Beruntungnya Generasi Qur’ani

Sekolahku, Surgaku

Pagiku cerah, waktunya kembali ke sekolah. Bersua dengan keluarga di rumah kedua. Hati berbunga melihat setiap anak melangkah ke gerbang sekolah dengan senyum dan langkah semangat. Satu per satu mereka menyalami kami, guru-gurunya dengan penuh antusias. Bel berbunyi, lalu anak-anak berbaris teratur di depan kelas dan suara mereka saling bersahutan meneriakkan yel-yel sekolah dengan kompak dan semangat. “SDIT Taqiyya Rosyida, Madrassati Jannati, Sekolahku Surgaku!” Slogan itu mereka teriakkan dengan tulus dan semangat, pertanda setiap anak selalu merindukan rumah keduanya itu.

Suasana pagi sekolah begitu menyejukkan hati. Terdengar bersahutan bacaan sholat dhuha dan dzikir pagi di kelas-kelas dan masjid. Selepas sholat dhuha dan dzikir pagi, mereka lanjut murojaah dan menghafal ayat-ayat qauliyah-Nya di masjid, gazebo dan kelas-kelas. Menyejukkan hati bukan? Namun, itu hanya kenangan masa lalu. Suasana surga seperti itu, sudah lama tidak ada di sekolah. Kami berharap bumi ini segera sembuh. Sangat rindu berQur’an dan duduk melingkar dengan generasi-generasi Qur’ani. Rindu menyimak bacaan Wafa mereka. Rindu memandang wajah polos mereka yang sangat antusias belajar Al-Qur’an. 

Ketika memandangi wajah mereka mengingatkan bahwa setiap anak manusia adalah mahakarya. Mahakarya yang Allah ciptakan dengan perhatian sempurna dan istimewa. Allah membekali anak manusia dengan beragam kecerdasan, baik kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual (multiple intelligence).

Bila kecerdasan ini dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal, akan membuka peluang besar untuk membuat anak menjadi generasi yang berbudi dan berprestasi. Salah satu upaya meningkatkan kecerdasan adalah dengan menerapkan kebiasaan menghafal Al-Qur’an. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa menghafal Al-Qur’an dapat meningkatkan kecerdasan, baik  emosional, spiritual, dan intelektual.

Kecerdasan dan kebiasaan menghafal Al-Qur’an.

Saat kelas, kami senantiasa memotivasi anak-anak untuk semangat menghafal Al-Qur’an. “Sholih sholihah, banyak sekali keberuntungan yang kita dapat jika kita menghafal Qur’an. Allah akan memuliakan penghafal Al-Qur’an. Selain itu, orang yang terbiasa menghafal akan membuat  sel-sel otak dan badannya aktif karena difungsikan terus menerus. Dengan menghafal, otak kita akan lebih cepat menyerap dan menyimpan informasi dalam waktu yang lama. Sehingga menghafal Al-Qur’an secara otomatis dapat meningkatkan kecerdasan kita” jelasku.

 

“Sedikit cerita teman-teman. Dulu ustadzah memiliki siswa yang mempunyai kesulitan belajar. Siswa ustadzah menderita disleksia, yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, atau mengeja. Ia sudah kelas 3 SD, tetapi belum bisa menghafal huruf-huruf hijaiyah. Namun, dia punya motivasi dan tekad yang kuat dalam belajar. Ustadzah coba mengajarinya dengan metode Wafa, metode belajar dengan otak kanan yang kita gunakan sekarang, teman-teman. Alhamdulillah dengan metode Wafa yang menyenangkan dan tekadnya yang kuat, dia bisa lancar membaca huruf-huruf hijaiyah,” jelasku.

“Sekarang, dia bisa lancar membaca Al-Qur’an dengan tajwid dan sudah hafal 5 juz, masyaAllah. Selain itu teman-teman, dia juga punya banyak prestasi dalam lomba karya ilmiah. Semangat ya teman-teman. Kalau kita bersungguh-sungguh, pasti kita akan bisa sukses. Maksimalkan potensi yang kita miliki,” sambungku.  

“Wah, begitu ya ustadzah, aku mau tambah rajin menghafal ah, biar tambah cerdas,” kata Ita. “Ita, menghafal itu karena Allah, biar tambah berkah. Kalau kita tambah cerdas itu bonus dari Allah hehee,” kata Bunga. “Hehe iya siap Bunga, hafalanmu banyak makanya kamu tambah cerdas hehe, lalu manfaat tahfidz lainnya apa ustadzah?” tanya Ita.

 “Mantap teman-teman, manfaat lainnya ialah hati kita menjadi tentram dan tenang, karena kita senantiasa membaca dan menghafal firman Allah, serta mengingat-Nya. Selain itu, kita juga akan menjadi pribadi yang berakhlak mulia teman-teman. Penghafal Qur’an hendaknya juga mengamalkan isi Al-Qur’an. Tidak hanya membaca dan menghafalnya saja,” jelasku.

Bunga salah satu siswi kelas 5B menanggapi, “Wah, aku jadi tambah semangat menghafal Al-Qur’an, ustadzah. Selain mendapat kemuliaan di akhirat, kita juga dapat banyak manfaat. Ayo semangat teman-teman. Generasi Qur’ani ….!” Lalu, serempak teman-temannya menjawab, “Cinta Qur’an!” 

Bunga adalah salah satu anak didik kami yang sangat semangat belajar Al-Qur’an. Ia salah satu siswa kelas 5 Program Khusus tahfidz.  Capaian hafalannya banyak dan bacaannya bagus. Ia anak yang disiplin waktu, tau kapan waktunya belajar, mengaji, dan bermain. Sehingga prestasi belajarnya juga bagus di sekolah. Selain itu, ia punya adab bagus dan rajin beribadah. Ia gambaran generasi Qur’ani yang memiliki kecerdasan yang komprehensif, damai dalam interaksi sosialnya, berkarakter kuat, dan juga beradab.

Belajar dari Bunga

Saat ngobrol-ngobrol santai dengan Bunga di sela-sela istirahat, selalu banyak pelajaran yang bisa diambil. “Bunga cantik, apa yang membuat Bunga semangat menghafal Al-Qur’an?” tanyaku. “Aku ingin menjadi salah satu penjaga al-Quran yang mulia, ustadzah. Jangan sampai ada yang merubah dan melenyapkan firman Allah, betul kan ustadzah?” sahut Bunga.

MasyaAllah sholihah, iya betul. Hafidz atau hafidzah itu adalah orang-orang yang Allah pilih untuk menjaga Al-Qur’an. Allah sangat memuliakan para penghafal Al-Qur’an. Itu salah satu cara Allah untuk memelihara Al-Qur’an. Kita ingat firman Allah: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (Q.S.al Hijr: 9),” jelasku.

“Bahkan, Allah turunkan Al-Qur’an dengan mudah dihafal. Coba mbak, apakah ada karya manusia yang tebalnya setebal Qur’an dan bisa dihafal persis huruf per huruf seperti Al-Qur’an? Tidak ada bukan. Kita ingat, ayat yang Allah ulang empat kali dalam surah al-Qomar: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (Q.S.al-Qomar: 17,22,32,40). Nah mbak, sebenarnya Allah turunkan Al-Qur’an dengan mudah dihafal,” sambungku.

MasyaAllah, berarti Al-Qur’an itu sebenarnya mudah dihafal ya, ust. Tinggal kita mau bertekad kuat menghafal atau tidak,” kata Bunga semangat. “Iya betul mbak, terkadang kita menghafal tapi belum hafal-hafal, berarti usaha kita yang kurang. Maka harus ditambah usahanya. Kalau udah benar-benar lelah menghafalnya, coba istirahat dulu jangan dipaksakan. Nanti dilanjutkan lagi ngafalnya,” jelasku. “Siap ustadzah, terima kasih semangatnya,jawab Bunga.

Belajar dari keluarga penghafal Qur’an

Kami kagum dengan Bunga dan anak-anak lain yang sangat semangat belajar Al-Qur’an. Meskipun pandemi dan belajar dari rumah, mereka tetap semangat setoran hafalan dan setoran bacaan Wafa. Mereka sangat semangat belajar Al-Qur’an karena cintanya pada Al-Qur’an begitu besar dan ayah bunda mereka juga berhasil membentuk budaya Qur’an di rumah sendiri.

Saat pembelajaran daring, pembelajaran AQT (Al-Qur’an dan Tahfidz) di sekolah kami, menggunakan Zoom, Google Meet, Video Call, atau kirim video. Agar tetap ada interaksi tatap muka antara guru dan murid. Meskipun di awal perlu banyak penyesuaian, alhamdulillah saat ini anak-anak cukup antusias saat belajar daring. Bahkan, eberapa anak merasa sedih saat ada tanggal merah dan mereka tidak bisa setoran Wafa dan hafalan di hari itu. Di masa pandemi ini, perjuangan guru AQT memang lebih ekstra dalam mendampingi anak-anak belajar dari rumah. Tentunya juga perlu kerjasama yang baik antara guru dan ayah bunda di rumah.

Kami pernah berbincang dengan ibunda dari Alif Firstdy Hafidzurrahman, salah satu Hafidz Cilik Indonesia yang pernah kami undang ke acara sekolah beberapa waktu lalu. Mas Alif adalah 11 besar Hafidz Cilik Indonesia RCTI Tahun 2015, juara 1 MHQ (Musabaqah Hifdzil Qur’an) JSIT Seluruh Indonesia Tahun 2015, juara 1 MHQ tingkat provinsi DIY Tahun 2017, dan juara 1 MHQ piala Gubernur se-DIY Tahun 2017. Ibunda mas Alif hafidz cilik membagikan tips bagaimana agar anak istiqomah bersama Al-Qur’an.

“Bunda, mas Alif alhamdulillah tumbuh menjadi penghafal Al-Qur’an dan mempunyai banyak prestasi membanggakan di bidang Qur’an. Bagaimana tips agar anak istiqomah menghafal Al-Qur’an?” tanyaku. “Baik ustadzah, agar anak semangat menghafal Al-Qur’an, anak-anak perlu dipahamkan keutamaan menghafal. Allah selalu memberikan perintah dan juga menyiapkan balasan kebaikan-kebaikan yang luar biasa, termasuk dalam hal menghafal Al-Qur’an,” jawab bunda.

“Lalu ustadzah, orang tua perlu membangun budaya berQur’an di rumah. Di rumah, kami membuat jam-jam khusus Qur’an. Semua anggota keluarga wajib ikut, termasuk orang tua. Jika ingin anaknya rajin mengaji, orang tua juga perlu memberi contoh. Ayah, ibu, anak, semuanya membiasakan diri bersama Al-Qur’an.  Bahkan ketika sakit, kami tetap membaca al-Quran meskipun sambil berbaring. Dalam kondisi apapun tetap berQur’an. Tiada hari tanpa Qur’an. Selanjutnya, kita juga senantiasa mendoakan anak-anak kita agar anak-anak kita senantiasa mencintai dan bersama Al-Qur’an,” lanjut bunda.

MasyaAllah betapa indahnya keluarga yang ayah, ibu, dan anak-anaknya, seluruhnya memiliki kecintaan terhadap Al-Qur’an. Mereka senantiasa membacanya. Tidak ada waktu yang dilalui, melainkan senantiasa ada ayat-ayat Al-Qur’an yang disenandungkan. Juga berpikir, berbicara, dan bertindak sesuai tuntunan Al-Qur’an.

