih awal untuk mencek kesiapan anak-anak sebelum mulai belajar. Satu, dua anak sudah ada yang bergabung pada pembelajaran online via zoom.

“Assalamu’alaikum Dimas”. Sapa Bu Rahma  sambil tersenyum bahagia karena bisa melihat wajah muridnya walau hanya dari kotak kecil dari Hp Androidnya.

“Wa’alaikumussalam Bu.” Jawabnya Dimas agak malu-malu.

“Sudah sarapan pagi ananda Dimas?” 

“Sudah Bu, sarapan ayam goreng katanya dengan wajah senang”

“Alhamdulillah, Dimas sudah dikasih makanan enak oleh Allah” kata Bu Rahma

Dimas tersenyum senang dari kejauhan.

“Selamat bergabung juga ananda Raihan, gimana kabarnya nak?”

“Sehat bu”  Jawabnya.

“Sudah sarapan juga ananda Raihan?” Tanya Bu Rahma.

“Sudah Bu, sarapan telur dadar, saya sendiri bu yang masak” jelasnya.

‘Masya Allah, hebat ananda Raihan sudah bisa masak sendiri” Puji bu Rahma sambil mengacungkan dua jempolnya.

Setelah Bu Rahma menyapa anak didiknya satu persatu dan mengabsen pada lembar kehadiran, ada satu anak yang tidak hadir, yaitu ananda Nisa.  Ibu Rahma pun menanyakan kepada teman-temannya yang sudah hadir di zoom.

“Apakah ada yang tahu, ada apa dengan Nisa tidak hadir belajar online hari ini ?” Tanya ibu Rahma.

“Tidak tahu Bu” Jawab mereka bersahut-sahutan di media

“Barangkali Nisa sebelumnya ada mengirim pesan di whatsapp kepada teman-teman?” 

“Tidak ada Bu” Jawab Toni.

“Ya sudah sambil menunggu Nisa gabung kita mulai saja yaa pembelajaran Al-Qur’annya, mungkin nanti Ananda Nisa akan bergabung” kata Ibu Rahma.

“Setuju” Jawab anak-anak serentak

Ibu Rahma pun mempersilahkan salah satu siswa memimpin do’a mau belajar. 

“Saya Bu” Jawab Dimas sambil mengangkat tangan.

“Silahkan Dimas” kata Ibu Rahma mempersilahkan

Semua siswa membaca do’a mau belajar dengan khusuk walaupun tempat mereka yang berbeda-beda. Ada yang di kamar, ruang tamu, dan ada juga yang di teras rumah. Walaupun demikian, mereka belajar sangat antusias karena bisa bertemu teman-teman, saling menyapa lewat media sosial. Apalagi Ibu Rahma memulai pembelajaran dengan teki-teki yang membuat anak didiknya semakin antusias. Kemudian dilanjutkan pembelajaran tilawah Al Qur’an dan belajar buku tajwid dengan metode baca tiru, setelah Ibu Rahma mencontohkan kemudian ditirukan oleh anak didiknya.

Setelah pembelajaran selesai, Ibu Rahma mengingatkan anak didiknya  agar mereka  terus semakin giat belajar dan membaca Al-Qur’an.”Barang siapa yang membaca Al-Qur’an ketika di dunia maka nanti Al-Qur’an akan datang di akhirat sebagai pembela kepada pembacanya.” Kata Ibu Rahma.

Ibu Rahma melampaikan tangan kepada anak didiknya sambil mengucapkan salam kepada mereka.

“Sampai jumpa besok ya, semoga kita semuanya selalu sehat” Kata Ibu Rahma.

“Aamiin” Jawab anak-anak.

Ibu Rahma pun menutup zoom meetingnya dan ia segera mengirimkan pesan melalui whatsaps kepada orang tua Nisa. Ia menanyakan apa yang menyebabkan Nisa tidak ikut belajar hari ini.

Orang tuanyapun menyampaikan bahwa ananda Nisa akhir-akhir ini kecanduan bermain game online sehingga ia susah sekali disuruh untuk belajar mengaji dan salatnya pun juga sering bermalas-malasan.

“Kami sudah mengingatkan beberapa kali kepada anak kami namun sering perkataan kami tidak didengarkan.”Jelas  orang tuanya.

“Inggeh bunda, terima kasih atas informasi yang diberikan. Apakah Nisa sudah punya HP sendiri bunda?” Tanya Bu Rahma.

“Justru itu Bu Ustadzah, setelah dibelikan HP Nisa sering lupa waktu.” Kata Bundanya lagi.

“Boleh minta nomor HP Nisa Bunda.” Pinta Bu Rahma kepada Bunda Nisa.

Bunda Nisa pun dengan senang hati memberi nomor HP anaknya kepada Ibu Rahma dan ia berharap Ibu Rahma bisa memberikan nasehat agar anaknya bisa berubah.

Setelah mendapat informasi dari Bunda Ananda Nisa, Ibu Rahma segera menghubungi Ananda Ananda Nisa lewat video call dan menanyakan kabarnya dan apa yang menyebabkan ia tidak ikut belajar wafa hari ini.

“Saya lupa tadi bu.” Jawab Ananda Nisa dari seberang sana 

“Apa yang menyebabkan sehingga kamu bisa lupa nak?” Tanya Bu Rahma

“Tadi  main game Bu.”Jawab Nisa agak malu-malu.

“Asyik ya nak bermain gamenya?”Tanya Bu Rahma

“Nisa hanya senyum-senyum dan ia mengakui bahwa bermain game sangat asyik.

“Ananda Nisa, Ibu juga suka loo main game, tapi game Al-Qur’an dan menurut Ibu game Al-Qur’an ini sangat banyak manfaatnya, salah satunya bisa memperkuat hafalan dan yang lebih hebat dari itu nanti Al-Qur’an akan menjadi penolong buat Ibu dan keluarga.” Cerita Bu Rahma.

“Benarkah Bu?” Tanya Nisa penasaran dan ia kelihatannya tertarik dengan game Al-Qur’an yang diceritakan Bu Rahma tadi.

“Dimana Nisa bisa mendapatkannya bu?” Tanya Ananda Nisa lagi.

Bu Rahma tersenyum.”Ananda Nisa bisa mendapatkan game Al-Qur’an dengan download aplikasi puzzle susun ayat di play store.” Katanya pada Nisa.

“Ibu biasanya, kalau saat main game  Al-Qur’an tiba-tiba azan salat berkumandang, kira-kira apa ya nak yang akan ibu lakukan ?” Tanyanya Bu Rahma.

“Berwudhu lalu salat” Jawab Nisa sambil tersipu. Ia menyadari kalau selama ini ia sering menunda-nunda salatnya.

“Iya betul sekali nak” Kata Bu Rahma sambil acungkan jempol kepada Nisa.

“Kira-kira Ananda Nisa tahu tidak, kenapa jadi Ibu memilih salat daripada melanjutkan main game?” Tanya Bu Rahma lagi.

Nisa bergeleng-geleng kepala tanda ia belum tahu.

“Keduanya sama-sama kegiatan yang baik namun, salat lebih penting dari segalanya karena salata adalah amal yang pertama kAnanda Nisa dihisab di hari kiamat dibanding kebaikan-kebaikan lainnya. Salat diawal waktu adalah amal yang sangat besar pahalanya. Berbeda halnya dengan orang yang salat di akhir waktu dan suka bermalas-malasan. Ada seseorang wanita yang disiksa ketika ia meninggal dunia karena suka melambat-lambatkan salat saat hidup. Ketika itu kakak laki-lakinya ikut menguburkan jenazah wRahmata yang sebagai adiknya tadi. Secara tidak sengaja dompetnya terjatuh tanpa ia sadari. Sesampai di rumah ia baru menyadari kalau dompetnya tadi terjatuh di dalam liang kubur adiknya. Ia pun bergegas kembali menuju tempat pemakaman adiknya. Laki-laki tadi menggali kubur adiknya. Baru beberapa jengkal galian tiba-tiba tangannya merasa kepanasan karena kukusan api menyala dari kubur adiknya . Ia pun segara menarik tangannya mengurungkan niatnya untuk mengambil dompetnya yang terjatuh. Ia segera pulang ke rumah orang tuanya dan menceritakan kejadian yang telah terjadi barusan. Ia menanyakan kepada orang tuanya apa yang menyebabkan kubur adiknya demikian. Orang tuanyapun menjelaskan bahwa adiknya waktu hidup sering menunda-nunda salat dan bermalas-malasan melaksanakannya.” Jelas Ibu Rahma kepada Nisa.

Beberapa minggu kemudian orang tuanya memberi kabar kepada Ibu Rahma bahwa Ananda Nisa sudah mengurangi bermain game yang kurang manfaat, salatnya sudah tepat waktu dan berjama’ah, rajin mengaji dan muraja’ah di rumah. 

Ibu Rahma merasa senang mendengar kabar tersebut. Ananda Nisa juga selalu hadir di pembelajaran wafa via zoom dan bahkan ia paling semangat dari teman-temannya yang lain. Ketika pembelajaran via online ini Ibu Rahma juga selalu menanyakan tentang salat, tilawah, tahfizh dan muraja’ah sehingga membuat anak-anaknya semangat terlebih kepada  Nisa.

Setelah dua bulan berlalu, peraturan pemerintah mengizinkan pembelajaran di sekolah namun harus bershif. Di kelas 6 A Bengkulu jumlah siswanya ada 33 jadi dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di sekolah selama 1 minggu. Minggu kedua kelompok 2, dan minggu ketiga kelompok 3.

Ibu Rahma sangat senang mendengar siswanya diperbolehkan untuk belajar di sekolah karena akan dapat memudahkan dalam proses pembelajaran bisa langsung bertatap muka. Di hari pertama turun ke sekolah anak-anak sangat bahagia karena  bisa berjumpa dengan teman-teman, guru dan juga sekolah mereka yang mereka cinta. Mereka dapat melepas kerinduan itu semua. Begitu halnya dengan Nisa ia yang paling semangat, ia orang yang  paling awal datang ke sekolah yang kebetulan ia mendapat jadwal turun ke sekolah di kelompok 1 di minggu pertama dibulan Oktober. 

Anak-anak begitu sangat bahagia dan pembelajaran Al-Qur’an hari itu sangat menyenangkan bagi mereka. Bisa menghafal dan muraja’ah bersama teman-teman di kelas.  Ibu Rahma mengingatkan anak didiknya yang sudah tiba di sekolah untuk mencuci tangan sebelum masuk kelas dan berwudhu bagi yang batal wudhunya saat sampai ke sekolah. Biasanya anak-anak sudah terbiasa berwudhu dari rumah.

Setelah anak-anak masuk ke kelas, Ibu Rahma juga mengingatkan mereka untuk tilawah Al-Qur’an sebanyak satu halaman masing-masing. Sebelum anak-anak melaksanakan kebiasaan tilawahnya Ibu Rahma pun juga melaksanakan tilawah di depan anak-anaknya maupun tidak di depan mereka. Ibu Rahma juga melaksanakan tilawah Al-Qur’an 1 hari 1 juz (one day one juz).  Ia memberikan keteladanan agar anak-anaknya semakin cinta Al-Qur’an yang ia mulai dari diri sendiri sebelum ia perintahkan kepada anak didiknya. Setelah ia tilawah pagi hari dikelas baru ia berkeliling menyimak bacaan anak didiknya sambil membetulkan jika ada terjadi kekeliruan bacaan.

Ibu Rahma juga selalu memberikan motivasi Qur’ani  kepada anak didiknya agar mereka terus selalu bersemangat membaca dan menghafal Al-Qur’an. “Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama malaikat yang mulia dan senantiasa taat kepada Allah. Adapun yang membaca Al-Qur’an dan terbata-bata dan sulit atas bacaanya maka baginya dua pahala.” Kata Ibu Rahma kepada anak didiknya.

“Dua pahala itu apa Bu?” Tanya Nisa mengacungkan tangan kepada ibu Rahma.

“Dua pahala itu adalah pahala membacanya dan pahala capeknya ia membaca.” Kata Ibu Rahma kepada  Nisa dan teman-temannya.

Mereka semakin semangat membaca Al-Qur’annya.

Beberapa bulan kemudian, tak terasa waktu berlalu. Tepat dibulan April siswa kelas 6 akan mengadakan perpisahan. Perpisahan dengan guru dan teman-temanya. Mereka akan meninggalkan sekolah tercinta mereka dan akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Haru rasanya berpisah dengan guru dan teman-teman yang mereka cintai. Namun perpisahan kali ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Yang dulunya diadakan sangat meriah di sekolah dihadiri semua guru, orang tua,  dan tamu undangan. Kini saat ini hanya diadakan secara online lewat zoom. Hanya murid-murid yang meraih prestasi yang diizinkan datang ke sekolah untuk mendapat penghargaan.

Ada 5 anak yang berprestasi dalam bidang Al-Qur’an. Salah satunya adalah Nisa. Ia termasuk anak yang memperoleh hafalan 5 juz. Orang tuanya sangat senang dan bangga atas prestasi Ananda Nisa. Orang tuanya menangis haru, tak disangka Nisa bisa meraih hal demikian. Dulu Nisa sangat sulit disuruh menghafal dan tilawah. Ia suka bermalas-malasan dan tidak bisa menggunakan waktunya dengan baik.

Ibu Rahma tersenyum bahagia melihat anak didiknya bisa membuat orang tuanya bangga dengan prestasinya.”Semoga engkau bisa memberikan kebanggaan untuk orang tua dan keluarga tercinta di akhirat kelak ya nak.” Doa Bu Rahma dalam hati.