Mendidik generasi Qur’ani baik dulu, kini, dan nanti tidak hanya peran guru Al-Qur’an, namun juga membutuhkan peran ayah bunda di rumah. Allah akan memakaikan mahkota kemuliaan di surga kepada orang tua yang anaknya membaca al-Quran dan mengamalkannya. Generasi Qur’ani yang tidak hanya mempelajari Al-Qur’an namun juga mengamalkannya. 

Mendidik Generasi Qur’ani dulu, kini, dan nanti

Mendidik generasi Qur’ani di era kemajuan teknologi seperti ini, perlu kreatifitas dari para pengajar agar anak benar-benar cinta Al-Qur’an dan belajar tanpa paksaan. Banyak cara yang bisa dilakukan. Misalnya dengan menggunakan metode Wafa, yaitu belajar Al-Qur’an dengan metode otak kanan. Aplikasi Wafa juga sudah tersedia. Selain menggunakan metode yang cocok bagi anak, kita juga bisa menggunakan game Qur’ani, seperti ular tangga Qur’ani (tidak pakai dadu, pakai kartu), blok hijaiyah, puzzle Qur’ani, dan masih banyak lagi.

Dengan pembelajaran kreaktif dan menyenangkan, anak akan betah belajar Al-Qur’an. Para pengajar hendaknya terus inovatif menyesuaikan perkembangan zaman dan teknologi. Dengan adanya perubahan zaman, pengajar harus terus belajar untuk memperbarui keterampilan agar selalu tetap relevan dengan perubahan. Pendidikan generasi Qur’ani harus terus berlanjut, kini dan nanti.

Pendidikan generasi penerus merupakan hal yang harus terus diperhatikan. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang untuk mewujudkan generasi emas di masa mendatang. Generasi Qur’ani yang memiliki kecerdasan yang komprehensif, damai dalam interaksi sosialnya, berkarakter kuat, dan berperadaban unggul sangat dibutuhkan untuk kemajuan bangsa ini. Bersama kita lahirkan Bunga-Bunga yang lain untuk mengharumkan bangsa ini. Semangat bersama mendidik generasi Qur’ani.

_
Penulis : Fika Megawati, S.Pd. – Taqiyya Rosyida

Karyawan Allah SWT

Sore hari itu,  angin berhembus menyapu jilbab seorang ibu muda yang sedang duduk di belakang rumahnya, namanya Umi Maimunah. Matanya bergerak ke kiri dan kanan menyapu pemandangan di belakang rumah. Matanya menatap hamparan air yang berwarna hitam dan itulah sebab kampungnya dinamakan banyu hirang. 

Dalam pada itu, Umi Maimunah adalah seorang perempuan berumur 35 tahun yang memiliki 4 orang anak. Pekerjaannya adalah ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga adalah sebuah jabatan yang sungguh mulia bagi seorang perempuan. Nama anak-anaknya adalah Amel, Muzaki, Aya, dan Nadiya.

Matahari mulai bersembunyi di kaki langit barat, tak lama kemudian suara adzan maghrib pun berkumandang. Umi Maimunah segera mengambil air wudhu untuk bersiap sholat maghrib. Selesai sholat, ia mengangkat kedua tangannya sambil mendoakan ke 4 anaknya agar menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah serta dekat dengan Al- Qur’an. Baginya harta terbesar adalah ketika memiliki anak yang sholeh dan sholehah. Butiran air berwarna bening menetes dipipinya sambir merayu-rayu Allah SWT. Ia mengadukan pada Allah tentang kekhawatirannya pada anak ketiganya yang bernama Aya. Aya adalah anaknya yang berumur  6 tahun, ia agak susah di ajak belajar ngaji karena ia mudah bosan. 

Setelah sholat, entah dari mana asalnya, Umi Maimunah tiba-tiba terpikir untuk meminta bantuan kepada guru tahfizh di sekolah anak nya yang kedua yang bernama Ustadzah Aina.

Setelah sholat maghrib, ustadzah Aina yang baru saja menyelesaikan membaca surah Al-Waqi’ah favoritnya tiba-tiba mendengar handphonenya berdering. Ternyata dari Umi Maimunah. Kebetulan mereka sudah saling mengenal karena ustadzah Aina adalah guru Tahfidz disekolah anaknya yang kedua.

“Assalamualaikum Ustadzah”

“Wa’ alaikumussalaam wr.wb”

“Bisakah saya meminta bantuan ustadzah untuk mengajar anak saya yang ketiga belajar Al-Qur’an?”

“InsyaAllah bisa bunda, mau langsung besok bunda?”

“Iya ustadzah, kalau boleh, mau langsung besok”

 

Waktu berlalu sudah hampir satu jam, Umi Maimunah baru menutup telponnya. Umi menceritakan anaknya yang bernama Aya adalah anak yang mudah bosan saat belajar. Anak yang mudah bosan saat belajar memerlukan seorang guru yang memiliki metode menyenangkan saat mengajar. Ustdzah Aina adalah seorang guru yang menggunakan metode wafa saat mengajar. Metode wafa adalah metode yang sungguh menyenangkan dan tidak membosankan.

Ustadzah aina ketika ditawarkan perihal belajar dan mengajar Al-Qur’an ia pasti langsung bersemangat mengiyakan. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar dan mengajar Al-Qur’an. Menjadi guru Qur’an adalah investasi amal jariyah yang sangat menjanjikan baginya. Guru Al-Qur’an adalah karyawannya Allah SWT.

Esoknya tepat pukul 2 siang menemui Aya dirumahnya dan mulai berkenalan dengan anak tersebut. Dalam hatinya berbisik ya Allah semoga atas izin Mu melalui aku anak ini Engkau permudah dalam belajar Al-Qur’an. Air matanya menetes, entah mengapa ia sering terharu apabila melihat anak-anak belajar Al-Qur’an. Dalam hatinya berkata “Aya aku adalah gurumu, aku akan mendampingimu, aku tidak akan meninggalkanmu”.

Ustadzah Aina mengajak Aya belajar buku wafa 1. Ajakan itu dilampirkan dengan sebuah senyuman termanis yang diberikan guru kepada muridnya. Aya pun terlihat bersemangat. Memang benar kata orang, yang dari hati akan sampae ke hati.

Ustadzah aina mengajar ngaji dimulai dari pengenalan huruf-huruf hijaiyah yang ada di buku wafa 1 sambil bernyanyi dan disertai gerakan gerakan yang disukai anak kecil sehingga ia juga mudah mengingat nama-nama huruf hijaiyah tersebut.

Waktu berlalu sudah setengah jam, ustadzah aina bertanya kepada Aya “Aya kalau besar cita-citanya mau jadi apa?”, ” Aya mau jadi penghafal Al-Qur’an seperti anak-anak hafidz Indonesia ustadzah” jawab Aya dengan polosnya. “Masya Allah, anak sholehah semoga Allah mudahkan cita-citamu nak, berarti kamu harus rajin belajar mengaji”. Cita-cita menjadi penghafal Qur’an adalah cita-cita yang sungguh luar biasa tak terperi.

 

4 bulan waktu berlalu. Umi Maimunah yang yang sedang duduk di kursi kesayangannya tersenyum manis, bibirnya melengkung bak bulan sabit. Ia bahagia tak terperi melihat anaknya yang senang menyanyikan lagu huruf-huruf  hijaiyah, bahkan sudah hafal semua nama huruf hijaiyah.

Mata saya kaya roda…

Ada thoha bawa jala…

Aya menyanyikannyA dengan nyaring, sambil menggerak-gerakkan tangannya, ia nampak senang terbukti dari seringnya dia mengulang-ulang nyanyian tersebut.

Umi maimunah berterima kasih kepada Ustadzah Aina yang selama ini sudah sangat sabar dalam mengajar Al-Qur’an. Bagi ustadzah aina mengajar Al-Qur’an adalah tugas yang harus ia lakukan sampae akhir hayatnya, karena baginya semua ilmu yang ia dapatkan adalah pemberian Allah SWT yang kemudian harus ia sampaikan pula pada orang lain. Ia teringat pesan guru ngajinya saat kecil: 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

خيركم من تعلم القرآن وعلمه 

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhori).

Hatinya berbisik Ya Allah berikanlah kami rezeki membaca Al-Qur’an disetiap hari kami dan buatlah hati kami selalu haus untuk bersama Al-Qur’an. Tiba-tiba air berwarna bening itu mengalir dipipinya.

_
Penulis : Nor Aina – SDIT Ihsanul Amal

Jalanku Bersama Al Quran

Perjalanan singkat dari seorang pejuang  Al – Quran. Saya alumni mahasiswa pertanian, seorang perempuan yang  tidak memiliki background dari pondok dan sangat minim sekali pengetahuan tentang islam terlebih Al Quran. Perjalanan saya dimulai dari tahun 2015, perubahan yang saya alami dari jaman jahiliyah, saya memulai mempelajari sedikit demi sedikit tentang Islam. Saya datangi majlis – majlis ilmu agar saya lebih memahami islam. Sehingga pada suatu ketika saya ingin mempelajari tentang Al Quran, mulai dari cara membaca, mentadaburi, bahkan mungkin terlintas dalam hati ingin menghafal Al Quran. Qodarullah pada suatu ketika saya mendapat tawaran dari seorang teman untuk mengikuti suatu program Al Quran untuk umum yang dinaungi suatu ponpes ternama dikota saya. 

Pertama kali yang terlintas dibenak saya, iya saya ingin bergabung walaupun dikatakan saya bisa membaca Al Quran tapi saya tidak tau benar tidaknya, dan alhasil tes pengumuman keluar dan ya saya masuk kelas dasar yang artinya kelas terendah. Merasa kaget pasti, bahkan rasanya malu untuk melanjutkan, tapi keingian untuk belajar lebih besar sehingga membuat saya lebih bersemangat. 2 tahun berlalu dan saya masih tetap semangat, tp kini saya sudah berada dikelas Tahfidz, mulai pada tahap menghafal yang ternyata tidak mudah, butuh kesungguhan, keistiqomahan, sabar dan semangat. Tidak sekali atau dua kali saya ingin menyerah dan berhenti untuk menghafal Al Quran, dengan dukungan dan dorongan seorang yang saya panggil ustadzah, hati ini selalu terketuk untuk selalu dengan Al Quran. Berat memang, susah dan melelahkan tapi ada ketenangan batin ketika saya mampu membaca ayat – ayat Allah dengan lancar.

Belum lama saya berada dikelas Tahfidz, tiba2 salah satu usth saya meminta saya untuk mengajar di program Al Quran tersebut. Saya merasa sangat terhormat atas tawaran itu, tidak menyangka dan membuat saya terharu mengingat hafalan yang saya miliki hanya sedikit sekali. Disinilah saya mulai menjadi guru Al Quran, dengan segala keterbatasan begitu banyak dukungan dari orang2 tersayang. Saya sangat menikmati peran ini walaupun disisi lain saya harus tetap menyelesaikan kuliah yang sedang saya tempuh, dengan melihat wajah – wajah semangat perempuan dari remaja sampai ibu – ibu dalam belajar Al Quran itu seperti charger bagi diri saya. Hal ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya dari seorang mahasiswa pertanian yang sehari hari bergelut dengan lahan tanah dan terik matahari.

Seiring berjalannya waktu semakin mendekati wisuda, beberapa bulan sebelumnya, kembali terulang salah satu dari ustadzah saya meminta saya untuk mengajar di SMPIT Al Ghozali Jember, secara prosedural saya kirim lamaran dan saya bergabung. Rasa takut dan merasa tidak pantas terus membayangi saya, sanggupkah menjadi seorang guru yang notobene akan menjadi tauladan bagi para muridnya, yah nyali saya semakin menciut tiap memikirkan hal itu. Tapi dalam hati kecil saya masih terbesit rasa bahwa saya ingin selalu bersama dengan Al Quran, mungkin inilah salah satu jalan untuk menempuhnya. 

Hari pertama, pekan pertama ku mulai beradaptasi dengan lingkungan dan siswa – siswa saya, ternyata sangat menyenangkan sekali melihat tawa dan tangis mereka. Setiap harinya saya bertemu dengan para penghafal Al Quran, dengan segala perjuangan mereka tak kenal lelah. Pernah suatu ketika seorang siswa mendatangi saya dengan menangis menestakan air mata, dia bercerita “betapa sulitnya dia menghafal, apakah dosa saya begitu banyak sampai saya susah sekali menghafal”. Tersentak hati saya ingin meneteskan air mata juga, tapi saya tahan dan saya peluk erat dia dan saya berkata ” pasti bisa nak, Allah sedang menguji kesabaranmu kita berjuang bersama – sama ya”.

Memang tidak mudah menjadi penghafal Al Quran, karna tidak pada sembarang orang Allah menitipkan kalamnya. Ayat – ayat Allah akan menetap pada hati seorang hamba yang memang bersungguh – sungguh niatnya hanya mencari ridho Allah. Air mata saya menetes kala saya melihat mereka yg berjuang bersama Al Quran diwisuda ketika akhir kelulusan, berapapun hafalan yg sudah mereka miliki selalu berkesan dihati saya, karna mereka telah melewati suka duka jatuh bangun bersama Al Quran. Ternyata siapapun kita dimasalalu, bisa berubah seiring berjalannya waktu. Seperti yang saya alami, dari yang tidak ada ketertarikan pada Al Quran, justru kini saya dikelilingi ahlul Quran. Jika Allah masih memberi saya kesempatan saya masih ingin terus memperbaiki bacaan Al Quran dan ingin terus menghafal sampai tuntas dan mutqin. Semoga guru – guru Al Quran dimanapun berada akan selalu dalam lindungan  Allah, Semoga Allah senantiasa memberika syafaat sampai hari akhir nanti  dan semoga dengan menjadi guru Al Quran  bisa membawa saya dan kita semua selalu dalam kebaikan, dan bisa menjembatani kita ke surga kelak. Aamiin

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

_
Penulis : Dinda Ragil Lestari – SMPIT Al Ghozali Jember

Muridku Inspirasiku

‘Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya’ (HR. Bukhori). Sepenggal hadits di atas selalu menjadi penyemangat dalam hati untuk terus belajar memperbaiki bacaan Al-Quran. Begitu pula untuk mengajarkannya. Berbicara soal dinamika belajar Al-Quran tentu ada suka dukanya. Tidak semulus jalan tol, pasti setiap ustadz memiliki kendala masing-masing. Dan kendala itu Insya Allah akan terlewati dengan baik. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Insyirah:5-6, Allah SWT berfirman:

 اِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا (٦) فَاِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا(٥)

Artinya: Maka, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (Al-Insyirah: 4-5)

Berawal dari mendapat amanah untuk mengampu BTAQ (Baca Tulis Al-Quran) di tahun pelajaran ini. Mata tercengang, hati gundah gulana, pikiran tak karuan. Mengapa nama saya masuk dalam daftar pengampu BTAQ? Dalam hati, background saya kan guru kelas. Masih terngiang, saat di tes tasnif oleh Ustadz Dody. Beliau berkata,”Ustadz, belajar wafa 3 lagi ya. Semangat.” Sejenak berpikir, apakah layak mengampu BTAQ dengan capaian masih jilid 3? Karena prinsipnya, amanah tak salah memilih pundak. Maka dengan modal ‘bismillah’ berupaya sebisa mungkin untuk ngopeni kelompok BTAQ.

Kelompok yang diamanahkan kepada saya ada 16 siswa. Rata-rata capaiannya jilid 1 halaman akhir (42-44). Kondisi masih pandemi, sesuai kebijakan dari sekolah proses belajar mengajar menggunakan sistem daring. Tambah pusing saya. Belum ada gambaran mengajar ngaji pakai sistem daring. Konsep trial and error menjadi upaya untuk terus mencari metode yang tepat. Pertama, saya coba menggunakan rekaman. Guru memberikan contoh bacaan melalui rekaman, kemudian siswa mengirimkan rekaman bacaan jilid wafanya. Dua pekan menggunakan cara ini, nampakanya belum efektif. Dari 16 siswa, rata-rata yang mengirimkan rekaman 3-5 siswa saja. Dan siswa yang mengirim rekaman itu-itu saja. Yang lain kemana ini?

Pekan selanjutnya, saya coba untuk menggunakan metode videocall. Di grup WA setiap Senin pagi saya buatkan list jadwal videocall selama sepekan. Ketentuannya, setiap anak mengisi satu waktu. Saya coba sepekan nampaknya gayung bersambut. Wali siswa antusias untuk mengisi jadwal ngaji via videocall. Semua siswa selalu mengisi jadwal dan melakukan videocall. Mendapat tanggapan yang positif dari siswa, akhirnya jadwal videocall saya tambah. Setiap siswa boleh mengisi 3x dalam sepekan. Masya Allah, wali siswa semakin antusias. Dalam hati terbesit, sepertinya ini metode yang tepat di kelompok saya.

Alhamdulillah pembelajaran berjalan dengan lancar. Memang ada satu siswa yang capaiannya paling bawah. Jika rata-rata siswa sudah sampai halaman akhir, siswa yang satu ini baru sampai halaman 20. Sebut saja Sahid (bukan nama sebenarnya). Meskipun tertinggal dari teman-temannya, Sahid selalu bersemangat untuk belajar ngaji wafa. Alhamdulillah, modal semangat Insya Allah akan dimudahkan oleh Allah untuk terus belajar. Dari sekolah memang memiliki visi Qur’ani, jika dipaparkan dalam tujuan yaitu menumbuhkan rasa cinta terhadap AL-Qur’an. Sebagai guru, rasanya senang jika ada siswa yang selalu bersemangat belajar ngaji. Berikut beberapa pengalaman yang membakar semangat untuk terus belajar ngaji dan memperbaiki bacaan Al-Qur’an.

Setiap hari minta videocall. Tepat setiap pukul 08.00 Sahid sudah standby di depan smartphone. Sudah berpakaian rapi, memakai baju muslim berpeci. Biasanya mengirim voicenote terlebih dahulu,” Asslamu’alaykum Pak Guru, saya sudah siap ngaji.” Hati ini tambah tersentuh melihat seorang siswa semangat ngaji. Saat mengaji pun tidak banyak yang saya ajarkan. Setiap pertemuan 3-4 baris. Nanti jika lancar, ditambah lagi. Jika belum lancar diulang-ulang. Bahkan diulang-ulang di hari berikutnya.

Belum mau mengerjakan tugas lain, jika belum ngaji wafa. Sahid juga memiliki tugas belajar seperti tematik, PAI (Pendidikan Agama Islam), Bahasa Inggris, Basa Jawa, pendidikan batik. Namun menurut penuturan orangtuanya, Sahid belum mau mengerjakan tugasnya jika belum ngaji wafa. Masya Allah, lagi-lagi tersentuh dengan semangatnya. Pernah suatu ketika, saya sedang ada keperluan mendadak. Sehingga videocall baru bisa dilaksanakan pukul 9.30 WIB. Dengan permohonan maaf, ternyata Sahid masih menunggu di depan HP. Dengan ekspresi wajah yang agak lesu, kemudian kami melakukan ngaji bersama. Setelah itu orangtuanya Sahid menyampaikan jika, anaknya dari tadi belum mau mengerjakan tugas yang lain. Pengennya ngaji dulu. Masya Allah.

Buku wafa selalu dibawa kemana-mana. Tidak sengaja beberapa kali melihat status dari orangtuanya Sahid, dalam perjalanan di mobil Sahid sedang mengulang-ulang baca wafa. Dalam hati terbesit doa, semoga menjadi anak yang sholih dan ashabul Quran, hatinya terpaut dengan Al-Quran. Allahumma Aamiin. Tepatnya di pagi hari, jadwal videocall. Posisi saat itu Sahid dalam perjalanan menuju rumah simbahnya di Gunungkidul. Masya Allah, meskipun sedang perjalanan kesiapan untuk ngaji sama persis saat ngaji di rumah. Yaitu: berpakaian rapi, memakai peci dan juga wafa sudah siap digenggamannya.

Demikian sekilas kisah yang saya alami. Inspirasi bisa jadi datang dari sekitar kita. Bahkan tanpa disadari bisa jadi datang dari murid kita. Tetap semangat belajar Al-Quran, tetap istiqomah mengajarkan AL-Quran. Semoga Allah ridhai setiap langkah kita. Aamiin. Wallahu a’lam bisshawab.

_
Penulis : Adib Muhammad – SDIT Ar Raihan

Get in Touch With Wafa

Selama hampir 2 tahun ini dunia pendidikan sedang dirundung duka karena pandemi. Ya, pandemi telah membuat wajah pendidikan benar—benar berubah. Perubahan wajah ini juga terjadi di sekolah kami, SDIT Al Uswah Banyuwangi. Selain karena pandemi, sekolah kami mengalami banyak sekali perubahan juga disebabkan oleh konflik yang terjadi di internal yayasan. Di rentang waktu antara tahun 2019 – 2020 banyak sekali guru dan kepala sekolah  yang mengundurkan diri karena konflik ini, masih ditambah lagi dengan dipindahnya sebagian murid mengikuti para guru dan kepala sekolah yang mengundurkan diri ke sekolah baru yang mereka dirikan. 

Di tengah badai yang hebat ini, yayasan memutuskan untuk mengganti metode pembelajaran Al Qur’an dari Ummi ke Wafa. Tentu hal ini sangat meresahkan bukan saja wali murid, tetapi juga guru. Kami pesimis akan keberhasilan pembelajaran Al Qur’an metode Wafa ini, karena pembelajaran di sekolah masih dilaksanakan secara daring. Yayasan bukan tidak mengetahui adanya keresahan ini, oleh karena itu yayasan segera mengadakan pelatihan pembelajaran Al Qur’an metode Wafa secara luring pada bulan Juli 2020, sekaligus sebagai persiapan untuk pembelajaran Al Qur’an di tahun pelajaran 2020/2021. Pelatihan ini kami beri judul “Get in Touch with Wafa”, karena ini memang pertama kalinya kami berkenalan dengan Wafa, dan akan mencoba menyukainya.

Memang benarlah kata pepatah, “Tak kenal maka tak sayang”. Sebelum mengikuti pelatihan kami pesimis akan keberhasilan metode baru ini. Tetapi setelah bertemu dengan para trainer Wafa dan mengikuti pelatihannya, kami mulai senang dengan metode baru ini.  Bahkan sebagian dari kami langsung mengunduh aplikasinya dari ‘Play Store’ untuk lebih mendalami metodenya. Kami mulai optimis untuk menggunakan metode ini dalam pembelajaran bersama siswa meskipun masih dengan moda daring. Bersyukur lagi karena ternyata berdasarkan hasil tashih 30 guru peserta pelatihan dari SDIT Al Uswah, 6 di antaranya sudah siap munaqosyah, dan yang lain berkisar di level 3 sampai 6. 6 orang yang sudah siap munaqosyah ini bisa diberdayakan untuk membimbing teman-teman yang lain.