“Acara berikutnya penyerahan hadiah kepada siswa berprestasi” kata pembawa acara pepisahahan hari ini.

Ibu Rahma diminta untuk menyerahkan hadiah dan piagam penghargaan kepada ananda Ananda Nisa dan 4 anak lainnya. Ia mengucapkan selamat kepada mereka yang berprestasi.

Setelah penyerahkan hadiah. Bunda Nisa memeluk Ibu Rahma dan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepadanya karena telah membimbing Nisa sehingga ia bisa meraih prestasinya.  Ibu Rahma ikut terharu bahagia. 

Setelah acara perpisahan selesai. Ibu Rahma mendapat pesan di whatsapp dari Nisa berupa sebuah puisi.

Terima kasih telah mengajariku

Terima kasih telah meluangkan waktumu untukku

Terima kasih telah bisa membuatku berada dititik ini

Terima kasih atas semua jasamu

 

Maafkan aku kalau selama ini banyak melakukan kesalahan

Maafkan aku kalau banyak membuatmu kesal

Maafkan aku kalau selalu merepotkanmu

Maafkan aku jika sikap dan kata-kataku kurang sopan

Maafkan aku jika telah mengecawakanmu wahai guruku

Maafkan aku jika tidak pernah memberimu kado, tapi aku hanya bisa memberikan doa

 

Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan sebaik-baiknya

Semoga Allah memasukkanmu ke surga-Nya

Sebanyak apapun kata-kataku tak akan mampu melukiskan jasamu

Sebanyak apapun kata-kataku tak akan mampu melukiskan rasa terima kasihku

Sebanyak apapun kata-kataku tak akan mampu melukiskan rasa bersalahku

Sebanyak apapun perbuatanku tak  akan mampu membalas jasamu

 

Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membuatmu bangga

Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk mempertahankan ilmu yang telah kau ajarkan

 

Thanks you so much and I Love you guruku 

 

Tangis haru bahagia Bu Rahma setelah membaca  puisi cinta dari muridnya. Doa terbaik ia panjatkan untuk semua anak muridnya agar menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat. Menjadi kebanggan untuk keluarga, orang-orang tercinta, bangsa dan negara.

_
Penulis : Syahriati, S.Pd.I. – SDIT Ihsanul Amal

Bintang dan Penyesalan

Antrian dihari pertama pendaftaran KKN UIN Antasari Banjarmasin semester Genap hari itu padat merayap. Jam baru menunjukkan pukul 08.15 WIT. Mahasiswa berkerumun untuk mendaftar dihari itu. Tidak terkecuali juga denganku, Abdul Latif, seorang mahasiswa Jurusan Bahasa Arab semester 7 UIN Antasari Banjarmasin. Tak ada yang spesial dariku, kuliah seperti biasa, rutinitas seperti biasa, dalam fikiranku juga beranggapan bahwa aku pun salah masuk jurusan. Tapi aku selalu bisa melewati hari-hariku dengan baik. Aku sangat antusias mendaftar pada hari itu dan tiba saatnya untuk aku pulang kampung terlebih dahulu sebelum pergi KKN. 

Tiga hari sebelum keberangkatan, aku mendapat kabar yang tidak pernah terpikir sebelumnya, Ibuku divonis mengidap rumor ganas di leher. Kabar itu ibarat hujan dipanas terik matahari, pikiranku berkecamuk, dilema kian membayangi. Aku yang merupakan bungsu dari 7 bersaudara itu merasa terpukul atas apa yang terjadi pada ibuku itu. Saudara-saudaraku yang lain sudah berkeluarga dan tinggal cukup jauh dari kediaman ibunya dan sulit untuk terus membersamai kata mereka kepada ibunya. Entah itu merupakan alasan atau bukan, aku sedikit risih mendengarnya.

Dua hari sebelum keberangkatan, teman-temanku sudah packing barang-barang sebelum berangkat KKN yang kebetulan pada semester ini, lokasi pengabdiannya yaitu di daerah Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Entah ini kebetulan atau tidak, tempat ini sangat jauh dari tempat tinggal sekarang dan tentunya dipikiranku sekarang apakah bisakah aku melanjutkan program KKN disaat ibu dalam keadaan seperti itu. Pertanyaan yang timbul dipikiranku adalah apakah aku harus lanjut atau membersamai ibuku untuk sekarang ini.

Ibu adalah cinta pertama anak laki-laki. Ibuku seorang wanita yang tangguh, suka bicara, baik dan lain-lain. Mungkin kalau ditanya kepada siapa saja tentang apa saja kebaikan ibumu, pastinya tak akan cukup untuk disebutkan semuanya. Kebanyakan anak laki-laki lebih akrab kepada ibunya dibandingkan ke ayahnya. Begitu juga denganku, sedikit mengenang tentang Almarhum ayahku, beliau seorang guru Madrasah Ibtidaiyah yang bertempat kurang lebih 4 Km dari tempat tinggalku, beliau sedikit keras dan tentunya keren. Ayahku meninggal ketika aku baru kelas 1 Aliyah, tepatnya di tahun 2010 silam. Tak banyak kenangan yang terukir bersama ayah, selain dimarahi karena lama mandi di sungai bersama teman, dimarahi karena lama bermain dirumah tetangga dan mungkin lebih banyak waktu bersama ayah itu membuat aku mengerti akan pentingnya kedisiplinan ya. Sungguh masa-masa yang sangat menyenangkan bagiku.

Kembali ke topik utama, setelah memikirkan beberapa pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk menunda dulu kegiatan kuliahku di semester itu. Karena aku berpikir bahwa berbakti dan merawat orang tua khususnya ibu adalah kesempatan yang tak akan terulang kembali. Tetapi kalau melanjutkan pendidikan insya Allah kalau Allah memberi jalan maka akan bisa dilanjutkan nanti. Semua akan indah pada waktu asal dijalani dengan kesabaran dan keikhlasan. Dan harapanku saat itu semoga ibuku cepat sehat dan bisa beraktifitas kembali seperti biasanya.

Dua minggu berlalu, ternyata penyakit yang diderita ibuku rupanya semakin parah. Tiap malam beliau merasakan sakit yang amat sangat. Beberapa malam dilalui dengan penuh kesakitan. Namun ibuku tetap sabar menahan semua itu. Aku tetap berada disamping beliau dan mengurus segala keperluan beliau. Disitu aku sedikit menyadari dan merasa yakin atas keputusanku ini. Waktu merawat dan membersamai orang tua kita tidak bisa terulang untuk kedua kalinya, jadi raih kenangan yang indah bersama orang tua mu, kesempatan tidak datang dua kali. Seperti Umar bin Khattab pernah mengatakan “Engkau merawat ibumu sambil menunggu kematiannya sementara ibumu merawatmu sambil mengharap kehidupanmu dan kebahagiaanmu”. 

Ibuku tak ingin berobat dirumah sakit, mengingat biaya operasi juga yang tak sedikit untuk dijalani. Jadi bentuk ikhtiar yang dijalani adalah menjalani pengobatan tradisional. Aku akhirnya berada difase dimana melihat keadaan ibuku ketika diawal-awal sakit yang masih bisa berjalan sampai akhirnya beliau hanya bisa terbaring dikasur akibat tumor ganas yang diderita beiau itu. Aku berada 24 jam disamping beliau, mengurus makan beliau sampai ketika beliau ingin mandi. Aku sempat berpikir kenapa ini bisa terjadi. Perkuliahan yang mulai ku jalani beberapa tahun yang lalu, dan kini mengalami peristiwa yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya. Dan aku sadar bahwa memang manusia merancang sesuatu dengan cita-cita, tapi Allah merancang dengan cinta. Kita hanya bersabar dan bertawakal kepada-Nya.

Tiga bulan berlalu, disekian ikhtiar yang sudah dijalani selama ini untuk mengharap kesembuhan akhirnya disanggah oleh Allah. Ibuku ternyata dipanggil ke hadirat-Nya. Di akhir hayat beliau, kulihat ibuku tak pernah setetes pun mengeluarkan air mata ketika mengalami kesakitan yang amat sangat. Itu memberiku pelajaran bahwa seberat apapun cobaan yang Allah berikan, jangan pernah kau tampakkan di hadapan manusia lainnya. Karena manusia yang lain juga mendapatkan cobaan yang mungkin lebih berat dari kita. Lebih baik kita hanya mengadu kepada Allah dan berharap apapun cobaan yang kita alami, itu merupakan sebab digugurkannya dosa bagi kita. Ibu memang wanita terkuat yang pernah kukenal. Dan akupun berada disamping beliau disaat nafas terakhirnya dihembuskan. 

Penyesalan selau dialami oleh manusia, seperfeksionis nya seseorangpun pasti selalu ada yang terlewatkan dan menimbulkan penyesalan didalamnya. Aku teringat segala macam kebodohanku yang menyebabkan hati ibuku terluka. Tapi dengan mengalami kejadian selama tiga bulan terakhir itu dapat sedikit mengurangi rasa penyesalan atas perbuatanku dimasa lalu dan insya Allah akan berdampak pada kehidupannku dimasa yang akan datang. Walaupun kita tak akan bisa membalas segala kebaikan yang pernah seorang ibu kepada kita walaupun hanya dengan sekali teriakan waktu melahirkan kita kedunia.

Setelah itu aku melanjutkan studi dan lebih mendalami Al-Qur’an. Dan kini aku mengabdi disalah satu SMP Islam Terpadu yang ada di Tabalong, Kalimantan Selatan. Redaksi “penyesalan” dalam Al-Qur’an yakni : “Yaa Laitanii” dan “Yaa Laitana”. Berbagai macam bentuk penyesalan digambarkan didalam Al-Qur’an. Penyesalan berdampak besar dalam kehidupan, jangan sampai kita salah dalam memilih prioritas. Pendidikan memang penting tapi akhlak dan baktimu kepada orang tua mu jauh lebih penting.  Pangkat yang ingin kau raih memang penting tapi berkat dari orang tua mu jauh lebih penting. 

Aku berpikir rasa Penyesalan yang kurasakan dulu tak ubahnya seperti cahaya bintang yang merupakan kilasan cahaya dari masa lalu. Mengapa demikian, ketika kita melihat benda di angkasa, kita sedang melihat ke masa lalu. Bisa saja kita sedang melihat bintang yang sebenarnya sudah tidak ada. Kita bisa melihat bintang itu karena kita baru saja menerima cahaya yang menjelajah dari bintang tersebut di masa lalu dan baru tiba sekarang. Maknanya apa, penyesalan itu seperti bintang, perbuatan kita dimasa lalu ibarat cahaya yang akan dirasakan dampaknya dikemudian hari. Sayangi orangtua mu khususnya ibu apalagi kalau beliau sudah di usia senjanya, kau boleh saja menjelajahi isi dunia, tapi ingat baktimu kepada mereka berdua. Jangan sampai penyesalan membayangi seumur hidupmu ketika mereka sudah disisi Allah.

_
Penulis : Abdul Latif – Yayasan Ashabul Kahfi Tabalong

Melangkah Bersama Wafa

Lebih dari 7 tahun yang lalu, seorang laki-laki berusia 22 tahun bersuku batak, datang dari ibukota, Jakarta. Bersama 5 teman semasa kuliahnya menapakkan langkah kaki di tanah melayu, Gurindam kota tercinta, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Laki-laki tersebut bernama Muhammad Anshori Daulay. Biasa dipanggil Ustadz Anshori. Berlatar belakang pendidikan syari’ah, pernah belajar dan menyelesaikan pendidikan S1 di Ma’had Aly An-Nu’aimy Jakarta dan mengabdi serta menyelesaikan hafalan Al-qur’an 30 juz di Ma’had Al-Jandal Bekasi. 

Atas izin Allah SWT. Pertengahan tahun 2014 beliau mulai bergabung di SDIT (Sekolah  Dasar Islam Terpadu) As-Sakinah Tanjungpinang. Menjadi seorang tenaga pendidik, seorang guru Al-Qur’an. Beradaptasi dengan lingkungan yang baru bukanlah hal yang mudah bagi beliau. Sebulan pertama mengajar terbesit dalam hati beliau untuk mencukupkan kontrak mengajar disini dalam rentang waktu 1 tahun, yang kelak akan dijadikannya pengalaman perdana dalam dunia kerja. Namun, Allah SWT Maha Baik. Setelah satu tahun menjadi bagian dari keluarga besar SDIT As-Sakinah ternyata cukup beliau nikmati dan cukup menyenangkan. Hingga ditahun kedua dan seterusnya beliau melanjutkan kontrak mengajar disini. 

Pada tahun 2015 Allah izinkan beliau menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti pelatihan Al-Qur’an metode Wafa di Kota Pahlawan, Surabaya. SDIT As-Sakinah menjadi wasilah beliau mengenal salah satu metode pendidikan Al-Qur’an, yaitu Wafa. Pada pelatihan tersebut, menjadi awal beliau mengenal Wafa dan mempelajari  Al-qur’an dengan metode otak kanan yang komperhensif, mudah, dan menyenangkan. Berbekal secercah ilmu dari kota Surabaya tersebut mendorongnya untuk membagikan ilmu yang sudah diperoleh dengan memperkenalkan Wafa dan menerapkan pembelajaran Al-Qur’an dengan metode otak kanan kepada seluruh peserta didik, rekan- rekan guru serta orangtua/wali murid. 