Setelah pelatihan selesai maka dimulailah perjuangan kami yang sesungguhnya untuk mengajarkan Al Qur’an kepada anak-anak di sekolah. Diawali dengan pelaksanaan ‘Qur’anic Parenting Online’ untuk memeperkenalkan metode baru ini kepada wali murid di semua sekolah dalam satu yayasan. Di pertemuan itu banyak wali murid yang menanyakan alasan perubahan metode pembelajaran Al Qur’an dari Ummi menjadi Wafa, serta menyampaikan pesimismenya atas keberhasilan metode ini karena pembelajaran masih dilakukan secara daring. Semuanya dijawab dengan meyakinkan oleh pengurus yayasan, bahwa kita bisa.

Karena pandemi masih belum usai dan sekolah masih dilaksanakan dengan moda daring, maka kami di sekolah harus membuat formula yang tepat agar siswa bisa mudah memahaminya. Dimulai dengan konversi jilid, yaitu penyesuaian pencapaian dari Ummi ke Wafa. Proses ini sempat menimbulkan sedikit masalah di kalangan wali murid, karena mereka menganggap putra putrinya mengalami penurunan jilid. Kami jelaskan bahwa mereka tidak turun jilid tetapi menyesuaikan, karena metode Ummi mempunyai 6 jilid ditambah ghorib dan tajwid, sedangkan Wafa mempunyai 5 jilid ditambah tajwid dan ghorib. Kami yakinkan wali murid bahwa meskipun mungkin jilidnya lebih rendah tetapi kemampuan anak-anak tidak menurun dan insya Allah akan lebih cepat sampai ke Al Qur’an.

Selain meyakinkan siswa dan orangtuanya, kami juga berusaha memberikan pelayanan yang prima. Guru-guru yang telah mencapai level siap munaqosyah diberdayakan untuk memberikan pembinaan tahsin. Ada 6 kelompok kecil guru berdasarkan levelnya, yaitu 3 kelompok level 3, 2 kelompok level 4, dan 1 kelompok level 5. Pembinaan ini dilaksanakan satu kali dalam sepekan. Selain memperbaiki bacaan Al Qur’an para guru juga menambah dan menjaga hafalannya. Hal ini dilakukan guru demi memantaskan diri di depan siswa, agar kami juga melakukan apa yang dilakukan oleh siswa. Hal ini kami yakini sebagai salah satu faktor kesuksesan sebuah proses pembelajaran.

Pembelajaran harian dilaksanakan dalam kelompok – kelompok kecil, yang dimulai dengan pembuatan grup Whatsapp. Materi pembelajaran dikirimkan melalui pesan suara di grup tersebut. Jika pencapaian halamannya tidak sama, maka kami memberikan keterangan di bawahnya berdasarkan halaman. Setelah guru mengirim materi, maka siswa diminta menyetorkan rekamannya mengaji di rumah. Di sini masalah mulai timbul. Para orang tua banyak yang kesulitan mendampingi anaknya mengaji dari rumah, biasanya masalah berasal dari orang tua yang bekerja dan yang merasa tidak bisa mengaji. Untuk yang mengalami masalah kami memberikan kesempatan kepada siswa untuk datang dan mengaji ke sekolah, minimal sekali dalam sepekan. Kami hanya memberikan pelayanan tatap muka untuk siswa yang bermasalah sekali dalam sepekan saja, karena di hari lain ada jadwal tes kenaikan jilid bagi siswa yang telah menyelesaikan tahsinnya. Ya, tes kenaikan jilid kami laksanakan secara tatap muka, agar hasilnya lebih bisa dipertanggungjawabkan. Meski cuma sekali, hal ini sudah lebih melegakan dan mulai menguraikan beberapa masalah yang terjadi di lapangan. 

Alhamdulillah, dengan kerjasama yang solid dan keyakinan akan pertolongan Allah, pembelajaran Al Qur’an di SDIT Al Uswah Banyuwangi dengan menggunakan metode Wafa bisa berjalan dengan baik. Meskipun dengan moda daring, banyak di antara siswa kami yang lebih cepat menyelesaikan jilidnya dan naik jilid melebihi target waktu yang telah ditentukan. Demikian juga dengan guru-gurunya. Dalam tashih yang dilaksanakan saat pelatihan terakhir, 90% guru telah naik level dari sebelumnya. Semua karena program tahsin pekanan di sekolah.

Pandemi ini memang lama dan tak tahu kapan berakhir, tetapi tidak boleh membuat pesimis dan menyurutkan langkah kita. Dari pengalaman bersama Wafa ini kami bisa mengambil hikmah bahwa, kesungguhan dan keyakinan akan pertolongan Allah adalah salah satu kunci sukses dalam proses pembelajaran. Apalagi yang kita ajarkan adalah kalamullah, panglima segala ilmu. Dan yang paling penting adalah, kita sebagai gurunya juga menjalani proses yang sama dengan siswa kita, yaitu terus belajar dan menghafal serta merutinkan tilawah Al Qur’an. Hal ini yang membuat proses pembelajaran itu berjalan baik dengan sendirinya.

_
Penulis : Dyna Rukmi HS – SDIT Al Uswah Banyuwangi

Kisah Perjalananku Menyampaikan Ayat-Ayat CintaMu

Bismillah…

Kumulai menulis dari sini

Kisah ini menjadi satu diantara Ribuan bahkan Miliaran  guru Al-Qur’an di dunia ini untuk menyampaikan Ayat -Ayat Cinta yang penuh makna dari Yang Maha Agung Rabb Pencipta Alam Semesta.

Pertengahan Tahun 2003…

Sepulangnya aku dari Pondok Pesantren Tholabudhin Miftahul Ulum Bondowoso yang terletak di salah satu Propinsi Jawa Timur demi sebuah cita cita untuk menuntut ilmu,kini aku Kembali di tempat kelahiran disalah satu pelosok desa yang jauh dari keramayan dan hiruk pikuk bising kendaraan seperti dikota,bahkan lampu listrikpun terbatas .Lampu pelita ( sebutan untuk lampu minyak sebagai salah satu alat penerang tradisional di kampung) Adalah handalan masyarakat disana .Aktifitas malam sangatlah terbatas, dan disinalah  awal perjuanganku menjadi seorang guru.Oleh Pak Ulul kepala Sekolah SD di kampungku,Beliaulah yang memintaku untuk mengajar Agama sekaligus guru ngaji namun tidak disekolah formal akan tetapi di Madrasah, saat itu bangunan yang dijadikan sebagai Madrasah tempat aku mengajar adalah Balai Desa yang sering kosong karena hanya sesekali digunakan untuk pertemuan Desa.Aku terima dengan senang hati. Kumulai mengajar anak anak dikampungku dari kelas 1 sampai kelas 6 untuk mengajar Agama,sedangkan mengajar ngaji aku hanya menerima bagi anak yang mau saja datang dirumah dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga.

Setiap bulannya Pak Ulul kerumah untuk mengantarkan amplom atau sekedar bertukar pikiran tentang kesulitan dan apapun kebutuhanku selama mengajar. Tak banyak yang aku keluhkan.Hanya keterbatasan buku bacaan dan reperensi untuk mengajar.Sedangkan gaji yang beliau sodorkan tak pernah aku komplen berapapun itu aku terima dengan senang hati

Menjadi guru Agama dan guru ngaji bagi anak anak dikampungku aku jalani lebih kurang 1 Tahun lamanya.Senang rasanya bisa berbagi ilmu dengan mereka yang selalu setia menanti kedatanganku diMadrasah, bahkan Ketika aku terlambat datang, merekapun tak segan menyusul dirumahku seolah tak sabar ingin bersama.

Tak terasa waktu berlalu,disela mengajar terpikirkan olehku akan keterbatasan ilmu yang di miliki. Tiga tahun dipondok seperti hanya menumpang tidur saja, itu perumpamaan yang dibuat bagi santri yang mondok sebentar sepertiku.Akan tetapi bisa menyampaikan walau satu ayat saja serasa seribu ayat yang disampaikan jika itu bermanfaat untuk mencerdaskan anak anak dikampung.Melihat mereka bisa menghafal Asma’ul Husna,sifat wajib Allah, melafadzkan doa doa harian dengan nada yang sederhana yang aku dapatkan juga dari pondok, itu sudah cukup membuat senang dan bahagia terlebih lagi bacaan sholat beserta gerakan sholat yang langsung dipraktekkan tatkala kumandang Adzan terdengar dari Surau Baiturrahman,anak anak seolah tak sabar ingin cepat cepat mengakhiri belajar diMadrasah dan bersegera menuju surau untuk sholat berjamaah.Masyaallah…. rindu masa itu.

Ayat ayat cintapun tak luput menjadi saksi perjalananku menjadi Guru, tanpa kusadari ada satu dari anak didikku yang telah selesai mengaji dan menghatamkan 30 juz Al Qur’an.Saat itu Ia duduk dikelas tiga SD,dan satu lagi yang pernah kuajarkan mengaji murid yang terasa spesial dihati dia adalah Mualaf,seorang ibu rumah tangga dari suku laut ( salah satu suku asli didaerahku).Dia adalah tetanggaku,rumahnya berhadapan dengan rumahku hanya dipisahkan oleh jalan kampung.Mengajarnya terasa seperti kembali mengajar anak yang baru mengenal huruf,namun pelan pelan kuajarkan kepadanya dari alif hingga ia mengenal 28 huruf hijaiyyah.Aku sampaikan kepadanya kalimat motivasi untuk orang orang yang ingin belajar AlQur’an dan bisa membacanya, bahwasanya Rasulullah bersabda :’’ siapa saja membaca satu huruf dari Al Qur’an, maka baginya satu kebaikan,dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.’’ (H.R.At Tarmidzi ).Semangatnya untuk belajar tampak dikala waktu mengaji dimalam hari,tak peduli dengan lampu pelita yang terkadang sesekali padam Ketika ditiup angin ia terus mengeja huruf demi huruf yang aku contohkan kepadanya, namun  belum sempat aku merangkaikan ayat ayat cinta itu kepadanya, Aku memutuskan untuk melanjutkan Pendidikanku, aku ingin melanjutkan hafalan Al Qur’anku yang sewaktu dipondok dulu belum terlaksana dan menempuh Pendidikan formal dijenjang yang lebih tinggi lagi menjadi seorang sarjana.

Kuputuskan juga jalan ini, kutinggalkan anak didikku dikampung dengan berat hati ,tahun 2005, aku pergi merantau lagi untuk menuntut ilmu agama yang aku cari,terutama ilmu Al Qur’an.Pergi ke ibukota Propinsi Kepri ,Tanjung pinang kota gurindam julukannya.Ya Allah perjalananku dan perjuanganku masih Panjang. Alhamdulillah walaupun perjalanan ini banyak batu krikil yang harus dilewati, Aku bisa menyelesaikan pendidikanku ke jenjang S1 dengan gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam, akan tetapi ada yang kurang  bagiku,… menjadi Hafidzoh,itu yang belum aku dapatkan.Proses itu terus berjalan hingga sekarang mesti tak muda lagi.