Berawal dari tugas mengajar sebagai guru Al-Qur’an dan kemudian beliau pernah diamanahkan menjadi koordinator Al-Qur’an SDIT As-Sakinah serta saat ini beliau mengemban amanah sebagai Kepala Bidang BPI (Bina Pribadi Islam) dan Al-Qur’an Yayasan Bina Insan Sakinah maka beliau berusaha untuk selalu upgrade diri dalam ilmu terutama dalam hal belajar dan mengajarkan Al-Qur’an, mengelola kelompok belajar peserta didik serta mengelola kelompok guru. Dengan adanya pendampingan dari Wafa pusat, beliau semakin bersemangat dalam mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an. Metode Wafa sangat mudah diterima oleh seluruh kalangan. Dengan menggunakan metode Wafa mempermudah beliau dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada seluruh peserta didik dilingkungan sekolah dalam pembelajaran Al-Qur’an dan juga di sambut  baik dilingkungan masyarakat. 

Mulai dari lingkungan tempat tinggal. Alhamdulillah beliau tinggal di Perumahan THI (Taman Harapan Indah). Masjid As-Sakinah berada dalam perumahan ini  yang mayoritas warganya sangat semangat dalam menuntut ilmu. Terutama dalam ilmu agama khususnya dalam belajar Al-Qur’an. Beliau mengajar mengaji, mensyi’arkan metode pendidikan Al-Qur’an Wafa kepada jama’ah masjid As-Sakinah dengan bentuk kegiatan mengaji rutin setiap hari Selasa dan Sabtu ba’da shalat shubuh. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak 4 bulan setelah beliau menikah. Sekitar pertengahan tahun 2018 agenda ini mulai berjalan. Awal mula beliau mengajar mengaji ada beberapa jama’ah yang memang buta huruf, tidak memperhatikan panjang pendek serta tidak paham tentang hukum tajwid. Beliau dengan sabar mendampingi dan membimbing dalam belajar Al-Qur’an. Untuk menghafal mereka memulai dari juz 30 yaitu surat An-Naba’ dan sekarang alhamdulillah sudah sampai surat Al-Lail. Tentu bukanlah hal yang mudah untuk mentalaqqy ayat demi ayat kepada jama’ah yang bisa dikategorikan dari segi umur sudah lanjut usia, namun dengan konsistensi dan kemauan yang besar semua berjalan dengan penuh hikmat, perjuangan dan kesungguhan. Mengajar mengaji sudah menjadi bagian hidup beliau, sehingga sangat beliau nikmati. Dengan melihat perkembangan kemampuan jama’ah yang awalnya tidak bisa mengaji menjadi bisa, menjadi kesenangan tersendiri untuk beliau. Kini, sudah memasuki tahun ke-3 kegiatan ini berlangsung rutin yang diikuti oleh jama’ah masjid dengan rentang usia 40-60 tahun dengan jumlah peserta sekitar 15-20 jama’ah laki-laki. Belajar Al-qur’an mulai dari tahsin, tajwid, ghorib, lengkap dengan sifat huruf serta hafalan juz 30 dengan nada hijaz. 

Mengajar mengaji dengan pembelajaran Al-Qur’an metode Wafa yang beliau syi’arkan tidak hanya diminati oleh kaum laki-laki saja. Namun juga pembelajaran Wafa diminati dikalangan ibu-ibu dengan rentang usia 25-50 tahun. Kegiatan rutin ini dilaksanakan di masjid yang sama dengan jdwal yang berbeda. Kegiatan ini rutin dilaksanakan pada hari sabtu ba’da shalat dzuhur. Dengan adanya kegiatan ini lahirlah sebuah Komunitas 30 yang disingkat menjadi “K30”. Kegiatan mengaji di masjid ini sempat berhenti beberapa bulan dikarenakan wabah corona yang semakin merajalela. Untuk menjaga keselamatan bersama maka kegiatan mengaji dihentikan untuk sementara waktu. Pembelajaran secara online juga belum memunginkan dilaksanakan karena mengingat bahwa mayoritas peserta ngaji adalah orangtua yang sudah lanjut usia. Tibalah pada suatu waktu dimana semangat dalam belajar jama’ah tak bisa dibendung lagi dan kondisipun sudah mulai membaik maka dengan tetap menjaga protokol kesehatan kegiatan mengaji di masjid kembali dilaksanakan.

Berbekal ilmu yang beliau miliki, pengalaman mengajar serta ditambah dengan pendampingan dari Wafa membuat beliau mengajar Al-Qur’an mulai dari sekolah, masjid dan lingkungan masyarakat dengan waktu ba’da subuh, yaitu sebelum terbit matahari. Begitu juga jadwal mengajar siang hari, saat matahari tepat berada diatas kepala. Bahkan hingga malam hari beliau mengajarkan Al-Qur’an tidak sedikitpun membuat beliau bosan dan mengeluh dengan aktivitas yang beliau lakukan. Terkadang dengan kondisi cuaca yang tidak bisa diperkirakan, rintik-rintik gerimis yang membasahi atau bahkan hujan lebat yang mengguyur sekalipun tetap ia pergi untuk mengajar. Karena ia tahu bahwa banyak orang yang semangat untuk mengaji dan banyak orang yang menunggu kehadiran beliau. Jika jadwal mengaji dimasjid maka ia akan berjalan kaki pergi dengan sebuah payung. Begitu pula jika jadwal mengaji di luar lingkungan perumahan maka ia akan mengendarai sepeda motor lengkap dengan jas hujan agar tetap biasa pergi mengajar mengaji. Dengan mengajar beliau merasa sangat senang dan yang beliau harapkan hanyalah Ridho dari Allah SWT. Beliau terus berdo’a agar setiap bertambahnya umur semoga semakin bertambah pulalah keberkahan. Setiap langkah kaki yang beliau langkahkan terhitung pundi-pundi pahala sebagai bekal akhirat dan juga tentunya  beliau berharap dengan ilmu yang beliau miliki bisa bermanfaat untuk umat.

Semakin mulai berkembangnya metode Wafa di Tanjungpinang, metode Wafa menjadi tidak asing lagi dikalangan masyarakat. Permintaan kepada beliau untuk mengajar mengaji terus berdatangan. Forum Kajian Mubaligh Tanjungpinang juga tidak mau ketinggalan dalam belajar Al-Qur’an. Jadwal rutin forum kajian mubaligh dalam belajar Al-Qur’an dengan beliau yaitu setiap hari Selasa ba’da shalat isya. Dihadiri dengan jumlah peserta lebih dari 10 dengan beragam jenjang usia. Ada yang masih muda dan juga ada yang sudah cukup berumur. Semua belajar dengan penuh semangat meskipun waktu belajarnya dimalam hari. Begitu juga dengan Majelis ta’lim ibu-ibu yang sebelum pandemi rutin dilaksanakan 2x sebulan di Masjid Nurul Ikhwan Tanjungpinang. Dengan hal ini tampak bahwa Wafa tidak hanya diminati dari kalangan anak anak saja disekolah, namun juga kalangan orangtua. Baik laki-laki maupun perempuan. Dengan tersampaikannya pendidikan Al-Qur’an kepada orangtua, beliau berharap sistem pendidikan Al-Qur’an tidak hanya dibebankan kepada guru Al-Qur’an yang mengajar di sekolah namun  juga dengan pengenalan Wafa kepada orangtua sehingga mampu bersinergi dengan pihak sekolah dalam mendampingi dan membimbing peserta didik belajar Al-Qur’an di rumah.

Pada tanggal 22 Juli 2021 beliau mengikuti “Sukses Munaqosyah Guru Al-Qur’an”. Munaqosyah dilaksanakan pukul 08.00 WIB secara virtual dan langsung diuji oleh penjamin mutu Wafa, yaitu Ustadz Mashuda. Beliau sangat antusias mengikuti munaqosyah dan menyerahkan hasil munaqosyah tersebut sepenuhnya kepada Allah SWT. Pada tanggal 29 Juli 2021 beliau memperoleh hasil munaqoyah tilawah guru Al-Qur’an metode Wafa dengan keterangan “Mumtadz”. Beliau sangat senang sekali dan bersyukur kepada Allah SWT atas prestasi yang beliau peroleh. Tentu dengan capaian yang beliau peroleh menambah semangat beliau untuk terus berjuang menjadikan sekolah-sekolah dibawah naungan Yayasan Bina Insan Sakinah menjadi sekolah-sekolah yang terjamin mutu pembelajaran Al-Qur’annya. 

Kesibukan beliau dalam mengajar peserta didik disekolah, pertemuan orangtua/wali murid, jama’ah masjid, majlis ta’lim, forum kajian mubaligh, komunitas2 di Tanjungpinang disambut baik dan diminati semua kalangan.  Semakin diminati pembelajaran Al-quran semakin bersemangat pula beliau menebarkan kebermanfaatannya. Dengan padatnya agenda beliau dalam mengajarkan Al-Qur’an tidak turut serta mengurangi intensitas beliau dalam membimbing dan membersamai keluarganya dirumah. Istri beliau bernama Istiqamah. Istri beliau juga merupakan salah satu guru Al-Qur’an di SDIT Ar-Refah Tanjungpinang. Mereka sudah dikaruniai sepasang buah hati yang masih batita. Meskipun mereka merupakan guru Al-Qur’an disekolah, dengan kesibukan mengajar Al-Qur’an disekolah namun mereka tetap bisa membagi waktu untuk keluarganya dirumah. Menjadikan anak-anak mereka kelak generasi yang mencintai Al-Qur’an, mampu mambaca Al-Qur’an dengan baik, memahami isi Al-Qur’an, berakhlak qur’ani dan mencetak generasi qur’an mulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga. Keluarga qur’ani, keluarga Impian.

Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan umur. Dimudahkan segala aktivitas dalam mengajarkan Al-Qur’an baik di sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Semoga Allah jadikan keluarga beliau Ahlul Qur’an, menjadikan istri, anak, dan seluruh keluarga beliau hafidz/ah yang mutqin/ah. Semangat beliau, jiddiyah, tadhiyah, dan mujahadah beliau dalam belajar dan mengajar mengaji serta setiap tetes demi tetes keringat beliau yang mengalir dalam belajar dan mengajarkan Al-Qur’an sejak dulu, hingga kini terus beliau jalankan bernilai pahala disisi Allah SWT. Semoga nanti, dikemudian hari bisa membangun generasi peradaban masyarakat qur’ani Indonesia. Alahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Walillahilham.

_
Penulis : Istiqamah – SDIT Ar Refah Tanjungpinang

Menebar Pesan Cinta Al-Qur’an dengan Aplikasi Tik Tok Dalam Pembelajaran Wafa Selama Masa Pandemi

Bismillahirrahmanirrahim… 

 Ini adalah sepenggal  kisah yang saya tuangakan dalam sebuah tulisan tentang semangat mengajar Al-Qur’an dimasa pandemi covid-19. Yaa pandemi yang Batas Akhirnya tidak dapat diprediksi kapan selesai. Sudah hampir 2 tahun pandemi covid-19 ini melanda negeri kita Tercinta Indonesia. Allah SWT hari ini memberikan ujian kepada seluruh ummat manusia tanpa terkecuali, Allah ingin melihat seberapa besar tingkat keimanan dan ketakwaan serta Kesabaran kita kepada Allah SWT dari apa yang Allah SWT ujikan kepada kita, baik sebelum memasuki lebih jauh cerita pengalaman pembelajaran saya dimasa pandemi yang saya terapkan, sebagai wawasan dan tambahan untuk ilmu kita, saya akan menjelaskan beberapa hal terlebih dahulu tentang Pandemi Yang kita Hadapi sampai hari ini.

Pandemi menurut WHO (World Health Organisation), dinyatakan bahwa wabah penyakit baru menyebar diseluruh dunia melampaui batas. Pendapat lain yang dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknai sebagai wabah yang menjangkit serempak dimana-mana, melampaui daerah geografis yang luas. Nah kini pandemi penyakit baru telah melanda seluruh negara yang ada di Dunia. Tidak terkecuali di Negeri kita tercinta yakni Indonesia. Pandemi ini bernama covid-19. Yang awal kemunculan di Indonesia sekitar bulan Maret 2020 lalu. Banyak orang tidak menyangka akan kemunculan virus covid-19 ini bisa menyebar sangat cepat dan sangat luas di Indonesia.

Pemerintah menganggap penyakit ini membahayakan, dalam waktu yang sangat cepat konfirmasi positif dan jumlah korban meninggal dunia semakin bertambah. Dalam satu setengah tahun ini saja, per Tanggal 16 Agustus 2021 jumlah konfirmasi positif mencapai 3.854.354 jiwa dan kasus meninggal dunia 117.588 jiwa. Data ini diambil dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Akhirnya dari awal terjadinya konfimasi positif yang semakin banyak, pemerintah segera merespon dengan cepat dan segera mengambil keputusan terutama dibidang pendidikan, dengan menerapkan pembelajaran jarak jauh untuk semua tingkat pendidikan dari Sekolah dasar sampai Perguruan tinggi. Pemerintah juga sekaligus menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan berubah kembali Istilah yang digunakan hari ini ialah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) semua ini dilakukan untuk menekan penularan covid- 19. Implementasi pembelajaran jarak jauh yang di terapkan pemerintah yakni pembelajaran dengan menggunakan teknologi internet, HP, laptop Televisi dan alat lainnya  sebagai Alternatif Pengganti pembelajaran tatap Muka.

Alhamdulillah selama masa pandemi melanda, selama Masa PSBB/PPKM diterapkan oleh Pemerintah,  saya  selaku  Pengajar Al-Qur’an disalah satu Sekolah swasta di  Kota kecil bernama Probolinggo yakni SMPIT Permata Kraksaan. Sekolah kami dalam pembelajaran Al-Qur’an menggunakan metode yang menarik hati bagi pengajar dan anak didik yang selalu memberikan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran Al –Qur’an sehingga tidak Ada bosannya kami sebagai pendidik selalu mengupgrade diri dalam pembelajaran Al-Qur’an, yaa.. tak lain metode yang kami gunakan yakni metode Wafa. Awalnya dengan adanya pembatasan pembelajaran yang terjadi seperti saat ini, membuat kami dewan guru tim pengajar Wafa dibuat kebingungan mencari solusi bagaimana kalam-kalam Allah SWT Al-Qur’an yang biasanya kita berikan kepada peserta didik setiap hari kita bertemu dengan tatap muka di sekolah Tetap tersampaikan dengan baik kepada anak anak didik kita Tercinta yang sedang belajar di rumah. 

Ya..akhirnya keputusan yang kami pilih awalnya kebijakan pembelajaran jarak jauh yakni  menggunakan Media whats aap untuk bisa menyampaikan pembelajaran Wafa dengan cara Voice Note dan memvideo call siswa yang ada di rumah. sering juga kami manfaatkan aplikasi ZOOM untuk Pertemuan dengan skala Besar. Tidak dipungkiri memang sangat membosankan pembelajaran seperti Ini, yang biasanya kita langsung bercengkrama dengan Peserta didik namun hari ini hal itu tidak dapat dilakukan. Pembelajaran menggunakan aplikasai Whats app dan Zoom seperti ini Berjalan cukup lama disekolah kami, yang akhirnya timbul dalam benak saya memanfaatkan aplikasi yang kekinian yang sangat disukai oleh kalangan anak muda Yakni Aplikasi TIK-TOK. Mengapa aplikasi tik-tok yang saya pilih dalam salah satu media Belajar? Alasanya Tak lain ialah pertama Untuk para remaja kaum milenial saat ini siapa sih yang tak mengenal dengan aplikasi tik–tok. Hampir semua remaja siswa milenial saat ini terutama siswa di sekolah tempat saya mengajar tahu dan faham cara pemakaian aplikasi tik-tok ini.  Memang Aplikasii tik-tok yang keluar pertama tahun 2016 ini dalam sepemahaman saya, banyak orang yang memandang Negatif aplikasi ini karena kurang berfaedah. Contoh seperti vidio lawakan, Musik non Islami ,vidio berjoget dan banyak lagi video lainnya yang kurang bermanfaat. Ada juga sih video yang bagus dan layak untuk ditonton tapi video tersebut kalah tranding dengan video yang saya sebutkan diatas.

Nah dari situlah saya ingin merubah pemikiran Negatif tadi menjadi hal-hal yang positif yang banyak bermanfaat untuk orang banyak. Jalan salah satunya yakni membuat konten pembelajaran yang kreatif mengenai pembelajaran Al-Qur’an Menggunakan Aplikasi Tik-tok, sehingga harapan besar kami, video yang kami buat dengan anak didik bisa ditonton orang banyak oleh semua kalangan terutama kaum melenial saat Ini, yang miris rasanya memang banyak anak muda yang mana mereka tidak mampu membaca melafalkan Al Qur’an. Padahal Negeri kita ini mayoritas adalah muslim, trus bagaimana kita nanti mempertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT sebagai orang yang mampu menyebarluaskan ilmu Al-Qur’an namun kita tidak melakukan apa-apa. Harus ada langkah nyata sebagai pendidik selain mencerdaskan Anak didik kita sendiri dalam Memahami Al-Qur’an yakni tugas lain juga menyebarkan Al-Qur’an Membumikan Al-Qur’an kepada seluruh Ummat manusia, Insya Allah.

Awal kali ide saya ini muncul menggunakan aplikasi Tik-tok sebagai media pembelajaran, ialah saat pertama kali saat saya menonton konten – konten menarik Vidio wafa yang diaplikasi  tik-tok tersebar luas. ada yang melantunkan tajwid dengan lagu, Ghorib dengan lagu, adapula yang bertilawah serta ada juga vidio hafalan Al-Qur’an dengan sambung ayat. Nah sangat menarik bukan? hal ini yang membuat saya tergerak juga menyebarluaskan visi dan misi wafa yakni melahirkan ahli Al-Qur’an sebagai pembangun peradapan masyarakat Qur’ani di Indonesia. Dan ide saya ini juga di dukung dengan banyaknya siswa di sekolah  yang memiliki aplikasi Tiktok. Mereka mahir berkreasi sendiri dengan keahlian dalam mengoprasikan aplikasi tiktok tersebut dalam membuat konten vidio. Nah dalam pembelajaran AL-Qur’an akhirnya saya  menggerakkan siswa untuk membuat konten – konten Pembelajaran Al-qur’an sekaligus sebagai tugas Al-Qur’an di rumah selama pembelajaran dilaksanakan di rumah.

 

Yaa…Alhamdulillah ketika saya memberi tugas melalui aplikasi tik-tok membuat konten pembelajaran Al-Qur’an ini kepada siswa, tidak diduga siswa menyambut dengan senang dari apa yang saya tugaskan. dari beberapa tugas yang sudah dikumpulkan oleh siswa sudah dikerjakan dengan baik diantaranya Ada yang membuat konten tilawah, Muroja’ah, Pembacaan Tajwid dan ghorib. Sesuai dengan apa yang di tugaskan. Yaa meskipun dalan video yang terkumpul masih ada kekurangan. Tapi saya yakin dalam kekurangan itu menjadikan amal yang baik karena yang kita sebarkah hal-hal yang bermanfaat. Yang saya inginkan dari semua pembelajaran ini kepada siswa yakni siswa dapat Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan “fastabiqul Khairot”. Bukankah semua Kebaikan itu awalnya dinilai oleh Allah dari niat baiknya terlebih dahulu ? iya Betul,  Sehingga dengan inilah akan membawa kepada Keridhoan Allah SWT.

Manusia hanya dapat berusaha sebaik mungkin dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik terutama di masa-masa sulit pada hari ini. Namun banyak hikmah yang bisa kita ambil dari ujian yang Allah SWT berikan kepada kita saat ini, yang salah satu hikmahnya ialah guru dituntut untuk mahir teknologi yang berkembang saat ini. Mau tidak mau kita di tuntut untuk selalu belajar dengan kemajuan zaman saat ini. Ya pembelajaran jarak jauh adalah salah satu pilihan belajar saat ini yang diterapkan pemerintah. Ya meskipun kurang efektif rasanya pembelajaran seperti ini tapi kita harus tetap semangat memberikan pembelajaran yang terbaik untuk anak didik kita.

 Sebelum saya mengakhiri kisah saya ini ada pesan yang ingin saya sampaikan” untuk saudaraku yang terlanjur menjadi guru”  mengapa sang guru selalu awet muda dalam hidupnya ? karena guru selalu bekerja dengan penuh kebahagiaan serta ketulusan cinta mendampingi siswanya dalam belajar. Mengapa sang guru selalu selamat ? karena setiap hari menyambut siswa dan siswa Mendo’akan salam kepadanya (Assalamualaikum). Mengapa sang guru sangat berjasa ? karena guru merupakan jembatan kesuksesan siswanya. Mengapa sang guru dijanjikan kebahagiaan oleh Allah ? karena meski telah wafat iya masih mendapat kiriman pahala karena amal jariyah ilmunya yang diamalkan siswanya. Sungguh mulia menjadi seorang guru tanpa hadirnya seorang guru siswa bukanlah apa-apa dalam kehidupan di dunia ini, Terimakasih Guruku, Terimakasih. Semoga pandemi yang melanda Indonesia saat ini  segera berakhir dan pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan kembali. Aaminnn….

_
Penulis : Moh Imron Amrullah – SMPIT Permata Kraksaan

Jalan juang Pendidik Qur’an

“Mengajar Al-Qur’an adalah sebaik-baik kesibukan”, kalimat inilah yang memotivasi saya untuk terus melakukan pembelajaran dan pembinaan Al-Qur’an,  dengan tujuan mendekatkan nilai-nilai Ilahi kepada setiap jiwa sejak dini.

Sebagai pengajar Al-Qur’an memang menjadi amanah dan misi yang berat, menuntut kesabaran, bahkan kadang membuat minder sebagian seorang guru al-Qur’an.  Tantangan ini awalnya memang dirasakan karena mindset yang keliru terhadap fungsi pengajar Al-Qur’an dimana sebagian kita masih menganggap pengajar Al-Qur’an hanya sebatas mengajarkan baca tulis Al-Qur’an, atau hanya menamatkan bacaan Al-Qur’an santri saja tanpa melihat pengaruh Al-Qur’an terhadap perilaku anak.

Penyebab mindset ini karena sebagian pengajar Al-Qur’an masih minim pengetahuan tentang keutamaan mengajarkan Al-Qur’an dan sebagian guru mencukupi dirinya sebatas mengajarkan anak bacaan al-Qur’an. Selain itu juga, disebabkan oleh faktor eksternal, dimana sebagian orang masih menganggap pengajar Al-Qur’an hanya sebatas menjadikan anaknya menjadi pintar baca Al-Qur’an, bisa tamat dan melaksanakan ritual penamatan bacaan Al-Qur’an tanpa mempedulikan keberlanjutan pendidikan Al-Qur’an untuk anaknya.

Fenomena di atas memang banyak terjadi, dan masih banyak orang tua yang memiliki mindset demikian. Akibatnya, sebagian masjid  yang awal pengajaran Al-Qur’annya dibuka dengan jumlah santri yang langsung membludak, namun lambat laun menjadi berkurang, tak terurus bahkan berhenti.  Ini disebabkan karena faktor yang saya kemukakan sebelumnya. 

Saya pun menjadi salah satu pengajar Al-Qur’an yang hampir terjebak dengan competency trap  sebagaimana kasus yang dialami sebagian guru di atas. tentu saya tidak mengeneralisir kasus ini, namun banyak fakta yang saya dapatkan menunjukkan demikian.

Dari pengalaman itulah, saya pun merasa ada hal yang perlu ditangani serius dalam pendidikan Al-Qur’an kita, agar permasalahan di atas dapat diselesaikan secara perlahan, dan juga mampu mendorong lembaga pendidikan Al-Qur’an bisa lebih memiliki manajemen baik dan berkelanjutan.

Solusi dari problem pendidikan Al-Qur’an di atas perlahan saya temukan ketika mulai bergabung dengan salah satu lembaga dakwah di kampus saya, meski kampus saya berada di background umum, namun kampus tempat saya melanjutkan studi cukup terbuka dan concern dalam pembinaan intensif bacaan Al-Qur’an. Berawal dari sini saya banyak mengenal relasi mahasiswa yang bergelut dalam pembelajaran Al-Qur’an secara intensif, dan dipercaya untuk menjadi salah satu mentor pada program pembelajaran Al-Qur’an Intensif untuk mahasiswa baru.

Saya melihat betapa penting dan urgennya menggeluti dunia pendidikan Al-Qur’an. Alasannya sangat jelas, masih banyak mahasiswa baru yang terjaring berada dalam kategori buta huruf hijaiyah. Setelah saya selesai dari kuliah, dengan modal pengalaman di lembaga dakwah tersebut, Saya pun ditunjuk untuk menjadi ketua yayasan di salah satu lembaga pendidikan yang bergerak dalam pembinaan Al-Qur’an.

Peran sebagai ketua yayasan membawa saya kepada dunia manejemen pendidikan. Di peran ini menjadi strategis bagi saya untuk lebih mendalam mempelajari strategi pendirian lembaga pendidikan Al-Qur’an dan sekaligus mencari desain pendidikan Al-Qur’an yang berkelanjutan.

Akhirnya, kerisauan akan pendidikan Al-Qur’an perlahan bisa saya temukan jalan keluarnya, dengan berinteraksi dengan para pemerhati pendidikan Al-Qur’an. Saya banyak mendapatkan pengalaman dan sekaligus masukan dari beberapa lembaga yang sudah sukses menjalankan program pendidikan Al-Qur’an.

Melalui forum-forum bersama yang membahas tentang pendidikan, saya mulai menemukan benang merah penyelesaian masalah pendidikan al-Qur’an.  yaitu dengan menjawab pertanyaan, “apa visi dan misi yang saya emban dalam lembaga pendidikan tempat saya bekerja?, apakah saya sudah menyelaraskan dengan visi hidup saya di dunia ini? saya pun mendapatkan jawabannya setelah mengikuti salah satu program pendidikan berbasis fitrah, dimana saya mendapatkan nasihat bahwa misi kita adalah untuk menyebarkan kebaikan dengan profesi yang kita emban. 

Saya pun mencoba dan berusaha mengintegrasikan nilai-nilai Al-Qur’an dengan rutinitas saya sebagai ketua lembaga pendidikan, sehingga saya memutuskan untuk kembali merintis pendidikan Al-Qur’an dengan mindset bahwa pengajaran harus lebih terintegrasi , berkelanjutan dan selaras dengan visi dan misi hidup saya.

Saya dan guru-guru saya mulai belajar untuk membuat suatu manajemen mutu di pendidikan Al-Qur’an dengan merumuskan hasil belajar, internalisasi konsep dan sharing saya dengan lembaga pendidikan  Al-Qur’an yang sudah memiliki kurikulum Al-Qur’an yang terencana dan terstandarisasi.

Dari kurikulum yang berhasil saya rancang, sayapun mendapati solusi dari pembelajaran al-Qur;an yaitu dengan cara tadabbur, mengenal jiwa anak, belajar dari shiroh nabi dan para sahabat. Dengan itu, dilembaga kami mampu menerapkan pendidikan Al-Qur’an yang lebih terintegrasi pada adab anak serta modalitas belajar anak yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’aa.