  Menjadi pendidik mungkin sudah mendarah daging di tubuhku,Akhir 2010 kuputuskan untuk mengajar disalah satu SD Swasta bergengsi di kota ini,dengan berbekal  ijazah S1 Pendidikan Agama Islam aku diterima disekolah itu dan diterima menjadi guru AL Qur’an.Pada tahun ke tiga aku mengajar, Aku diamanahkan menjadi Walikelas sekaligus mengajar Al-Qur’an.Tahun itu terasa Allah tambahkan amanah dan tanggung jawab yang lebih lagi, karena anak didik yang aku ajar adalah mereka yang sebenarnya tidak lolos sewaktu tes penerimaan siswa baru, karena yang diterima setiap tahunnya hanya tiga kelas, namun ditahun ini berbeda,ambisi dan semangat orang tua untuk memasukkan anaknya di SDIT Al MADINAH saat itu begitu luarbiasanya. Akhirnya dengan beberapa pertimbangan, dibukalah kelas tambahan  lagi dan itulah kelas yang aku diamanahkan.Jika dikelas lain jumlah siswa dan siswinya hampir berimbang, namun tidak dikelas yang ku pegang, ada enam belas murid laki laki dan hanya enam murid perempuan .Terbayangkan….???  betapa hebohnya kelas ini diisi dengan dominan murid laki laki.Ya Allah dengan izinmu kujalani ini, aku tidak berpikir dan khawatir dengan capayan akademis mereka,namun aku berusaha untuk mendidik mereka dengan cinta yang kupunya ,itu saja hasilnya kupasrahkan kepadaNYA sang Rabb yang maha  A’lim.

Sampai pada akhirnya ditahun 2017,WAFA hadir sebagai salah satu metode Al Qur’an belajar otak kanan yang menyenangkan.Disinilah Aku dan beberapa sahabat guru Qur’an lainnya ikut dalam pelatihan Metode Wafa sehingga ilmu yang kami dapatkan dari pelatihan tersebut dapat kami implementasikan kepada anak didik sebagai salah satu metode mengajar Al Qur’an yang lebih menarik ,mudah dipahami bahkan menyenangkan bagi anak didik.

.Banyak pembekalan ilmu yang aku dapatkan, mulai dari model Pendidikan Al Qur’an dengan istilah 5T yang meliputi : Tahsin Tilawah, Tahfidz, Terjemah, Tafhim dan Tafsir .Kemudian istilah 7M yang merupakan pendekatan dalam system pembelajaran Al Qur’an yang meliputi : Memetakan ,Memperbaiki bacaan, Menstandarisasi, Mendampingi, Memperbaiki, Menilai, dan Mengukuhkan. Kemudian Quantum Teaching yang diajarkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif.yang dalam Wafa distilahkan dengan TANDUR yang merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Macam macam ice breaking dipraktekkan untuk membuat suasana  belajar menjadi hidup dan menyenangkan ,ditambah lagi lantunan nada hijazz yang dipakai 3 nada yang mudah dipelajari menjadi pelengkap materi yang membuatku  bersemangat mempelajarinya.

Setelah semua ilmu yang diberikan oleh Trainer Wafa selama kurang lebih tiga hari, kini kusadari begitu banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu yang aku miliki.’’SEMANGAT’’ itu salah satu kalimat Motivasi yang datang dari energi dalam diri. Aku harus terus belajar ,menggali sedalam mungkin Ilmu Al Qur’an agar bisa kubaca, kuhafal, kufahami dan kutadaburi setiap ayat ayat cinta yang akan kuajarkan kepada anak didikku dan semata mata mencari keridhoanMu.Setelah menjalani beberapa tes untuk pemetaan guru Wafa, Masing masing dari kami mendapatkan nilai dengan kemampuan masing masing.Meskipun Aku tak mendapatkan nilai sempurna, menyelesaikan ujian ini saja rasanya sudah senang,walau masih ada beberapa kesalahan.Hasil itu bagiku tidak mempengaruhi semangat belajar dan semangat untuk terus mengajarkan ilmu Al Qur’an kepada anak didik.’’ALLAHU AKBAR’’ sekali lagi kobaran semangat dari dalam diri.

Awal mengajar dengan metode WAFA, Aku ditempatkan dikelas satu, dan sebelum metode ini hadir, aku telahpun mengajar dikelas satu, berbagai cara aku coba untuk memudahkan anak didikku memahami huruf hijaiyyah yang belum ia kenal.Mulai dari mencari gambar yang menarik di internet hingga mencocokkannya dengan huruf alfabet dan huruf hijaiyyah yang akan aku ajarkan.aku cari gambar apel dan kupadukan dengan huruf A dan Huruf Alif pada belakang gambar, begutu seterusnya hingga huruf ya’.Setiap harinya ku ajarkan beberapa huruf yang ia mampu mengingatnya dan memahaminya, mungkin butuh beberapa hari untuk ia memahami empat sampai lima huruf hijaiyyah, kertas kertas yang ku buat, kutempelkan didinding kelas sehingga nampak dan bahkan sering dilihatnya Ketika datang, istirahat maupun pulang sekolah, itu aku lakukan demi untuk anak didikku paham dengan apa yang aku ajarkan.

Alhamdulillah setelah Wafa hadir, ternyata sangat membantuku, terutama mengajar huruf hijaiyah dikelas satu.Wafa punya kartu kartu huruf hijaiyyah yang full callor dengan warna yang sangat menarik..Selain kartu,ada buku wafa yang juga tak kalah menarik isinya, ada gambar yang berisikan sirah  dan kisah bermakna dan penuh hikmah, serta materi tajwid sampai pelajaran ghoribpun lengkap.

Pada tahun 2019,memasuki tahun ke dua mengajar dengan metode WAFA, Aku diamanahkan untuk mengajar dikelas tiga, disini kutemukan beberapa dari anak didikku yang masih sangat butuh bimbinganku, dari hasil pemetaaan yang ku dapatkan, mereka yang berada digrade c memiliki masing masing permasalahan, akan tetapi motivasi untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an tak pernah jemu kuulang ulang.Aku sampaikan kepada mereka bahwasanya ‘’keutamaan orang yang membaca Al Qur’an itu akan dilipatgandakan pahalanya, diangkat drajatnya, mendapatkan ketenangan hati, mendapatkan pertolongan Allah, mendapatkan syafaat dihari kiamat, rumahnya dihadiri Malaikat, dan akan ditempatkan Bersama Malaikat.Semoga apa yang kusampaikan akan melekat dihati mereka.

Hampir satu tahun hingga akhir semester aku lakukan itu,dan aku ingat sekali dikala itu aku sedang mengandung anak ke tiga, dengan usia kehamilan yang semakin besar.Aku tau betul mengajar Al-Qur’an dengan posisi duduk lesehan dilantai selama jam Al-Qur’an tidaklah mudah, terkadang membuat pinggang meringis ngilu dan terasa sakit, kram dikaki bahkan diperut akan terasa,namun tetap kujalani lillah demi mencari Ridhomu lewat huruf, ayat, bahkan surat cinta yang kuajarkan kepada mereka..Dikala semester 2 hampir berakhir dan masih ada 2 siswaku yang belum tuntas.Kala itu,kondisi kehamilanku sedikit bermasalah,Aku mengalami pendarahan hebat sehingga harus segera dilarikan dirumah sakit. 

Pada hari itu juga Dokter memutuskan aku harus segera dioperasi dan bayinya harus segera dilahirkan.Ya Allah…kuatkan aku ya Allah dan kondisi bayi ini,….sebenarnya banyak rasa yang hadir saat dokter menyatakan itu,takut, gelisah, khawatir dan macam macam rasa yang lainnya.Ahamdulillah prosesnya berjalan lancar dengan segala ikhtiar,bayiku lahir normal .aku dan bayiku sehat walafiat, ini kebesaranMu,  ayat ayat cinta menjadi semangat dan penguatku.ya Allah engkau maha sempurna dengan segala penciptaanMu.

Teringat olehku ketika aku harus cuti melahirkan, ada dua anak didikku yang belum  tuntas bacaannya. Namun yang ku ingat dari mereka, adap, kesopanan mereka kepadaku saat belajar hingga izin dan berpamitan pulang.Bagiku menanamkan adab dan akhlak itu yang lebih utama, setelah itu baru pemahaman ilmu akan mudah masuk, karena Adab dalam menuntut ilmu adalah sebab yang menolong berkahnya mendapatkan ilmu, sebagaimana Abu Zakariya An Anbari rahimahullah mengatakan’’ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh’’Meskipun belum banyak yang mereka dapatkan dan fahami, ilmu adap telahpun mereka dapatkan, …semoga dikelas berikutnya Allah mudahkan kalian dalam memahami ayat ayat cinta ini.

Tahun 2020,bulan September, tepat 10 tahun aku mengajar di sekolah ini, dan tahun ini adalah tahun ke 4 sekolahku bermitra dengan Wafa, ditahun ini pula aku dan beberapa sahabat Al Qur’an lainnya diajukan untuk mengikuti tes sertifikasi guru Al Qur’an,namun sebelum aku dan yang lainnya benar benar dites,kami mendapatkan pembekalan ilmu selama 2 hari..Bagiku tes sertivikasi guru Al Qur’an seperti akan mengikuti ujian sekripsi waktu dikampus dulu,.Semua materi sudahpun kupelajari,terkadang aku suka menyendiri ,berbicara sendiri dengan lantang dan sekedar oret oret dibuku mengingat ingat kembali materi yang sudah kupelajari,seolah olah ujian tertulis.itulah caraku memahami dan mempelajari materi dengan auditorial.,Aku rasa trik ini lebih evektif untuk mempertajam daya ingatku dan menjadi lebih focus ,ditambah lagi diskusi bersama membuat aku lebih memahaminya lagi.

 Adapun yang pertama kali kulakukan adalah meminta do’a restu dari orang tua terutama ibu.kenapa aku lakukan itu….? Aku ingat lagi hadits Rasulullah tentang’’ ridho Allah itu tergantung ridho orang tua dan murka Allah tergantung kepada murka kedua orang tua.’’ (H.R Tirmidzi ).Do’a orang tua sangat berpengaruh dalam kunci kesuksesan anak anaknya.Bahkan karena salah satu do’a yang mustajab dan tidak diragukan lagi kedahsyatannya adalah do’a orang tua kepada anaknya.Aku bukanlah sehebat guru yang lain,mental berbicaraku didepan audiens sangatlah minim sekali.Oleh karenanya aku sangat yakin doa ortu terutama ibu,senjataku yang paling ampuh.

Tibalah dihari,dimana tes sertifikasi itu dilaksanakan.namun tes ini berbeda dari yang biasanya.karena masih dimasa Pandemi,seluruh dunia terkena imbasnya,terlebih dunia pendidkanpun ikut merasakan pengaruh perubahan besar pada pelaksanaan Pendidikan,semua serba digital,belajar hanya bisa lewat online,cara virtuallah yang diambil,demi menyampaikan ilmu yang bermanfaat untuk seluruh anak didik.

Kembali pada pelaksanaan tes sertivikasi yang dilakuakn via video call.Jam didinding kelas menunjukkan pukul 08.50 wib,bitu berarti 10 menit lagi waktunya, aku tidak lagi disibukkan dengan materi yang akan diuji, namun kusibukkan dengan beristigfar memohon ampun atas segala kesalahan dan kehilafan yang pernah aku buat, 99 Asma’ul Husna kulapadzkan dari bibir ini, karena Allah akan mengabulkan hambanya yang berdoa dengan menyebut Asma’ul husna seperti dalam surah Al A’raf ayat 180 yang Artinya :

‘’Hanya milik ALLAH Asma’ul Husna,maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut Asma’ul Husna itu dan tinggalkanlah orang orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama namaNya.Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.’’

…..dan Akhirnya tiba juga waktu itu,satu chat muncul di whashapku,

‘’Assalamu’alaikum ustadzah,,apakah sudah siap sekarang ‘’

Aku menjawab chat beliau :

‘’waalaikumsalam, insyaAllah sudaha siap ustadz’’

Namun keringat sudah mulai bercucuran disekujur tubuhku,detak jantungku berdegup kencang, akhirnya waktu yang kutunggu datang juga.Panggilan video di handphonepku telah berbunyi.’’bismillah ku angkat’’salam kuawali, begitupun ustadz yang akan menguji. Namun salam ramahnya dan aura teduh orang sholeh yang ada pada wajahnya membuat aku sedikit rileks,, dan ketika soalan demi soalan beliau lontarkan,Alhamdulillah bisa kujawab tanpa ragu, hanya ada saja kekurangaan dari kualitas jawabannya.Alhamdulillah tes hari ini telahpun selesai.Kuucapkan banyak banyak terimakasih,syukurku padamu Ya Allah, terimakasih doanya kepadamu Mak ,ditanganmu kucium bau surga, terimakasih suamiku jembatan surgaku,dan ustadz ustadzah terimakasih telah memberikan Ilmu yang bermanfaat untuk amal jariyahku semuanya kelak menjadi cinta pengikat surgaku.

Sampai dihari ini,bulan Agustus 2021,Pandemi covid-19 masih belum pergi dari negri ini, termasuk kota Tanjung Pinang sebagai ibukota propinsi Kepri tempat sekolahku untuk membagi ilmu bersama anak didik. Bahkan proses untuk menyampaikan ilmu pun harus dipikirkan dengan cara yang seepektif mungkin, karena covid-19 bukanlah menjadi penghalang.Tak bisa bertemu langsung saat di sekolah, lewat video call dan Zoom meetingpun menjadi handalan, bahkan menjadi yutuber dadakanpun dilakoni oleh guru.Apa yang tidak mungkin, tidak pada zamannya lagi untuk merasa susah dalam menyampaikan ilmu, hanya saja membuat anak didik mengerti dan mengamalkan ilmu yang diberikan itulah ikhtiar yang terus dijalani seorang guru.

Saat ini ada program baru disekolahku untuk Al-Qur’an yaitu Murajaah harian secara virtual setiap pagi dan sholat dhuha.Rasanya aku menemukan energi itu Kembali. Kini bacaan Al-Qur’an yang biasanya ramai dan riuh dikala pagi hari disekolah, kini Al-Qur’an itu juga riuh diruang zoom,begitupun dengan sholat dhuha.Betapa senangnya hatiku, mereka begitu antusias melaksanakannya, walaupun terkadang lelah kurasa, sakit dan perih mata ini hampir seharian berada dilayar leptop dan Handphone, kering tenggorokan, hampir tanpa jeda waktu yang kami berikan untuk mengajar prifat dengan video call, namun kukatakan dalam diri dan kepada mereka,’’nak semua ini kita lakukan dan niatkan karena Allah.Semoga Allah terima segala amal perbuatan  kita, aamiin 

Zaman boleh berganti, yang dulunya mengajar menggunakan penerangan Lampu pelita,kemudian cahaya listrik bahkan yang secanggih sekarangpun menggunakan layar ponsel dan leptoppun tak menyurutkan semangat untuk menyampaikana ayat ayat cintaMu yang dari dulu hingga akhir kehidupan ini Al Qur’anlah menjadi pegangan, petunjuk bahkan cahaya penerang bagi umat sedunia.

Mungkin masih jauh proses perjalanan ini, demi untuk mempelajari dan memaknai ayat ayat cintaMu yang akan diberikan kepada Anak didik.Namun lewat goresan pena ini, dapat kuluahkan segala cerita cintaku kepada mereka. Akan selalu kuuntaikan do’a untuk kalian generasi Qur’ani  ’’semoga Allah berikan kesuksesan Dunia dan Akhirat untuk kalian’’.Ayat ayat Cinta dari Rabbku yang pernah kuajarkan semoga selalu menjadi pegangan dan amal jariyah menuju surgaNya.

Diakhir tulisan ini ku ingin menutup dengan do’a khotmil Qur’an yang sering kulantunkan Bersama mereka Anak didikku dikala mengaji.

Ya Allah …

‘’ jadikanlah Al-Qur’an sebagai pemberi Rahmat,imam,cahaya,dan petunjuk. Pengingat Ketika lupa,pemberi pemahaman atas kebodohan,dan pemberi rezki sepanjang malam dan siang Ketika membacanya,dan jadikan Al-Qur’an sebagai hujjah penjelas bagi kehidupan yang fana ini.’’

_
Penulis : Arumaliana – SDIT Al Madinah Tanjung Pinang

Bahagia Bersama Wafa

Rasulullah SAW bersabda :

“ Bacalah oleh kalian al-qur’an, karena ia (al-qur’an) akan datang pada hari kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim)

Hadits inilah yang menjadi motivasi saya untuk selalu bersemangat belajar dan mengajarkan al-qur’an. MasyaAllah… sungguh luar biasa ayat al-qur’an yang kita baca dan yang diajarkan akan menjadi penolong dihari kiamat kelak.

Maka dari itu jadikanlah al-qur’an sebagai renungan dan bacaan rutin setiap hari sampai akhir hayat.

Alhamdulillah pada tahun 2009 mendaftar di Yayasan Islam Al-Amin Kapuas saya diterima sebagai pengajar al-qur’an. Yang saat itu metode belajar qur’annya  belum memakai WAFA. Sekian tahun berjalan, walaupun masih banyak kendala. Siswa dipanggil satu persatu secara bergantian sedangkan yang lain menunggu giliran. Memakai metode ini, menurut saya kurang maksimal karena siswa yang menunggu giliran lama kelamaan akan bosan dan metode yang diterapkan terkesan monoton. Akhirnya siswa menjadi ramai dan kurang terkontrol.

Alhamdulillah ditahun 2017 Yayasan Islam Al-Amin memutuskan untuk menerapkan pembelajaran al-qur’an dengan metode WAFA, karena metode ini dilakukan secara  klasikal dan privat (kombinasi). Materi pembelajarannya disajikan secara menarik dan sistematis sehingga menjadikan peserta didik senang dalam belajar alqur’an. Metode ini sangat cocok bagi guru qur’an karena pembelajaran identik dengan menggunakan otak kanan. 

Sebelum mengajar WAFA, guru wajib membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Al-Qur’an yang  meliputi P1 (Pembukaan), P2 (Pengalaman), P3 (Pengajaran), P4 (Penilaian), dan P5 (Penutupan). Membuat RPP ini bertujuan agar pembelajaran al-qur’an lebih terarah dan juga banyak pengalaman yang kita dapatkan. 

Kegiatan P1 (Pembukaan), guru harus dapat menjadikan suasana kelas lebih menarik dan menyenangkan, karena tahapan ini merupakan tahapan yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan tahap-tahap berikutnya yaitu dengan cara bertanya kabar, membuat pertanyaan yang menantang siswa, memberi motivasi, melihat video, bercerita, bernyanyi, tampilan asing dan bermain tebak-tebakan.

Kegiatan P2 (Pengalaman), guru memberikan rangsangan kepada siswa untuk menggerakkan rasa ingin tahunya sebelum mereka memperoleh materi yang dipelajari. Dengan demikian, siswa akan mengalami kegiatan nyata yang akan memperkuat daya ingat materi yang diberikan. Adapun strategi yang digunakan bisa dengan cara simulasi, peraga langsung oleh siswa dan nasyid atau cerita analogis.

Kegiatan P3 (Pengajaran), guru memberikan materi pelajaran secara bertahap dan dilakukan secara diulang-ulang sehingga pada proses ini guru al-qur’an harus benar-benar mengerahkan kemampuannya agar para siswa tetap terjaga semangatnya dan dapat menguasai materi yang diberikan. Strateginya bisa dengan baca tiru dengan kartu peraga, peraga besar dan buku tilawah. Guru membaca kemudian siswa menirukan, satu siswa membaca, siswa yang lain menirukan dan satu kelompok membaca yang lain menirukan.

Kegiatan P4 (Penilaian), guru mengambil nilai dengan cara demontrasi, baca simak klasikal (satu siswa membaca sedangkan guru dan siswa yang lain menyimak), baca simak privat (satu siswa membaca, guru menyimak sedangkan siswa yang lain menulis atau muroja’ah hafalan).

Kegiatan P5 (penutup), guru akan mereview materi, memberikan penghargaan dan pujian. Ada yang istimewa dalam kegiatan penutup ini yaitu ada motivasi pendek yang bisa dijadikan oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Motivasi ini walaupun pendek tapi mempunyai kesan yang sangat bermakna sehingga tidak hanya siswa saja yang akan termotivasi membaca Al-Qur’an tetapi juga seluruh keluarganya.

Sebagai pengajar qur’an saya dikenal guru yang penyabar. Katanya sih, dapat menghadapi siswa yang susah dalam pengucapan membaca dan menghafal al-qur’an. Bagi saya menghadapi siswa yang bermasalah mendidiknya harus dengan cinta. Biasanya ketika menghadapi siswa yang seperti ini, saya selalu mengkondisikan diri saya seperti siswa ketika masih sekolah dulu sehingga dapat mengadakan pendekatan, mencari permasalahan beserta solusinya.

Pengajar qur’an adalah pekerjaan yang sangat mulia, karena sesungguhnya mengajarkan kalam Allah SWT yaitu kitab suci al-qur’an ganjaran yang didapat sangat menggiurkan yaitu pahala yang tidak berujung. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

“ Sebaik-baik diantara kalian adalah mereka yang mengajarkan al-qur’an dan mengajarkannya (HR. Bukhari)”.

Walaupun dalam kenyataannya, menjadi pengajar qur’an tidaklah mudah karena banyak tantangan yang dihadapi dan profesi ini tidak dapat dilakukan oleh setiap orang. Selain dituntut bisa mengaji dan baca tulis qur’an, juga harus telaten terutama ketika menghadapi siswa yang bermasalah.

Namun sebagai pengajar qur’an saya memiliki kebahagian tersendiri dalam membimbing siswa, yang membuat saya selalu bersemangat dan pantang menyerah. Di antaranya yaitu :

  1. Bahagia ketika mendo’akan siswa

     Setiap siswa pasti memiliki kelebihan dan kekurangan dalam mengikuti pembelajaran, ada yang lambat dan ada yang cepat memahami. Ketika ada siswa kesusahan membaca dan menghafal qur’an. Saat itulah dalam hati berdo’a (Ya Allah mudahkanlah anak ini si Ahmad membaca dan menghafal qur’an). Saat itu InsyaAllah ada keajaiban datang memudahkan lidah anak tersebut, yang pada akhirnya bisa membaca. Ini yang membuat saya sangat bahagia, karena do’a saya panjatkan dikabulkan oleh Allah SWT. Do’a adalah cara paling ampuh yang dibutuhkan setiap manusia agar Allah SWT selalu  membantu dan memudahkan dalam urusan apapun tidak terkecuali kegiatan pembelajaran.

  1. Bahagia karena ada muroja’ah hafalan

     Muroja’ah adalah mengulang hafalan suroh yang pernah dihafal. Kegiatan ini menurut saya sangat bermanfa’at. Semakin sering muroja’ah maka hafalan akan semakin kuat. Alhamdulillah di Lembaga kami ada program muroja’ah yaitu sebelum breafing guru, rapat mingguan, rapat khusus dengan tim qur’an, dan muroja’ah dengan siswa setiap kali mengajar. Sungguh sangat bersyukur sekali bergabung denga para penghafal qur’an. Bagi saya, muroja’ah adalah pelecut diri untuk menguatkan hafalan.