Begitupun pada hal teknis di saat PPDB, Sejak awal saya memberitahukan kepada para wali santri agar memberikan motivasi bagi anak, bersiap untuk mendampingi kembali anak dan berusaha memahamkan kepada orang tua betapa pentingnya orang tua memberikan teladan untuk anaknya. Konsep ini kami tanamkan secara perlahan melalui program sekolah parenting di lembaga kami.

Alhamdulillah, dari situ saya dan rekan guru secara perlahan memberikan pemahaman yang benar terhadap orang tua santri hingga akhirnya mampu bersama-sama mendampingi anak-anaknya dalam pembelajaran al-Qur’an. Begitupun juga dari internal lembaga saya, sebagian besar guru telah mengikuti program standarisasi guru Al-Qur’an di salah satu lembaga pendidikan Al-Qur’an bernama wafa.

Melalui pelatihan yang kami ikuti kami diajarkan bahwa pentingnya untuk senantiasa terus menambah kapasitas dan kualitas diri dimulai dari menanamkan kesabaran dan niat awal yang harus kuat, Program pengembangan kompetensi guru yang berkelanjutan, serta senantiasa mengevaluasi capaian lembaga.

Akhirnya, pendidikan Al-Qur’an dari masa ke masa akan terus dibutuhkan, terutama dalam membentengi umat dan menjaga akidah umat dari bahaya arus globalisasi dan digitalisasi saat ini, Pendidikan Al-Qur’an harus memiliki manajemen mutu yang baik dan survive, juga metode dan pendekatan pembelajaran Al-Qur’an harus senantiasa didekatkan dengan jiwa anak melalui pembelajaran yang berbasis keteladanan serta berinteraksi dengan anak dengan kasih sayang. Menanamkan nilai-nilai al-Qur’an dalam lembaga, serta senantiasa selalu menjalin komunikasi baik terhadap orang tua anak untuk bersama-sama mendidik anak demi masa depan ummat yang gemilang.

_
Penulis : Jasmin – Rumah Qur’ani Imam Muslim

Ingin Fantastis? Qur’an Dulu!

Guru Qur’an. Terbesit dibenakku kala itu adalah sebuah profesi yang berbeda dengan guru mata pelajaran yang lain. Yah! Seperti lebih penting Matematika, IPA dan lainnya. Sesekali, aku merasa levelnya rendah. Terlebih, jikalau ada pelatihan terkait perangkat pembelajaran. Nah, biasanya guru yang murni mengajar Al Qur’an tidak dilibatkan karena memang pembelajaran Al Qur’an bukan pembelajaran utama yang ada di sekolah menengah pertama.

Seiring berjalannya waktu, hal tersebut mulai terpecahkan satu-persatu. Walaupun masih banyak kekurangan. Aku menyadari hal itu semenjak tahun 2017 hingga 2021, kurang lebih lima tahun menjadi Koordinator Al Qur’an, ada keasyikan tersendiri dan surprise yang tak terduga.

Aku sebenarnya ingin mengundurkan diri ketika diamanahi jabatan tersebut karena merasa tidak tahu apa-apa terkait metode pembelajarannya, administrasi pembelajaran dan masalah lainnya.

Kegalauan yang ada dibenakku mulai menyusut. Aku bersama manajemen mengadakan study banding ke sekolah Islam Terpadu yang lain. Aku pun tak menyia-nyiakan itu semua. Kalian tahu? Aku hampir saja menerapkan semua yang ada di sekolah tersebut. Namun, ketika dievaluasi memang tak bisa kita terapkan secara keseluruhan, mengingat SDM yang terbatas dan aku sendiri yang masih minim tentang Al Qur’an. 

Melalui hasil study banding itulah, pernah beberapa kali, aku merevisi perangkat pembelajaran yang sesuai JSIT dan pemerintah, buku prestasi yang menjadi buku kendali, kartu hafalan yang kini menjadi buku prestasi hafalan dan ada juga rapor Al Qur’an untuk setiap semesternya. Tentu yang tidak ketinggalan adalah mengevaluasi pembelajaran Al Qur’an dan supervisi bersama Wafa Indonesia. 

Terkadang jika ada pelatihan bersama Wafa Indonesia, aku dek-dekan lebih duluan. Why? Ya, karena aku tidak tahu. Beneran buta. Hanya tahu pembelajaran Al Quran yang biasa diajarkan saat aku mengenyam pendidikan di pondok Rakha Amuntai. Hmm.. Masalah pembelajaran masih mending. Namun, kalau terkait supervisi dan pembagian kelompok, aku hampir tidak bisa tidur memikirkan bagaimana alur dan teknisnya di lapangan. Masyaallah, hal tersebut membuatku terkadang bingung sendiri. 

Qadarullaah, permasalahan tersebut mulai bisa diselesaikan setelah mempelajari metode mengajar dari Wafa Indonesia bersama Ustadz Wawan dan Ustadz Dodi. Kemudian pertemuan terakhir sebelum pandemic covid-19, Wafa Indonesia melakukan  supervisi di SIT Al Khair bersama Ustadz Masyuda dan Ustadz Ali Kurniawan. Gugup! Tapi mikirnya, ya sudahlah. Toh, ini juga masih belajar dan menjadi pengalamanku dan pengajar yang lain pada masa mendatang.

Pada hasil evaluasi dari supervisi yang dilakukan tersebut. Kami terapkanlah dalam pembelajaran Al Qur’an. Pada saat itu, kami memiliki 26 kelompok Al Qur’an. Nah, aku punya kelompok Al Quran dari angkatan ke-9. Mereka adalah Zahra, Namira, Hanifa, Andini, Nahdia, Ihya, Naila, Khadijah dan Ashma. Khadijah dan Ashma sempat belajar bersamaku, namun karena beberapa hal mereka pindah ke sekolah yang lain, sehingga aku hanya memegang 7 anak.

Biasanya, setiap pagi kelompok Al Qur’an Hanifa dan kawan-kawan selalu siap belajar Al Qur’an di depan halaman kantor dengan perlengkapan yang lumayan riweuh. Yup! Meja belajar, buku, Al Qur’an, alat tulis dan buku kendali. Perlengkapan tersebut mereka letakkan di atas meja, kemudian mencari koran bekas di perpustakaan untuk duduk lesehan. Jika hujan, mereka memilih belajar di teras 

Kalau mereka ingat janji belajar di luar. Awwalun, mereka sangat ingat akan janji tersebut, terlebih kalau ditambah ada sesi tudo (tukar kado). Aku pun ikut sesi ini di dalamnya dan setiap bulan ada doorprize bagi yang hafalannya banyak, hadiahnya sederhana, seperti polpen yang ada gambar estetik atau ikat rambut. Masyaallah, kehebohannya!

Suatu ketika kami juga pernah belajar di Mushalla, tapi karena banyak yang menggunakan kami pun hijrah ke tempat yang lebih kondusif. Yup! Pelataran Masjid Al Mashum, sesekali kami belajar Al Qur’an di samping pohon bambu Masjid Al Mashun, pernah juga diparkiran, di bawah pohon mangga dan bahkan di area hutan dan akhirnya pindah karena banyak semut atau gerimis. 

Aku pernah juga, mengajak mereka rujak bareng. Jadi masing-masing membawa buah yang telah disepakati, bahkan adapula pj sambal spesial. Ini dilakukan, sebab mereka terlihat sudah berada di titik jenuh belajar di sekolah, khususnya ketika belajar Al Quran. Sehingga aku berpikir bagaimana membuat mereka belajar dengan happy. Namun sebelumnya belajar dan menghafal Al Qur’an terlebih dahulu. Nah, uniknya! Saking semangatnya, hafalan mereka lancar dan berdampak pada hari-hari berikutnya. Semangat 45!

Selain itu, pernah pula ada yang sakit, namanya Ihya. Maka, karena jaraknya yang dekat, masih dalam satu gang. Kami pun menjenguk Ihya setelah setoran hafalan Al Quran dan aku yang meminta izin kepada Kepala Sekolahnya. Mereka sangat senang, padahal sederhana. Hanya mengunjungi sahabatnya yang sakit. 

Semangat 45 lainnya adalah ketika ada pengawasan dari Tim Wafa Indonesia. Ini hal aneh menurutku, biasanya kalau ada yang mengawas dari pihak luar tentu mereka akan merasa gugup atau tegang. Namun kali ini berbeda, malah tidak sama sekali. 

Hhhhhh… Ustadzah, yang datang itu siapa?” tanya Andini penasaran dan merasa kaget.

“Itu Ustadz dari Wafa Indonesia mau melihat kita belajar Al Qur’an, nama beliau Ustadz Masyuda dan Ustadz Ali,” tuturku kepada Andini dan kawan-kawan. Mungkin mereka seperti itu karena kagum dan merasa bangga dikunjungi secara langsung oleh tim Wafa Indonesia.

Wahaaa rami nah, pokoknya kita harus semangat buhannya ai!” sahut Zahra dengan bahasa khas Banhar sambil mengelus dagunya.

Santai ja, kita balajaran seperti biasa. Esok materinya tentang Hams, tilawah surat Hud ayat 1-3 dan menghafal surat Ath Thur ayat 1-14″, jelasku saat mau mengakhiri pembelajaran.

Keesokan harinya, mereka terlihat sangat antusias. Aku hampir ketawa melihatnya. Sebelumnya, beberapa administrasi pembelajaran Al Qur’an saat itu telah aman karena sudah dikerjakan.

Masyaallah, dari beberapa penilaian pembelajaran, kelompok kami khususnya pengajar dari lembaga SMPIT Al Khair sangat bagus, terlebih administrasinya.

Hal ini diperoleh dengan proses yang cukup lama dan bertahap. Dimulai dari pendekatan pengajar dengan murid, khususnya pembelajaran Al Qur’an agar mudah dan menyenangkan. Malah, kami memiliki program pengembangan SDM agar bisa membimbing kelompok Al Qur’annya secara efektif dengan mengikuti beberapa pelatihan online yang diselanggarakan Wafa Indonesia. 

Hatta sekarang, aku dan pengajar yang lain berkesempatan bisa bersama kelompok Quran selama 3 tahun. Satu tahun setengah pada kondisi lingkungan normal dan satu tahun setengah berikutnya ketika covid kemarin.

Saat mereka kelas 8 pada semester kedua, pertemuan kami sering virtual dan untuk setoran hafalan menggunakan videocall. Mereka sering bertanya, kapan belajar tatap muka dan belajar di sekolah. Namun, pertanyaan tersebut bisa ditepis secara perlahan dengan memberikan pemahaman terkait kondisi sekarang. Tak lupa selalu memotivasi mereka belajar dan menjaga kesehatan.

Awal tahun 2021, wacana simulasi untuk belajar di sekolah hampir viral. But! Hal tersebut purna sebab ada bencana banjir bandang yang menimpa kami pada Kamis, 14 Januari 2021. Padahal semuanya sudah dipersiapkan dengan matang oleh pihak sekolah. Lagi-lagi aku dan sahabat yang lain tak bisa berkelik.

Seiring berjalannya waktu, tak mengira Maret 2020 adalah terakhir kami belajar Al Qur’an bersama di sekolah dan April 2020 hingga sekarang, satu setengah tahun kami tak berjumpa lagi dalam pembelajaran Al Qur’an.

Hal tersebut berlangsung hingga mereka lulus pada bulan Mei 2021 silam. Itulah hari pertemuan terakhir kami bertatap muka dengan anak didikku yang telah 3 tahun belajar Al Qur’an bersama. Disinilah, titikku menemukan bahwa guru Al Qur’an itu penting, bahkan diatas mata pelajaran yang lain terlebih pada masa pandemi ini. Butuh energy positif untuk menyemangatkan mereka. Tak sedikit, mereka yang bagus tilawah dan hafalannya, maka prestasinya pun mengejutkan, fantastis!

Teringat, para ulama dan ilmuwan terdahulu yang semenjak kecil telah dekat dan menghafal Al Qur’an sehingga ilmu-ilmu yang lain pun mendekat dengan mudah dan ahli dalam bidangnya masing-masing. Seperti Imam Syafii yang hafal Al Qur’an ketika berumur 7 tahun, begitupula Imam Thabrani, sang ilmuwan kedokteran Ibnu Sina, Bapaknya Matematika Al Khawarizmi, Bapak Fisika Optik Ibnu Haitam, Al Jazari sang penemu prinsip kerja roda dan masih banyak lagi yang pionir. Mereka semua terdorong menjadi ahli di bidangnya sebab terinspirasi dari Al Quran yang dihafalnya. Mereka pelajari Al Qur’an dengan niatan ingin memudahkan manusia untuk lebih dekat dengan Allah. Allahu Akbar! Mudah-mudahan hafalan Hanifa dan anak-anakku yang lain semakin bertambah, mampu memahami maknanya dan semoga Al Qur’an terus bersemayam dalam hati mereka. 

Aku bangga menjadi guru Qur’an. Karena disitulah aku bisa lebih maksimal mengajak mereka lebih dekat dengan Al Qur’an, memahami Al Qur’an dan tentunya kami pun berusaha menyiapkan lebih awal untuk memahamkan kepada peserta didik. Bukan untuk terlihat lebih ahli. Tidak sama sekali! Namun untuk meng-upgrade diri dan kami merasakan selalu ada jalan kemudahan di dalamnya. Benar dalam sebuah hadits disebutkan bahwa sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.