  1. Suka tilawah dengan nada wafa

     Membaca qur’an harus dengan baik dan seindah mungkin. Jika mentalaqi siswa dengan suara pas-pasan sangat memalukan. Ini adalah masalah saya sebelum memakai metode wafa. Alhamdulillah dengan memakai metode wafa, lama kelamaan nada tilawah saya lumayan baik didengar dari sebelumnya. Terpenting harus sering latihan dan konsisten tilawah dengan menerapkan nada wafa. Semakin sering kita menggunakan nada wafa maka akan terbiasa. Menurut saya nada wafa adalah nada termudah yang saya temukan.

  1. Bahagia karena sering mengikuti pelatihan wafa

     Guru yang profesional sangat diperlukan untuk mendidik siswa. Pelatihan adalah salah satu cara terbaik untuk menambah wawasan guru, karena guru yang terus belajar dan berkarya akan mencetak generasi pembelajar sepanjang hayat. Selain itu, mendidik harus menyesuaikan zaman yang dialami peserta didiknya. Apalagi perkembangan teknologi telah merubah dunia pembelajaran kita begitu cepat sehingga kita harus meningkatkan kualitas diri dalam mendidik.

     Metode wafa sangat menyenangkan dengan metodenya yang bervariasi, juga para pengajar Qur’an sangat diperhatikan perkembangannya. Pelatihannya bervariatif dengan adanya buku wafa yang berbeda sesuai tingkatan kemampuan siswa, metode menghafal yang menyenangkan, kelengkapan administrasi, sampai dengan munaqasah guru. Kita dapat memilih pelatihan yang kita kehendaki. Sungguh pelayanan yang sangat prima sehingga membuat saya tidak bosan mengikuti pelatihan yang diadakan wafa.

      Selain kebahagiaan, tentunya juga ada beberapa kendala dalam mengajar. Apalagi di musim pandemi covid-19 yang melanda Indonesia. Hal ini juga salah satu penyebab utama dalam belajar qur’an di Lembaga kami. Semangat dan keaktifkan siswa menjadi menurun. Pembelajaran daring (dalam jaringan) saat ini menjadi trend di dunia pendidikan. Maka dari itu, guru harus siap menghadapi semua permasalahan. Guru harus pandai/smart mengajar secara daring dengan menguasai metode dan aplikasi agar siswa mudah memahami dan tertarik dengan materi yang disampaikan.

     Bagi kelas bawah (kelas 1, 2 dan 3) yang orang tuanya sibuk bekerja, akhirnya siswa tidak mengikuti pembelajaran qur’an kecuali siswa tersebut dititipkan ke salah satu anggota keluarga yang dapat memahami teknologi penggunaan hp android. Permasalahan ini menjadi salah satu kendala besar dalam pembelajaran qur’an, yakni harus ada kerjasama yang baik anatara guru dan orangtua siswa.

    Tetapi walaupun banyak kendala dalam proses pemebelajaran daring , kami tetap semangat berjuang agar anak Indonesia tetap semangat belajar qur’an. Dengan metode wafa, kami sangat terbantu untuk tetap istiqamah membumikan al-qur’an.

    Wafa merupakan metode pembelajaran al-qur’an yang sangat tepat untuk anak-anak Indonesia maupun dunia. Dengan metode otak kanan, materi pembelajaran disajikan secara menarik dan sistematis sehingga menjadikan peserta didik semangat dalam belajar qur’an.

    Kami sangat senang dengan metode wafa dan ingin mengaji lebih baik dan sempurna lagi. Dengan menggunakan metode wafa banyak hal yang kami pelajari dan caranya pun sangat menyenangkan sehingga sangat mudah dimengerti. Sungguh, kami bahagia bersama wafa. Terimakasih wafa.

_
Penulis : Marfu’ah – SIT Al Amin Kapuas Kalteng

Secercah Cahaya

Hujan sore ini terasa begitu menyejukkan hati, seperti tanah yang kering dibasahi air hujan. Menandakan musim hujan telah tiba, maka dari itu kita semua harus “jaga iman jaga imun”, dilingkaran majelis Al-Qur’an bersama santri sholeh dan sholehah. Bersama-sama kami melantunkan do’a “Allahumma shoyyiban naafi’an”. Yang artinya “ya Allah, jadikan hujan ini hujan yang bermanfaat”, kupandangi wajah santri yang memakai seragam di rumah Qur’ani ini duduk teratur dengan senyum yang merekah dibibir mereka.

 Mengingatkanku diawal aku menginjakkan kaki bergabung menjadi salah satu pengajar di RQIM (Rumah Qur’ani Imam Muslim) tepatnya pada tahun 2018 selama menjalani rutinitasku menjadi guru di lembaga ini banyak hal yang kudapatkan, mengajar memang sudah menjadi gaya hidupku, terlebih pada saat dibangku kuliah aku mengambil jurusan pendidikan disalah satu universitas swasta di kota Makassar atau yang sering disebut “kota Daeng”, pada saat selesai kuliah aku langsung mengabdikan diri di Rumah Qur’ani ini.

Masih sangat jelas diingatan, ketika para santri dengan wajah malu-malu bergabung dalam kelas, berlari-lari layaknya anak-anak yang belum mengetahui aturan dalam kelas yang aku bina, berlarian saling mengejar satu sama lain, saling mendahului ingin menjadi yang pertama mengaji dengan sabar dan berharap ridho Allah, kumulai pengajian hari itu dengan mengucapkan bismillahirrahmanirahim (Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyanyang) dan memulai membimbing santriku. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dalam mendidik generasi Qur’ani. 

Mereka memiliki semangat luar biasa dalam menuntut ilmu, kuajarkan kepada mereka satu demi satu huruf hijaiyyah sehingga mereka mampu mengenal semua huruf hijaiyyah, ada satu hadist yang menjadi penyemangat dalam mendidik santriku yaitu hadist riwayat At-Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud Radhiyallau Anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ailaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur’an, maka baginya satu pahala, dan satu pahala itu dilipatgandakan menjadi sepuluh pahala, aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf”. Dan sering juga aku mendengar mereka mengeluh dengan kalimat “susah ustadzah” itulah kata yang sering lolos dari lisan mereka yang kemudian aku tanggapi dengan seulas senyum yang menghiasi bibir, sebagai salah satu dorongan motivasi untuk mereka sehingga senyum itu pula yang tertular ke santri kemudian melanjutkan kembali membaca Al-Qur’annya. 

 Ada pepatah yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang berasal dari hati maka akan sampai ke hati, itu pula yang menjadi slogan bagiku untuk senantiasa bersemangat dalam mendidik anak-anak menjadi anak yang sholeh dan sholehah, anak adalah asset yang sangat berharga yang harus dididik sejak dini, sebagaimana  didalam hadist bahwa doa anak sholeh akan diijabah oleh Allah.

Selain membaca Al-qur’an di rumah qur’ani juga mengajarkan membaca dan menghafal hadits-hadist serta doa-doa sehari-hari, yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengetahui berbagai doa dan hadist sebagai pengajar hal tersebut semakin memudahkan dalam mengarahkan mereka menjadi lebih baik, kadang aku terseyum sendiri ketika melihat mereka berinteraksi antara satu sama lain ketika waktu istirahat, tetiba terdengar suara “laa taqdob walakal jannah” kata-kata itu hampir setiap hari dilontarkan anak-anak ketika ada diantara mereka yang ingin marah, sehingga temannya tersebut tidak jadi marah, ada rasa bahagia melihat perubahan positif dari mereka. Masya Allah.

RQIM juga mengajarkan santri untuk menjaga sholat 5 waktu karena sholat adalah tiang agama maka dari itu salah satu persyaratan yang diajukan kepada santri untuk membawa perlengkapan sholat, agar dapat mengerjakan sholat secara berjama’ah, ketika waktu sholat telah masuk ditandai dengan suara adzan dari masjid terdekat dari RQIM. Dengan antusias yang tinggi para santri laki-laki bergegas ke musholah dengan terlebih dahulu mengambil whudu dengan antri, sedangkan santri putri akan sholat berjama’ah di dalam kelas dengan salah satu ustazah menjadi imam sholat.        

Alhamdulillah Pada tahun 2020 RQIM pembangunan rumah Qur’an telah rampung dibangun sehingga jarak antara RQIM lama dengan RQIM sekarang sekitar 2 Km itu artinya tempat mengaji semakin jauh, namun tidak menyurutkan semangat para orangtua untuk mengantarkan putra putri mereka dalam menuntut ilmu agama, tak jarang aku mendapati para orangtua yang harus merelakan waktu istirahat mereka setelah bekerja dari pagi sampai siang demi melihat anak-anak mereka menjadi anak yang sholeh, karena waktu belajar di RQIM pukul 14.30 WITA.

Perkembangan ananda setiap hari semakin terlihat mulai dari bacaan al-qur’an yang semakin fasih, hafalan hadist, hafalan doa harian, serta semangat menambah hafalan surah demi surah, berkat kerjasama antara pihak RQIM yang menggunakan metode WAFA dengan gerakan dan nada hijaz memudahkan santri mengingat dan memahami setiap materi yang diberikan, dengan orangtua santri bersinergi membangun keluarga yang qur’ani. Dimasa pandemi PPKM seperti sekarang ini RQIM melakukan tatap muka dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan, dengan mencuci tangan, memakai masker, dan pertemuan dilakukan 2 sesi, yaitu sesi pertama pagi pukul 08.00 WITA ada dua kelas, sedangkan sesi kedua pukul 14.30 WITA ada tiga kelas.

_
Penulis : Rabiah – Rumah Qur’ani Imam Muslim

Bahagia Menjadi Guru Ngaji

Saya terlahir dari keluarga yang sangat minim pemahaman agamanya. Namun orang tua saya selalu menyuruh saya untuk sholat di masjid dan mengaji  di sana. Karena orang tua saya juga tidak bisa membaca Al Quran. Saya pun mulai belajar mengaji bersama teman- teman yang lain  di masjid kampung. Kala itu masih menggunakan buku turutan. Ada seorang tetangga saya yang dengan sabar menyimak bacaan saya. Namanya Pak Tukiran.  Alhamdulillah dari beliaulah saya bisa mengenal huruf hijaiyyah. Semenjak itulah saya ingin belajar ilmu tajwid. Namun saya bingung dengan siapa saya harus belajar?

Sewaktu kecil sering kali saya ditanya oleh orang tua, guru, maupun teman  mengenai cita-cita saya kalau sudah besar nanti.  Spontan kala itu saya menjawab  ingin menjadi guru. Entah guru apa belum jelas. Yang penting menjadi guru. Mungkin dibenak saya waktu itu,  guru adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan.  

 Seiring  berjalannya waktu, setelah lulus SMK saya pun tidak terbersit untuk melanjutkan kuliah karena faktor ekonomi. Saya lebih  memilih bekerja di sebuah perusahaan di Pulau Bintan.

Namun baru dapat setahun ternyata perusahaannya gulung tikar. Akhirnya saya pun mencari lowongan pekerjaan di Pulau Batam. Dan alhamdulillah saya pun diterima bekerja di sebuah perusaan elektronik di Kota Batam.

Setelah setengah tahun saya bekerja disana saya merasakan hidup ini hanya sekedar mengisi rutinitas pergi pagi pulang kerja malam. Begitulah seterusnya dan waktupun berlalu tanpa ada makna haqiqi.  Seperti robot yang ada hanya dikejar target dan target. Mulai dari situlah saya merenung panjang, seperti inikah hidup ini?

Bermula dari sinilah saya mulai mencari tau kegiatan apa saja yang bisa dilakukan setelah pulang kerja. Saya pun dipertemukan dengan seorang teman dari Jawa Timur yang mengajak saya untuk bergabung di kajian taklim pagi dan sore disebuah pondok pesantren. Sejak saat itulah saya  bisa  mengenal ajaran agama islam dan bacaan Al Qur’an  menggunakan metode Qiraaty di sana.

Tak terasa 5 tahun sudah saya di perantauan dan habislah masa kontrak kerja, sayapun pulang ke kampung halaman pada tahun 2004. Sesampaianya di kampung halaman, saya  bingung mau kerja apa ya? Masak mau nganggur dan menjadi beban orang tua lagi? Ditengah kegundahan itulah saya diajak tetangga saya untuk membantu mengajar di TPA.  Berbekal sedikit ilmu Quran yang saya miliki, bismillah saya terima tawaran itu.

Pertama kali saya mengajar TPA adek-adek, saya grogi banget dan masih malu-malu. Namun berbekal pede, lama kelamaan terbiasa juga. Sambil terus belajar dari partner guru ngaji yang lain. Saya pun ditawari untuk menjadi  guru ngaji di sebuah sekolah dasar swasta. Saya terima saja tawaran itu.  Sebelum masuk saya dites dulu bacaan Qurannya oleh  wakil kepala sekolah. Dan alhamdulillah saya diterima. Semenjak itulah, pagi saya ngajar di sekolah dan sore harinya saya ngajar di TPA.

Setelah bergabung di SDiT inilah saya bertemu dengan salah satu ustadzah yang dulu kuliah di PGPQ Raudhatul Mujawwidin Semarang. Beliau bercerita banyak tentang PGPQ Raudhatul Mujawwidin dan metode Qiraaty. Saya pun tertarik untuk meniru jejak beliau kuliah di PGPQ Raudhatul Mujawwiddin karena saya memang saat itu belum mempunyai syahadah. Setahun sudah saya menimba ilmu di sana. Masya Allah sungguh luar biasa ilmu yang saya dapat pelajari dari sana. Yakni ilmu tajwid yang semasa kecil dahulu saya impikan. Terimakasih ya Allah engkau telah menuntun diri ini untuk mengenal  indahnya agama islam dan ilmu membaca Al Quran.

Setelah lulus dari PGPQ  Raudhatul Mujawwidin saya mengabdikan diri mengamalkan ilmu tajwid ini di SDIT Ar Raihan dan TPA Al Jihad sampai dengan saat ini.  Di SDIT Ar Raihan dahulu juga menggunakan metode Qiraaty dan semenjak enam tahun terakhir ini menggunakan metode Wafa dari Surabaya. Metode Wafa ini menurut saya adalah metode paket lengkap  dan sangat menyenangkan dalam pembelajaran Al Quran. Di setiap jilidnya ada gambar menarik  dan cerita/kisah berhikmahnya. Yang tentu saja membuat anak-anak semakin senang  dalam belajar Al Qura’an. Apalagi ketika tilawah langsung dipraktekkan menggunakan irama  hijjaz yang sangat indah  dan menyentuh hati. Ada juga pembimbingan dan pembinaan langsung dari pengelola WAFA kepada seluruh mitra WAFA. 

Pada bulan Juli  tahun ini SDIT Ar Raihan mengirimkan 19 ustadz/ ustadzahnya untuk mengikuti kegiatan munaqosyah guru yang diadakan oleh TIM WAFA Surabaya. Alhamdulillah 100% dinyatakan lulus dengan hasil yang menggembirakan.  Meskipun secara online namun kegiatan munaqosyah ini disambut dengan antusias oleh ustadz/ustadzah dari SDIT Ar Raihan. Mudah-mudahan ilmu yang kami dapatkan dapat menjadi  bekal untuk senantiasa lebih dekat dengan Al Qur’an dan bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih-lebih bisa mengajarkannya kepada orang lain. Allahuma Amiin.

 Agar ilmu yang kami peroleh tidak hilang, saya pun di rumah membuka program  “ Omah Ngaji”, untuk membantu siapa saja yang ingin belajar membaca Al Quran. Setiap bakda magrib sampai isyak dan setiap hari ahad siang sampai sore. Alhamdulillah sudah ada beberapa santri yang ikut belajar di sana. Adapun yang menjadi motivasi saya untuk menjadi seorang guru ngaji adalah sebuah hadist yang berbunyi : “Khoirukum man ta’allamal Qur’ana wa ‘allamahu.“ Yang artinya  :“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.”

 

Tak terasa sudah  kurang lebih 17  tahun saya menjalani profesi ini. Yang saya rasakan adalah kebahagiaan dan ketenangan hati. Meskipun profesi guru ngaji dimata orang umum tidaklah  menjanjikan.  Namun saya menyukai profesi ini karena panggilan Allah.  Bismillah semoga Allah meridhoi dan memudahkan jalan ini untuk kami para guru- guru ngaji.  Aamin ya Robbal ‘alamin.

_
Penulis : Puryanti – SDIT Ar Raihan Bantul DIY

Pengalaman Saya Mengajar Al-Qur’an

Sejak usia dini, anak-anak umat muslim telah diajarkan mengaji bukan hanya mengenal ayat-ayat suci di dalam Al-Qur’an, mengaji juga bertujuan agar anak terbentuk menjadi pribadidengan akhlak terpuji. Mengaji juga cara untuk mendalami ajaran agama, mengenal Islam lebih dekat sekaligus membentuk karekter seseorang agar sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang ada. Belajar mengaji di Indonesia adalah hal yang wajar dan bisa ditemukan di berbagai mesjid, rumah warga serta pesantren maupun sekolah. Saya Mita Ramadhanty sebagai guru Al-Qur’an, sebelum saya mengajar di lembaga SIT Ihsanul Amal yang berada di Alabio Kalimantan Selatan banyak hal yang saya rasakan selama mengajar Al-Qur’an seperti saat melaksanakan praktek mengajar di Sekolah MIN 22 HSU yang berada di Teluk daun Kalimantan Selatan di sana saya mengajar mata pelajaran Al-Qur’an Hadist dan pada saat itu anak-anak ditugaskan menghafal surah Al-Kautsar, jadi saya berinisitaif untuk membangun suasa belajar lebih aktifdan semangat sehingga memudahkan anak untuk menghafal yantu saya membuat alat peraga atau media pembelajaran seperti menjodohkan disana anak-anak diperintahkan untuk mencocokkan ayat dan artinya kemudian di prensentasikan di depat kelas kemudia anak-nak membaca ayat beserta artinya bersama-bersama dan hal itu membuat anank lebih bersemangat membaca dan menghafalnya. kemudian melaksanakan KKN, Kami ditugaskan di desa Lok Hamawang di sana saya dan teman-teman saya berancana ingin mengajarkan anak-anak mengajari ngaji setiap senin-kamis pada pukul 4 sore, dan pada saat itu anak-anak sangat bersemangat untuk belajar mengaji disana kami juga mengajak anak untuk menghafal Surah-surah pendek, dan anak-anak juga semangat menghafalnya, tidak sampai disitu juga kami juga mengajak anak-anak untuk shalat berjamaah kemudian dzikir bersama, baca yasin dan doa bersama dengan niat agar anak-anak terbiasa melaksanakan amal ibadah, kemudian diakhiri dengan makan bersama, hal itu menimbulkan respon positif baik anak-anak maupun orang tuanya dan meraka sangat semangat dalam mengikuti kegiatan tersebut.

Pendemi covid-19 yang merebak di sluruh indonesia membuat banyak dampak yang sangat merugikan bagi masyarakat di Indonesia seperti pada pendidikan yang ada di Indonesia akibat pendemi covid-19 ini membuat pembelajaran agak kurang berjalan dengan efektif dibandingkan sebelumnya karena pembelajaran yang dilaksanakan kurang memuaskan bagi peserta didik misal seperti pembelajaran online atau daring, karena pendemi covid-19 masih menyebar hingga sekarah, maka terpaksa pemerintah maharuskan tiap sekolah melaksanakan pembelajaran secara online, begitupun di tempat kerja saya, pertama kali saya masuk mengajar disana bertepatan dengan pendemi covid-19 yang mengharuskan pembelajaran disana dilakukan secara online atau daring, karena saya pertama kali melaksanakan pembelajaran online atau daring di sekolah maka agak membuat saya sedikit kesusahan pada saat itu, tapi saya tidak menyerah dengat hal itu, saya berusaha keras untuk membiasakan melaksanakan pembelajaran secara online, semakin terbiasa membuat saya tidak kesulitan lagi melaksanakannya, dan banyak hal yang saya pelajari pada saat pelaksanaan pembelajaran online atau daring tersebut dan memeng berbeda dengan pembelajaran tatap muka yang pernah saya lakukan, pada saat itu para guru Al-qur’an termasuk saya melaksanakan pembelajaran online atau daring dengan beberapa mata pelajaran seperti WAFA, tahfizh Al-Qur’an, Hadits, dan do’a dan juga praktik ibadak dan semua mata pelajaran tersebut dilaksanakan dengan online atau daring, agar pembelajaran tidak terasa jenuh maka kami para membuat video pembelajaran, juga melaksanakan pembelajaran WAFA lewat pembelajaran secara virtual misal lewat zoom atau videocall, dengan tujuan untuk mempermudah anak murid lebih mudah memahami pembelajaran dan mengetahui bacaan mana yang benar dan salah, dan juga hal ini memberi respon baik pada anak murid karena secara langsung mereka dapat bertemu dengan teman sekelasnya yang dimana selama pandemi mereka dibatasi berdiam dirumah saja sehingga membuat mereka tidak dapat bertemu dan berkenalan dengannya, dan juga membuat anak murid dan guru lebih dekat dan membuat anak murid menjadi nyaman dengan pembelajaran yang kita sampaikan walaupun lewat online tapi itu tidak membatasi kita untuk memjalin silaturahmi baik dengan peserta didik ataupun orang tua, sebab hal yang sangat penting dijaga pada pembelajaran online atau daring ini yaitu tetap menjalin komunikasi pada orang tua ataupun peserta didik, dan satiap pemberian tugas selalu memberi semangat atau pesan yang baik untuk anak agar anak lebih semangat dalam melaksanakan tuganya, dan setiap anak mengumpulkan tugas saya selalu memberi respon yang positif agar anak lebih semangat belajarnya, dan juga membuat anak murid senang dengan balasan apa yang sudah mereka kerjakan, karena mereka merasa dihargai dengan apa yang mereka kerjakan. Jangan jadikan pendemi covid-19 ini sebagai penghalang untuk kita menjalin komunikasi dengan orang lain karena banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menjalin komunikasi, dan kita sebagai seorang guru, dimana guru adalah pekerjaan yang mulia maka kita harus menjaga hal tersebut dengan memberikan pembelajaran semaksimal mungkin kepada anak murid dimanapun dan rintangan apapun, karena segala rintangan yang kita jalani akan dibalas dengan kebahagian hati karena kita melakukannya secara ikhlas.

_
Penulis : Mita Ramadhanty – SIT Ihsanul Amal