Mengapa tidak? Ia adalah pedoman hidup yang Allaah berikan kepada hambaNya agar bahagia dunia akhirat. Ketika mengajarkannya, aku pun merasa dekat dengan Sang Pemilik Alam Semesta dan seolah sedang dinasehati Allah dengan cintaNya. Mungkin dengan cara inilah, Allah sukseskan kita di dunia dan juga fi yaumil akhir. Allaahummarhamna bil Qur’an.

_
Penulis : Laila Martasari – SMPIT Al Khair

Al-Qur’an, Mengajariku Arti Kehidupan

BIsmillahirrahmanirrahim

Berawal dari kisah gadis biasa dari keluarga yang sederhana yang memiliki impian besar. Kisah ini berawal ketika kakeknya memanggil untuk belajar mengaji sebut saja namanya Suci, dimana anak ini begitu tidak suka apabila sesuatu dipaksakan kepadanya terlebih lagi ketika dipaksa belajar,Tiba-tiba kakeknya memanggil dengan membawa kayu yang besar mengancamnya untuk belajar mengaji dengannya, karena anaknya yang tomboi dan tidak punya jilbab, dan lupa membawa dari rumahnya karena tinggal dirumah nenek dan kakeknya, suci diajari mengaji dan sholat dan belajar pelajaran sekolahnya, karena orang tuanya yang begitu sibuk mengurus bisnis sehingga lupa mengajar anaknya dan mengandalkan kakek dan nenek, om  mengajar suci,  orang tua suci semakin sibuk dan usaha maju dan semakin banyak pundi kekayaan, lalu orang tua suci berpisah karena ada wanita lain dihati ayah suci , 2 tahun berlalu, ayah suci bangkrut dan meninggalkan banyak hutang sehingga  ibu suci dan kelima saudaranya harus berjuang kembali membiaya dirinya, karena ayah suci meninggal kecelakaan dan belum sempat meminta maaf pada keluarganya, dan tahun berikutnya  kakek suci meninggal dan tahun berikutnya neneknya suci juga meninggal disitulah bentuk kesedihan mendalamnya bagi suci dan keluarganya. Setelah berapa tahun suci masuk SMA, dia masuk sekolah gratis untuk mengurangi biaya keluarganya karena banyak saudara suci yang sekolah juga, suci masuk sekolah dimana sekolah itu sekolah yayasan khusus orang kurang mampu dan belajar pelajaran agama dan menghafal Al-Qur,an setiap subuh hari, siang hari belajar pelajaran umum dan sore menghafal Al-Qur,an lagi, suci sudah mulai menyukai sistem menghafalnya namun suci hanya bertahan 1 tahun belajarnya karena keadaan tempat sekolahnya kekurangan air, dan teman-teman juga dari kalangan keluarga yang bermasalah dan banyak terjadi pembulyan disana walaupun sekolah islam. 

 Suci meminta kepada ibunya pindah kesekolah umum kembali dan disitulah dia bertemu dengan kakak sepupunya yang hijrah belajar Al-Qur,an dan memberikannya buku-buku islami walaupun bukan dari sekolah islam, namun ada pembinaan dari kakak yang mengajar tentang islam, setelah tamat SMA suci ingin sekali memiliki dua cita- cita bila tidak menjadi bagian tenaga kesehatan dia ingin menjadi guru, setelah melalui ujian tes dia dinyatakan lulus masuk kuliah keguruan, dan dia meminta kepada keluarganya untuk tinggal bersama para akhwat ( wanita yang paham islam) namun, kakak suci melarangnya, karena khawatir adiknya juga akan memakai jilbab besar atau memakai niqob (bercadar) namun keyakinan suci menyakinkan kakaknya akhirnya kakak bisa dibujuk untuk membiarkan tinggal dengan akhwat, hari berlalu disitulah suci belajar dunia kampus dan pendidikan namanya belajar mengaji dan tarbiyah dan mengetahui jati dirinya sebagai muslimah, karena dunia kampus begitu banyak tantangan namun suci bersyukur karena kakak senior mengajarkan dan membimbing pelajaran mata kuliah dan pelajaran agamanya utama dalam perbaikan membaca Al-Qur,an dan alhamdulillah kakak senior suci rata-rata dosen dan asisten dosen dikampus. Semester 4 suci sudah bisa mengajar mengaji walaupun masih sementara diperbaiki bacaan Al-Qur,annya  juga karena rumah atau pondok suci  adalah tempat belajar Al- Qur,an (TPA)  yang dibuat kakak seniornya, jadi sepulang kuliah suci dan kakak senior-seniornya mengajar anak- anak belajar Al-Qur,an,dimana anak-anak itu dari tetangga rumah, anak-anak dari kalangan komunitas belajar islam atau anak-anak dari para dosen mereka dikampus, berapa tahun kemudian kakak-kakak seniornya lulus, ada yang menikah dan ada juga  harus mengabdi didaerah mereka sendiri, suci dan akhwat angkatan yang kuliah  harus tetap bertahan mengajar anak-anak mengaji dan juga harus melanjutkan perjuangan dakwah didalam kampus karena mereka juga memiliki organisasi keagamaan yang legal  dikampus yang mengajak para muslimah belajar islam  dimana organisasi kegamaan dibawahi birokrasi kampus dan yang dimana ada pengurus ikhwa ( laki-laki ) dan akhwat ( perempuan).

Agar suci bertahan, dan teman seangkatan kuliah dan adiknya pengurus lembaga keagamaan bisa tetap bekerja, membiayai kebutuhan mereka sehari-hari  mereka, mereka disarankan oleh ibu angkatnya untuk menempati rumahnya yang luas untuk anak-anak mengaji dan membuat sekreatif mungkin agar tempat mengaji itu lebih bagus dan banyak pendaftar kemudiaan mendaftarkannya didepartemen keagamaan dan memberikan nama  TPA dengan nama TPA Nurrahma dan Alhamdulillah, Maa sya Allah atas seizin Allah TPA itu diminati, begitu banyak orang tua dan mereka juga diberikan insentif guru pengajar mengaji dari departemen keagamaan, Seiring berjalan waktu suci menyampaikan kepada orang tua bahwa selesai kuliah dia tetap dikota palopo karena dia sudah mendapatkan pekerjaan di TK mengajar pagi, dan sore hari mengajar TPA , dan Alhamdulillah orang tua mneyetujui dan disitulah suci tetap menjadi aktivis dakwah melanjutkan perjuangan kakaknya tetap berdakwah dikampus dan dibantu adiknya-adiknya muslimah tetap  berdakwah dikampus dan mengajar anak TPA. 

Ditahun 2014 suci bertemu kakak seniornya yang alumni universitas hasanuddin, alumni STIBA dan alumni magister mesir sebutnya saja namanya ustadzah andi verawati , dimana kakak tersebut dikenalkan oleh kakak seniornya, ternyata dia pindah ke palopo untuk mengabdi dikampung halamannya dan berbagi ilmunya selama kuliah, dan bagian kaderisasi dakwah terlebih lagi dia orang yang betul- betul mencintai Al-Qur,an.

 suci dan teman seangkatannya saling bertukar pikiran dengan kakak dari alumni khusus belajar al-Qur,an ini bahwa mereka menyarankan untuk membuka rumah tahfizh yang bernama ibadurrahman, dimana pengajarnya hanya 4 orang, dimana 2 orang suci dan teman seangkatan sulfia, dan dua orang kakak dari STIBA ( sekolah tinggi Bahasa arab), dimana kakak alumni bernama atiqah dan muthmaiinah,  ustadzah andi vera menyarankan mereka mulai menyebarkan flyer penerimaan santri dan alhamdulillah baru dimulai sudah 70 orang yang mendaftar, ternyata setiap pekan peminat belajar bertambah dan 4 orang pengajar kewalahan jadi ustadzah andi vera bermusyawrah dengan para musyrifah (guru pengajar Al-Qur,an) ukh  inna, atika, sulfia dan suci untuk menambah pengajar tahfizh dari kalangan adik-adik lembaga kampus yang sudah dibina atau dibekali mengajar Al-Qur,an.  

Mengadakan musyawarah dengan para orang tua siswa dan orang-orang binaan baik ustadzah andi vera ataupun binaan para musyrifah untuk mencari orang yang mau mewaqafkan rumah untuk amal jariyah mengajarkan Al-Qur,an Alhamdulillah dari usaha tersebut sudah terbuka 3 tempat mengajar tahfizh dan Alhamdulillah selalu diadakan kegiatan ketika ada metode baru mengajar Al-Qur,an dengan mendatangkan pakar-pakar pemateri yang plagiat terhadap Al-Qur,an dan semakin bertambahlah para santri begitupun pengajar dari tahfizh ibadurrahman, kemudian ustadzah andi vera bermusywrah dengan para musyrifah bahwa dia akan menjadikan sekolah rumah tahfizh tersebut dari jenjang tk sampai SMA dan nama rumah tahfizhnya diganti dengan YDM Palopo (yayasan Daarul Mushaf) Alhamdulillah peminatnya semakin bertambah.

Selanjutnya untuk mempromosikan setiap kegiatannya, para musyrifah ( guru-guru)  di tugaskan ustadzah andi vera untuk menampilkan santrinya masing-masing dari setiap rumah tahfizh dan waktu itu suci dipilih membimbing mengajar anak-anak laki-laki karena belum ada pengajar laki-laki atau ustadz membimbing anak-anak ketika santri suci dipilih mengaji dikegiatan POM ( pertemuan orang tua santri), anak santri suci gugup dan mengatakan ustadzah banyak orang dan perempuan saya malu, namun tugasnya sebagai guru dia harus berusaha menyakinkan santrinya bahwa dia bisa, dan Alhamdulillah setelah berapa menit santrinya mulai tenang dan membaca ayat suci Al-Qur,an dengan begitu merdu dan semua orang kagum akan suara anak itu, dan anak santri hafidzul mulai dikenal banyak kalangan karena suaranya yang merdu sehingga selalu diundang disetiap dikegiatan walimahan (pernikahan)  akhwat ataupun ikhwa, kegiatan dakwah atau acara sekolah dan lomba-lomba menghafal Al- Qur,an dan terlebih suci yang bahagia karena dia bisa melihat santrinya sudah bisa menyampaikan ilmu dengan melanntunkan ayat suci Al-Qur,an 

 Suka duka mengajar tahfizh, Lanjut dikegiatan dakwah kampus dan kegiatan mengajar tahfizh hari sabtu dan ahad selalu berbenturan sehingga membuat suci meminta bantuan adik-adik yang dibina dihalaqoh kampusnya untuk menggantikan amanah mengajar dihari itu, namun terkadang adik-adik kampus suci belum berpengalaman mengajar anak-anak santri,  santri yang tidak patuh terkadang pulang sendiri disaat jam belum pulang belajar tahfizh dan suci saat pulang ditegur orang tuanya dan dari yayasan namun suci tetap bersabar, dan ada waktu juga suci diamanahkan kembali mengajar ikhwa yang sudah mau baliq karena kurangnya pengajar ikhwa harus mengajar dengan kakaknya akhwat yang dari STIBA  mereka harus menjaga jarak saat mengajar, dan lebih parah ketika ada anak yang bertengkar karena hal sepele, biasa anak laki-laki bila terkadang iri dengan temannya langsung memukul temannya dan suci dilaporkan kembali oleh orang tua murid tanpa mengetahui sebab anaknya berkelahi dengan teman lainnya sampai ke orang tuanya karena percaya anaknya, orangtua tersebut memukul tiang dinding rumah, namun suci dengan sabar menjelaskan ke orang tua murid bahwa anaknya yang duluan mengganggu temannya, karena taufiq Allah Alhamdulillah orang tua santri akhirnya mengerti dan saling memaafkan dengan siswa yang berkelahi dengan anaknya.

Suci mengajar disekolah TK dan kuliah semester akhir dan mengajar privat dikampus dan asisten dosen dikampus  sehingga harus pintar-pintar membagi waktu dengan kegiatannya yang padat karena dia tidak ingin menyusahkan orang tuanya setidak mengurangi beban orang tuanya,  sampai terkadang suci harus jalan kaki berapa ratus meter dari tempat ngajar dan kekampusnya dan jalan lagi ketempat mengajar tahfizhnya untuk mengurangi biaya pengeluaran sehari-harinya, namun dia yakin bahwa apa yang dia lakukan adalah untuk masa depan dan bisa bermanfaat untuk masyarakat apalagi dalam mendidik siswa-siswanya dan santri-santrinya. 

Alhamdulillah seiring berjalan waktu ditahun 2014 suci dinyatakan lulus kuliah dengan predikat baik dan lanjut tetap mengajar diTK , mengajar tahfizh namun memilih berhenti mengajar menjadi asisten dosen karena tidak nyaman dengan suasana kampus karena harus selalu berbaur dengan para dosen laki-laki apalagi suci sudah berhijab syar,I sehingga dia memilih tempat yang nyaman untuknya mengajar, namun ternyata orang tuanya tidak suka suci hanya mengajar di Taman kanak-kanak dan rumah tahfizh sehingga harus mencari lagi pekerjaan lain, Alhamdulillah beruntungnya suci mendapatkan tawaran mengajar di SMP pesatren sebagai guru mata pelajaran Bahasa inggrisnya sehingga orang tuanya begitu senang dan tetap aktif menjadi aktivis kampus jadi pembina akhwat lembaga dakwah kampus membina akhwat atau perempuan dikampus agar dia memiliki penerus dakwahnya, namun suci terkadang kelelahan karena harus membagi waktu sehingga terkadang pekerjaan ada yang terlambat namun kegigihan tetap melaksanakanan amanah indah dari Allah tersebut. 

Aktivitas kegiatan dakwah juga aktif dilakukan dirumah tahfizh dengan ketua yayasan dan para guru-guru pengajar AL-Qur,an  dengan selalu mengadakan pertemuan belajar mengaji dan kegiatan belajar islam intensif agar tidak hanya anak-anak santri saja yang aktif belajar namun orang tua siswa juga dibekali dan mengkomunikasikan kemajuan dari santri-santri kepada orang tua masing, dan lanjut dengan kegiatan-kegiatan pelatihan untuk guru –guru pengajar mulai dari pelatihan kegiatan soft skill keterampilan belajar berbicara didepan umum, tahsin, belajar kitab-kitab islam dan pengembangan ilmu teknologi, belajar Bahasa arab dan masih banyak kegiatan keterampilan untuk guru-guru pengajar Al-qur,an sehingga suci dan teman-temannya makin akrab dan mereka senang karena dibekali ilmu dari yayasan rumah tahfizh ilmu agama lebih dan softskill lainnya,  dimana ilmu tidak didapat diperkuliahan mereka karena mereka rata-rata lulusan pendidikan guru bukan dari lulusan universitas keagamaan. 

Hari terus berlalu dan ditahun 2018 rumah tahfizh mereka dan yayasannya menyusulkan untuk menjadi sekolah dan Alhamdulillah usulan tersebut diterima para orang tua santri dan masyarakat dan didaftarkan dilembaga pendidikan menjadi sekolah mulai dari TK sampai SMP tahfizh dan lebih dikenal lagi, karena selalu menghadirkan pakar-pakar pemateri dan pengajar dari orang-orang penggiat Al-Qur,an mulai dari pemateri daerah penghafal Al-Qur,an sampai pemateri dari palestina dihadirkan untuk memberikan nasehat-nasehat keutamaan belajar dan mengajar Al-Qur,an dan sehingga semakin diminati siswa, para orang tua karena selalu menampilkan  santri tampil dikegiatan keagamaan atau wisuda-wisuda santri sehingga membuat semua orang tertarik dan senang melihat anak-anak mereka menjadi penghafal Al-Qur,an. 

Ketika Ujian cinta datang dalam mengajar Al-qur, an  

suci terhalang karena harus memilih, dimana saat itu ada ikhwa orang jauh dari pinrang yang menyukainya namun persyaratan ikhwa itu harus ikut dengannya kekampung ikhwa tersebut yang ingin menikahinya, disalah satu pihak ternyata ada ikhwa yang satu lembaga kampusnya ada ikhwa yang menyukai suci yang baru mengatakan perasaannya kepadanya, dimana suci juga mengaguminya dikampus namun ikhwa ini terlambat mengatakannya sehingga suci mempersilahkan ikhwa yang jauh dari pinrang untuk maju berta,aruf dengannya namun disisih lain ikhwa yang dipalopo meminta untuk beristikharah, suci bingung ternyata ikhwa yang dia sukai ternyata sudah juga berta,aruf dengan sahabat dan meminta suci menunggunya, sehingga dia berbicara kepada murobbinya langkah apa yang dia harus ambil karena ikhwa palopo tidak jawaban awalnya tetapi ketika ada ikhwa yang datang dari jauh ,ikhwa ini meminta suci menunggunya sehingga, suci menuruti murobbinya untuk sholat istikharah namun disalah satu pihak suci menyampaikan ke orang tuanya bahwa langkah apa dia harus ambil orang tua menyampaikan lupakan ikhwa yang dipalopo, dimana nama mereka sebut saja namanya fachri yang mirip nama ikhwa itu berdua, dua nama yang sama namun orang berbeda setelah berapa lama ikhwa palopo tidak ada kepastiaan dan suci mulai begitu terpukul saat itu namun bersabar bahwa iya tahu bahwa ikhwa itu sangat menyukainya melebih cintanya kepada Allah kepada suci, sehingga ikhwa fachri tidak bisa bersama suci, selanjutnya suci diberi waktu oleh ikhwa pinrang yang namanya juga sama fachri selama hamper 3 pekan untuk mengambil keputusan apakah lanjut atau tidak ditengah keputusan itu, suci meminta untuk 3 bulan menyelesaikan amanahnya dipalopo namun ikhwa pinrang fachri tidak bisa menunggu sehingga kesepakatan bahwa kesepakatan pernikahan itu dibatalkan karena suci belum siap bila harus cepat meninggalkan amanah dan kegiatan mengajar tahfizh dan disisih lain ikhwa fachri juga tidak mau mengekang suci untuk ikut dengannya, dan mereka sama-sama berdoa semoga Allah memberikan mereka pilihan pasangan hidup yang baik.

Suci kembali ke aktifitasnya walaupun hatinya masih galau karena pernikahan gagal hampir 1 bulan namun suci berprinsip, iya harus tetap melanjutkan hidupnya dan tetap mengajar untuk siswanya dan santri- santri tahfiznya, namun disisi lain dia lelah mengajar disekolah karena amanah disekolah begitu banyak sehingga dia tidak bisa kendalikan sehingga meminta untuk resign dari TK dari dan mengajar SMP  dan lebih memilih mengajar tahfizh, namun orang tuanya kaget dengan keputusan suci karena keinginan orang tuanya suci ingin jadi PNS ( pengawai negeri sipil) agar kehidupan lebih nyaman dan bisa membanggakan orang tuanya, namun suci berhenti dari sekolah dan orang tuanya sangat kecewa, sehingga ketika penandatangan kontrak mengajar tahfizh suci tidak diperbolehkan untuk menandatangi surat kontrak mengajar tahfizh, disitulah suci bertambah sedih dan menyampaikan kepada ketua yayasan, lembaga dakwah dan adik-adiknya untuk minta pamit dan pulang kekampungnya, dikampung suci membantu orang tuanya berdagang namun suci bosan dan orang tuanya meminta suci mengajar disekolah satu tempat ngajar keluarganya namun suci tidak suka karena metode mengajarnya semua pelajaran umum dan tidak ada batasan antara guru laki-laki dan perempuan sehingga suci menolak mengajar disekolah umum. 

Setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan 

Qs. Asy-syarh 6 : Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.

beberapa bulan kemudian, suci  dikirimkan formulir pendaftaran sekolah islam oleh temannya didaerah lain, yang membutuhkan guru mengajar didaerah sengkang, suci terkesan mendaftar dan Alhamdulillah diterima namun diawal suci agak kerepotan mengajar karena dia diamanahkan mengajar siswa laki-laki yang begitu aktif dan orang tuanya juga orang awwam belum paham agamanya dan sekolah juga masih sedikit fasilitasnya sehingga masih belajar dikelas kayu sehingga barang-barang dikelasnya selalu hilang atau jatuh diluar kelas apalagi anak kelas 1, dimana suci mendapat cemohan dan makian dari orang tua sampai mengatakan suci tidak tahu mengajar, suci tetap bersabar karena dia tahu mengajar itu suatu pekerjaan yan mulia apalagi mengajar Al-Qur,an dan diimbangi pelajaran umum intinya plus pelajaran dunia dan akhirat, namun suci tetap bersemangat walaupun harus dikatakan seperti itu karena dia masih baru disekolah itu mengajar, dan tetap bersemangat karena dia ditemani oleh sahabat-sahabat guru yang seperti saudaranya , ada ustadzah ani, jannah, yuna, dan risda dan masih banyak guru yang memberikan motivasi untuknya dan suci juga mengajar tahfizh bila sore, seiring berjalan waktu suci tetap mengajar dengan amanahnya, dikala itu suci sakit dan digantikan oleh yayasan dan orang tua murid membantu untuk mengajar dari situ yayasan dan orang tua murid baru tahu mengajar anak laki-laki yang begitu aktif ternyata membutuhkan kesabaran untuk mengelola kelas dan mengajar mereka, sampai ditahun berikutnya suci sudah nyaman dengan pekerjaan mengajar dikelas 1 dan mengajar siswa kelas 1 dan melewati rintangan mengajar, didaerah yang baru dia kenal dan sudah hampir 3 tahun mengajar dan Alhamdulillah ada beberapa siswa suci juga ikut lomba walaupun belum juara 1 namun dia sudah masuk katagori terbaik menghafal Al-Qur,an mewakili sekolahnya yaitu peringkat 6 besar dari 100 siswa yang mendaftar lomba festival menghafal Al-Qur,an.

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu 

Qs. Al bagarah 153: Hai orang- orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang- orang yang sabar. 

 walaupun ujian cinta dalam mengajar kembali datang kepada suci, dimana ada ikhwa  yang datang dengan orang tuanya meminta untuk meminang dengan orang tuanya namun dari pembicaraan yang panjang dengan orangtua suci harus disuruh menunggu selama hampir 4 bulan sampai tidak ada kepastiaan dari keluarga ikhwa baik dari ikhwa tersebut karena masalah dana pernikahan dan orang tua yang tidak setuju sehingga niat pernikahan itu batal kembali, namun suci tetap bersabar dan memperbaiki keadaan lagi bahwa dia harus tetap melanjutkan hidup sepahit apapun masalah dalam hidup dan tetap berkarya dengan mengajar siswanya dan terus belajar Al-Qur,an agar santri bisa mendapatkan ilmu dan terus belajar dengan pelatihan guru tahfizh termasuk metode wafa atau metode yang baik untuk diajarkan kesiswa atau kesantrinya, agar  siswa dan santrinya bisa menggatikan amanah dimasa depan dan terlebih lagi suci tahu pekerjaan yang dia lakukan adalah pekerjaan mulia tidak hanya mendapatkan kemuliaan dunia namun terlebih lagi kemuliaan akhirat, dan dia tetap yakin dari kesabaran itu bahwa akan ada orang yang datang menyayanginya karena Allah dan mau berjuang dengan mendakwahkan Al-Qur,an bersamanya. Suci dan kelima saudaranya juga tetap berusaha untuk membahagiakan ibunya yang sudah berjuang untuk kebahagiaan mereka. 

_
Penulis : Nursafitri, S.Pd – SDIT Yaa Bunayya Sengkang Wajo

Perjalanan Merintis Karir

Nama saya Mohamad Ikbal Ramadhan, Lahir di palu 25 februari 1999. Saya seorang guru di salah satu sekolah menengah pertama di palu yaitu SMP islam terpadu bina insan palu. Sebelum menjadi seorang tenaga pendidik di sekolah, saya adalah seorang mahasiswa dan wiraswasta. Kok bisa dua? Iyaa, karena ketika masih kuliah saya sudah membantu orang tua saya berdagang , dari kecilpun saya selalu menemani ayah saya untuk berdagang sampai saya menempuh pendidikan di bangu perkuliahan. Di akhir perjalanan studi saya, saya mendapatkan ujian yang sangat berat pada waktu itu, ujian yang saya dapatkan waktu itu adalah wafatnya orangtua laki laki saya disaat pandemi meraja lela dan perekonomian keluarga yang tidak stabil . sehingga saya sangat sulit untuk mengatur waktu, keuangan serta kuliah saya. Alhamdulillah denga seiring berjalan waktu saya membiasakan diri dengan keadaan saya mencoba mengatur keuangan, waktu dan kuliah. Dengan pembiasaan diri seperti itu saya bisa menyelesaikan study saya dengan predikat coumlaude. Setelah lulus dari bangku kuliah saya memutuskan untuk mencari kerjaan sampingan agar bisa mencukupi kebutuhan keluarga di rumah. Ketika mendaftar di sekolah sekolah saya di teria di smp islam terpadu bina insane terpadu. Awal masuk sekolah saya mencoba untuk berbaur dengan guru guru dan mencoba membaur dengan kebiasaan yang baru. Awalnya kaget dan tidak terbiasa, tetapi dengan berjalannya waktusaya mulai terbiasa dengan lingkungan disekolah. Pada awal saya mengajar pada anak anak, saya mengikuti penerimaan siswa baru atau yang disebut dengan MPLS ( Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah ) bersama dengan rekan rekan guru yang berada di lingkungan smpit bina insan palu. dengan adanya MPLS ini saya bersemangat untuk bisa mengenal lebih dekat siswa siswi saya yang akan di anajr di sekolah. Setelah mengikuti kegiatan MPLS saya membuat rancangan rancangan pembelajaran dan metode metode yang akan saya pakai untuk mengajar. setelah beberapa hari mendapatkan arahan dan petunjuk dari pimpinan, saya membuat perangkat pembelajaran yang berlaku di sekolah saya. Ketika proses pembuatan saya mendapatkan kesulitan dalam proses pembuatan, karena di masa sekarang wabah pandemi sudah merajalela dan sudah banyak yang terpapar virus. Itulah yang membuat saya terus berupaya untuk mencari jalan keluar dan solusi agar pembelaran bisa lebih efektif. Ketika awal mengajar saya menggunakan aplikasi zoom, mecoba berinteraksi dengan anak anak didik dan berkenalan dengan mereka secara online. Setelah itu saya masuk ke materi yang akan saya ajar. Ada banyak kendala kendala yang saya dapatkan dalam pembelajaran di masa pandemi ini. Materi tidak sempurna tersampaikan, anak anak jaringannya susah, ada yang kehabisan data dan bahkan ada anak yang tidak mempunyai hp sama sekali dan masih banyak lagi. Dampak yang dirasakan guru guru dan anak di masa pandemi sekarang membuat kegiatan belajar mengajar sangat tidak efektif sehingganya saya selalu mencari jalan keluar dan solusi yang tepat agar kegiatan belajar mengajar bisa lebih efektif di masa pandemi seperti sekarang. Banyak hambatan, rintangan yang saya lalui tetapi tidak membuat saya mundur untuk selalu mencari jalan alternatif yang menurut saya cocok untuk di gunakan pada saat kegiatan belajar mengajar. Kami guru guru sangat mengharapkan pandemi ini akan segera berakhir danbisa belajar secara tatap muka bersama murid , karena banyak sekali keluhan keluhan murid yang di lontarkan kepada kami para guru guru dan itu membuat kami sangat terpukul disaat mereka merindukan sekolah mereka tetapi apalah daya semua kegiatan masih di batasi oleh keadaann seperti sekarang. Kami guru guru selalu berdoa untuk siswa siswi kami agar menjadi pribadi yang tegar, yang kuat dalam menghadapi ujian ini, kami guru selalu berikhtiar agar pandemi ini segera berlalu dan bisa belajar bersama. Sejauh perkembangan virus ini saya hanya bisa melakukan pembelajaran melalui zoom menggunakan aplikasi zoom, classroom, dan aplikasi aplikasi penunjang lainnyadan untuk tugas tugas praktek saya memberikan tugas video agar nilai nilai yang harus saya capai bisa terukur atau ternilai dengan baik. Dengan metode atau strategi seperti itu, saya berharap pembelajaran menjadi lebih baik dan siswa siswi bisa menerima dengan baik pula. Mari bersama sama kita berdoa dan berikhtiar bersama agar negara kita bisa mengatasi pandemi yang sedang melanda di negara kita yang tercinta ini agar kedepannya khususnya di bidang pendidikan bisa sekolah bertatap muka lagi dan bisa melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tentunya sangat seru. Jangan lupa untuk selalu meningktan program kesehatan 5M agar kita terhindar dari virus dan senantiasa melindungi orang orang di sekitar kita serta keluargaa kita. Semoga Allah SWT menguatkan hati kita, memperkuat rasa sabar kita dan selalu melindungi kita dari bahaya. Aamiien..

_
Mohamad Ikbal Ramadhan, S.Pd. – SMP Islam Terpadu Bina Insan Palu

Menjadi seorang guru bagi saya merupakan  bukan hanya sebagai profesi namun bagaimana juga saya mampu menilai arti dari sebuah kata guru yang didalamnya mengandung makna mulia dengan berbagi ilmu, berkah dalam hidup dan berkomitmen mewujudkan  generasi bangsa yang cerdas berakhlak mulia serta berkarakter sesuai Sunnah, Dimana untuk menyampaikan nya pun membutuhkan keikhlasan, dari arti keikhlasan inilah yang nantinya akan mampu membuka pintu hidayah sosial 

 

Berawal dari sebuah suport dan dorongan dari  beliau lah yang memimpikan seorang anak wanitanya menjadi seorang guru, meskipun dari keluarga yang kurang mampu, saat itu  tidak saya tahu bagaimana bisa mewujudkan impian beliau, meskipun suatu hal yang mustahil bagi saya.”karena pada hakikatnya yang namanya sekolah pasti harus biaya”

Motivasi ya, hanya terdoktrin dari motivasi beliau lah saja yang menjadi kekuatan niat itu muncul, serta keyakinan bahwa Alloh akan menjawab kesungguhan dalam setiap doa hambaNya.

 

Pada akhirnya langkah kecil ini melangkah dengan dorongan niat meskipun sejuta rasa malu berusaha untuk meleram, saya gandeng teman untuk mengurangi rasa malu dengan bersama melamar menjadi guru meskipun hanya bermodalkan pengalaman dan ijazah dibawah standar nya😔

 

Pada saat itu saya belum mengerti apa hakikat menjadi seorang pengajar, bagi saya datang kesekolah mengajar hanya suatu syarat menggugurkan kewajiban untuk mendapatkan penghasilan, seiring berjalannya waktu  tenyata Alloh telah menyusun scenarioNya untuk saya, betapa bahagianya ketika ternyata Alloh memberikan teman teman Sholeh dan Sholehah yang menunjukkan dan menuntun saya menutup semua masa silam, yang pada awalnya saya hanya dapat melihat dari kacamata material dan komersial menjadi melihat pada arti keikhlasan dan kemuliaan.masyaAlloh,  Karena maklum sekolah kami terkenal dengan agama Islam yang kental dan ukhuwah islamiah yang kuat dan prestasi yang Alhamdulillah

 

Beberapa tahun setelah pergantian  kepengurusan yayasan sekolah kami menggunakan metode WAFA, pada berapa bulan  kemudian, terjadi musim wabah, yang mengakibatkan keterbatasan kami dalam mengajar di sekolah menjadi sedikit kesulitan,karena harus mengajar secara online. sehingga satuan pendidikan sekolah kami  harus menambah dan meng-upgrade kemampuan guru dan wawasan dalam mengajar secara online.  dari sini banyak sekali yang menjadi pelajaran bagi saya pribadi terutama kekurangan saya yakni dalam hal teknologi, masih terngiang pengalaman dan ijazah standar merupakan modal utama saya mengajar, di sini saya benar benar diuji namun betapa pun Alloh yang maha luas ilmunya dalam hati saya berkata , semua saya pasti bisa jika saya mau belajar dan memulai.

 

pelatihan demi pelatihan telah terlalui, alhamdulillah meskipun pada pelaksanaannya banyak sekali ujian dari berbagai arah yakni keluhan keluhan wali santri dan tuntutan sebagai seorang pengajar yang profesional ,membuat saya ingin juga memahamkan agar wali santri bisa mendukung dan bekerja sama dengan saya, pendekatan  pun suatu upaya saya untuk menarik simpatik wali santri untuk tidak pindah dari sekolah ini, karena bagaimana pun sekolah ini semua untuk dakwah yang ingin saya wariskan untuk anak Soleh calon penerus generasi Qurani,

Selain pelatihan dan pendekatan , sekolah kami juga membuka kesempatan bagi para pendidik untuk mengikuti program tahsin wafa online.menambah dan meng-upgrade wawasan begitu yang saya lakukan bersama teman teman untuk tetap menjadi yang terbaik dan menyambung berlangsung nya langkah dakwah ini meskipun saat pandemi yang penuh ujian ini.

 

Penting untuk selalu saya terapkan dalam hati  mengajari harus mencontohi, maka bagaimana anak didik saya bisa hafal, tentunya saya dulu harus hafal,semoga dengan metode WAFA ini menjadikan saya lebih bersemangat dalam menghafal.

Dan saya yakin bahwa Alloh melihat akhir dari sebuah proses, seberapa besar pun upaya saya dalam menghafal Al-Qur’an saya yakin untuk mengangkat beliau di akhirat adalah mudah bagi Allah, yang selalu memotivasi dan  ingin saya memeluk  ibu meski tak sampai lagi saya bertemu dengan beliau , semoga hanya ini yang bisa kelak menjadi balasan untuk ibu saat prestasi yang beliau impikan masih sedikit yang sempat beliau tuai dimasa hidup.

 

Dari sini saya berbagi semoga dapat memotivasi kita semua untuk semangat menegakkan dakwah demi masa depan generasi Qurani yang lebih baik dan berkualitas, semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk tetap semangat mengajar meski pun masa pandemi, kita pasti bisa jika mau belajar dan memulai😊

 

Salam manis dari insan manis

😉👌 Puput Irawati – PAUD IT Insan Utama Toili

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu 🙏

Pelita Rerang

Pada siang hari setelah shalat zuhur ibu Munira bersama suami sedang duduk di ruang keluarga sambil bercengkrama ringan, tiba-tiba terdengar suara salam dari balik pintu rumah.

“Assalamualaikum… Assalamualaikum…”

“Ada apa ma?”, “Siapa ya yang bertamau siang-siang begini, sepertinya penting? “ tanya suami kepada sang istri. “Tidak tahu pa, mama buka pintu ya!! sahut sang istri. Suami menganggukkan kepala dengan raut wajah rasa ingin tahu.

******

“Wa’alaikumussalam”. Jawab ibu Munira, ketika membuka ibu Munira dikejutkan dengan ibu ibu yang memakai seragam olahraga yang berwarna merah campur kuning yang memandanginya.

“Maaf bu, menggangu waktu istirahatnya.” Kata ibu Erni.

“Iya bu, tidak apa-apa, mari bu, silahkan masuk”. Jawab ibu Munira.

Ibu-ibu yang berseragam bergegas masuk mengikuti ibu Erni yang lebih dulu duduk.

******

Setelah rombongan ibu-ibu pergi sang suami menayakan maksud kedatangan mereka, “ibu-ibu yang berseragam olahraga tadi perlu apa ma?” Tanya sang suami.

“Maksud kedatangan mereka ingin memberitahukan bahwa mereka masuk babak final dalam pertandingan bola voly antar desa, mewakili desa Rerang yang akan bertanding melawan group  desa Sabang. Untuk itu, mereka minta didoakan agar tetap tenang selama pertandingan berlangsung.” Terang sang istri yang sedang membersihkan gelas minum yang disuguhkan` kepada tamu tadi.

******

Sore hari setelah ashar, suami istri yang telah berusia lanjut ini mempunyai kebiasaan duduk di teras rumah sambil mengingat kembali kebersamaa bersama anakanya. Mereka dikaruniai dua orang anak laki-laki dan perempuan. Kedua anaknya sedang menempuh pendidikan di pondok pesantren di daerah Jawa Timur. Tinggalah mereka berdua di rumah yang sederhana lagi asri. Orang tua yang ikhlas melepaskan anaknya untuk mondok selama bertahun-tahun hanya  mengharapkan agar anaknya kelak dapat menebarkan ilmu yang bermanfaat kepada umat.  Sang suami dikenal sebagai seorang guru yang menjabat sebagai kepala sekolah SDN 25 Rerang sedangkan istri dikenal sebagai guru agama islam.

******

Tersebar berita bahwa tim dari desa Rerang memenangkan pertandingan bola voly putri. Semua warga sangat bergembira atas kemenangan ini. Ibu Erni menyampaikan berita kemenangan langsung kepada Ibu Munira, sekaligus mengundang ibu Munira untuk mengisi tausiah di pengajiaan pekanan. “Pa, besok mama diundang untuk mengisi pengajian. Bagaiamana pa, boleh?” Sang istri meminta izin. “Bolehlah ma, selama untuk kebaikan umat papa izinkan.” Jawab sang suami. Setelah mendapat izin, ibu Munira menyampaikan kepada ibu Erni, bahwa ia setuju untuk mengisi pengajian esok hari. Sang istri begitu shalihah ketika hendak keluar rumah selalu meminta izin dan ridha kepada suaminya. Setelah ibu Erni pulang, obrolan suami istri ini masih berlanjut di teras rumah yang sederhana lagi asri ini. “Hebat kamu ma, doa apa yang kamu berikan kepada ibu-ibu yang ikut pertandingan voly?” suami memuji sang istri. “Alhamdulillah, mama berikan doa keluar rumah pa. Cukuplah surah alfatihah jadi pembuka segala aktivitas dan zikir  bismillahi tawakatu allahi la haula wa kuata illabilahizalimin menjadi benteng dari syaitan.

*****

Esok hari, ibu Munira mengisi kajian dengan tema memuliakan Al-Quran dengan cara mempelajarinya, mengamalkannya serta mengajarkannya. Kajian tersebut berjalan dengan khidmat. Usai kajian, ibu Munira bergegas pulang mengingat makan malam belum disiapkan, tetapi ketika hendak pulang ibu Munira dihentikan oleh seorang ibu yang terlihat lebih tua dari ibu Munira. “Ada apa bu” tanya ibu Munira.  “Saya belum bisa membaca Al-Quran, tolong ajar saya membaca Al-Quran” jawabnya dengan tatapan penuh harap. “Oh baik, dengan senang hati bu” kata ibu Munira. Ibu tersebut mengajak ibu-ibu yang lain untuk belajar membaca Al-Quran dan akhirnya terkumpul kurang lebih 7 orang ibu-ibu yang lanjut usia. Pengajian ini dijadwalkan seminggu 2 kali dan dimulai dari mempelajari cara menyebut huruf hijaiyah dengan makhraj yang benar. Ibu-ibu yang mempelajari Al-Quran ialah ibu-ibu yang usia lanjut yang berumur 40 sampia 50 tahun. Ibu Munira begitu sabar dan telaten mengajarkan Al-Quran mengingat usia mereka yang sudah tua sehingga lisan sudah mulai kaku mengucapkan huruf hijaiyah.

******

Dalam waktu 6 bulan ibu-ibu sudah bisa membaca huruf hijaiyah serta dapat membaca huruf yang terangkai. Namun semangat ibu-ibu dalam mempelajari Al-Quran terhalang karena munculnya suatu musibah yang membuat pertemuan mereka terhenti. Selama pandemik pertemuan tersebut tidak lagi terlaksana secara optimal bahkan sudah terhitung  setahun lebih ibu Munira tidak lagi mengajarkan Al-Quran kepada ibu-ibu. Ibu Munira sangat sedih dengan adanya virus corona yang melanda seluruh dunia. Ibu Munira sangat merindukan pertemuan bersama ibu-ibu, semangat dan kecerian ibu-ibu dalam belajar membaca Al-Quran terus terngiang dalam ingatannya, sesekali air matanya membasahi pipi ketika teringat ibu-ibu tua yang pantang menyerah walaupun lidah sudah kaku mengucapkan huruf hijaiyah, ia tidak bisa apa-apa, hanya harap dan doa yang selalu ia panjatkan kepada Allah Swt., Zat pengendali alam semesta agar pandemik ini segera berlalu.

_
Penulis : Ahmad Fauzi – SMPIT Bina Insan Palu